Di Sekitar SMA Oyama
Keesokan harinya, suasana di SMA Oyama terasa berbeda. Para siswa berjalan dengan lebih waspada, memperhatikan setiap gerakan dari faksi-faksi yang berbeda. Meskipun pertemuan dewan pemimpin kemarin memberi secercah harapan, ketegangan tetap menggantung di udara. Banyak yang masih meragukan apakah kesepakatan yang dicapai akan bertahan lama.
Di sudut-sudut sekolah, bisikan tentang kemungkinan pengkhianatan dan perseteruan mulai terdengar. Beberapa siswa yang mendukung Kaito memperlihatkan sikap percaya diri, sementara yang lain lebih memilih bersikap netral, menunggu dan melihat apa yang akan terjadi.
Kaito berjalan melalui lorong-lorong sekolah dengan langkah mantap. Di belakangnya, Rika, Taro, dan beberapa siswa yang telah bersumpah setia mengikuti dari dekat. Mata mereka awas, siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Di Kantin SMA Oyama
Setelah bel istirahat berbunyi, Kaito dan kelompoknya berkumpul di kantin. Mereka mengambil tempat di meja sudut yang biasanya dihindari oleh siswa lain. Beberapa kepala berbalik, melihat ke arah mereka dengan campuran rasa penasaran dan ketakutan.
"Kaito, lu yakin kita bisa pertahanin kesepakatan yang kemarin?" Rika bertanya dengan nada khawatir, sementara dia mengaduk minumannya tanpa minat.
Kaito mengangguk, menatap lurus ke depan. "Gua tahu ini nggak bakal mudah, Rika. Tapi kalau kita nggak coba, SMA Oyama bakal terus jadi ajang pertempuran. Kita perlu buktiin kalau kita bisa nyatukan semua di bawah satu komando."
Taro, yang sedang mengunyah roti dengan rakus, menyela, "Gua nggak masalah berantem lagi kalau perlu. Tapi gua rasa bakal ada yang coba ngetes lu, Kaito. Mereka nggak bakal segampang itu terima lu sebagai pemimpin."
Kaito mengangguk pelan, merenung. "Gua tahu, Taro. Gua udah siap untuk itu."
Di Tempat Lain dalam SMA Oyama
Sementara itu, di salah satu ruang kelas yang kosong, Yuto duduk bersama beberapa pemimpin geng lainnya. Meski mereka hadir dalam pertemuan kemarin, tidak semuanya merasa puas dengan hasilnya.
"Lu beneran percaya sama omong kosong kemarin?" tanya Yuto dengan nada sinis, melihat ke arah Takashi yang duduk di seberangnya.
Takashi menggelengkan kepala. "Gua nggak percaya, tapi gua juga nggak bodoh. Kaito mungkin punya niat baik, tapi dunia kita nggak sesederhana itu. Kalau kita nggak hati-hati, kita bakal dimanfaatin."
Yuto menyeringai. "Nah, itu yang gua pikir. Kalau kita mau bertahan, kita harus siap buat ngehadapin Kaito kalau dia mulai nginjak-injak kita."
Para pemimpin geng lainnya mengangguk, setuju dengan Yuto. Mereka mungkin telah setuju untuk hadir dalam pertemuan, tapi mereka belum siap untuk tunduk di bawah komando Kaito.
Kembali ke Kantin
Sementara itu, di kantin, Kaito dan kelompoknya sedang berdiskusi tentang langkah selanjutnya. Namun, tiba-tiba, suasana berubah ketika sekelompok siswa mendekati meja mereka. Di antara mereka ada Yuto, yang berjalan dengan langkah santai namun penuh ancaman.
"Yo, Kaito. Gua cuma mau ngecek gimana keadaan lu setelah pertemuan kemarin," kata Yuto dengan senyum tipis.
Kaito mengangkat pandangan dan menatap Yuto dengan tenang. "Gua baik-baik aja, Yuto. Ada yang mau lu omongin?"
Yuto tertawa kecil, tapi nada suaranya berubah menjadi lebih serius. "Gua cuma mau ngingetin lu kalau nggak semua orang di SMA Oyama percaya sama omong kosong lu. Banyak yang masih nggak yakin kalau lu bisa jadi pemimpin."
Rika dan Taro langsung siaga, tapi Kaito mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka tenang. "Gua tahu itu, Yuto. Dan gua nggak masalah. Gua bakal buktiin dengan tindakan, bukan omongan."
Yuto mendekat, menatap Kaito dari jarak dekat. "Kita lihat aja, Kaito. Tapi jangan kaget kalau ada yang mulai nyari gara-gara."
Kaito tersenyum dingin. "Gua nggak bakal kaget, Yuto. Gua udah siap buat semua kemungkinan."
Yuto menyeringai, lalu berbalik dan meninggalkan kantin bersama pengikutnya. Suasana yang semula tegang perlahan kembali normal, meskipun ketegangan tak sepenuhnya hilang.
Di Akhir Hari
Setelah kejadian di kantin, Kaito mengumpulkan kelompoknya di atap sekolah, tempat mereka bisa berbicara dengan bebas. Di sana, mereka merencanakan langkah-langkah berikutnya, menyusun strategi untuk menghadapi kemungkinan perlawanan dari faksi-faksi lain.
"Kita harus siap," kata Kaito dengan tegas. "Kalau ada yang mulai bikin masalah, kita harus tanggapi dengan cepat dan tegas. Kita nggak bisa kelihatan lemah di depan mereka."
Rika mengangguk. "Gua setuju. Kita harus nunjukin kalau kita nggak cuma bisa ngomong, tapi juga bisa bertindak."
Taro mengepalkan tinjunya. "Gua nggak sabar buat ngerasain pertarungan lagi. Kalau ada yang mau coba-coba, gua bakal siap buat hajar mereka."
Kaito menatap ke arah langit yang mulai gelap. "Ini baru awal, teman-teman. SMA Oyama belum sepenuhnya di bawah kendali kita. Tapi gua yakin kita bisa bawa perubahan, kalau kita terus maju dan nggak menyerah."
Dengan semangat yang baru, mereka memandang ke depan, siap menghadapi tantangan berikutnya. SMA Oyama mungkin masih jauh dari damai, tapi Kaito dan kelompoknya sudah bertekad untuk menjadikannya tempat yang lebih baik—dengan cara mereka sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments