Setelah kejadian di lapangan kemarin, berita tentang Kaito menyebar dengan cepat di seluruh SMA Oyama. Setiap siswa sekarang tahu bahwa ada pendatang baru yang berani menantang siapa pun tanpa rasa takut. Beberapa memandangnya dengan rasa kagum, sementara yang lain melihatnya sebagai ancaman yang harus segera dihancurkan.
Pagi itu, Kaito duduk di kelasnya, memandangi papan tulis kosong dengan tatapan kosong. Namun, pikirannya sibuk memikirkan langkah-langkah berikutnya. Dia tahu bahwa menguasai SMA Oyama tidak akan mudah, dan dia harus cerdas dalam setiap gerakan yang dia buat.
Tiba-tiba, pintu kelas terbuka dengan keras. Seorang siswa bertubuh kekar dengan rambut acak-acakan dan tato di lengannya masuk, matanya langsung tertuju pada Kaito. Suasana di dalam kelas seketika berubah tegang, dan semua siswa yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang menoleh dengan penuh perhatian.
"Kaito, brengsek, keluar sekarang!" seru siswa itu dengan nada memerintah, tanpa basa-basi. "Ada yang mau bicara sama lu."
Kaito menatap siswa itu sebentar sebelum berdiri dengan tenang. "Siapa yang mau ketemu sama gua?"
"Bukan urusan lu, anjing," jawabnya sambil menggeram. "Lu bakal tau nanti."
Kaito mendengus pelan, lalu melangkah keluar kelas dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. Dia mengikuti siswa kekar itu menyusuri lorong sekolah, menuju area yang lebih sepi di belakang gedung. Saat mereka sampai, Kaito melihat sekelompok siswa lain sudah menunggu, masing-masing dengan wajah penuh amarah dan siap untuk bertarung.
Di tengah-tengah mereka berdiri seorang pemuda dengan postur tegap dan wajah dingin. Rambutnya hitam dan pendek, dan sorot matanya tajam seperti mata elang. Kaito langsung mengenali siapa dia—Takagi, salah satu petarung terbaik di SMA Oyama yang terkenal dengan kebrutalan dan kecerdasannya dalam pertarungan.
"Lu pasti Kaito," kata Takagi dengan nada datar, tetapi penuh dengan kekuatan. "Gua dengar-dengar, lu bikin keributan sama anak-anaknya Kenji kemarin. Dan sekarang lu berani-beraninya sok jadi jagoan di Oyama. Babi, lu pikir lu siapa?"
Kaito menatap Takagi tanpa gentar. "Gua cuma jawab tantangan mereka. Kalau lu mau ngajak ribut juga, gua siap."
Takagi menyeringai, menyukai tantangan yang dilihatnya di mata Kaito. "Berani juga mulut lu, ya? Tapi gua nggak kayak Kenji. Kalau gua ngajak ribut, gua pastiin lu nggak bakal bisa pulang dalam satu potong."
Kaito mengencangkan tinjunya, bersiap untuk apa pun yang akan datang. "Gua nggak peduli seberapa keras lu, Takagi. Lu coba aja, gua bakal hadapin lu."
Tanpa banyak kata lagi, Takagi langsung maju dengan kecepatan yang mengejutkan, melayangkan pukulan lurus ke arah wajah Kaito. Tapi Kaito, yang sudah siap, berhasil menghindar dan balas menyerang dengan siku ke arah rahang Takagi. Namun, Takagi dengan cekatan menangkis serangan itu dan menendang keras ke perut Kaito, membuatnya terhuyung mundur.
Pertarungan pun dimulai dengan brutal, diiringi sorakan liar dari siswa-siswa lain yang menonton. Setiap serangan Takagi dihantamkan dengan akurasi mematikan, sementara Kaito berusaha menangkis dan membalas dengan serangan yang tak kalah ganas. Udara di sekitar mereka terasa berat, dipenuhi dengan intensitas pertarungan yang semakin memanas.
"Lu pikir lu bisa jadi raja di Oyama, ya, bajingan?" teriak Takagi sambil melayangkan serangan beruntun. "Taik, gua bakal pastiin lu nggak punya kesempatan!"
Kaito menggertakkan giginya, menahan rasa sakit yang mulai menjalar di tubuhnya. Tapi dia menolak untuk menyerah. Dia tahu bahwa pertarungan ini adalah ujian pertama untuk membuktikan dirinya. Dengan tekad yang membara, dia menangkis serangan Takagi dan balas menyerang dengan pukulan yang lebih kuat. Satu tinju keras menghantam tulang rusuk Takagi, membuatnya mengerang kesakitan.
Tapi Takagi bukanlah petarung yang mudah dikalahkan. Dengan amarah yang terpancar dari matanya, dia menyerang Kaito dengan kombinasi serangan yang cepat dan brutal. Kaito berusaha sekuat tenaga untuk bertahan, tetapi satu pukulan keras ke pelipisnya membuatnya goyah. Pandangannya sempat kabur, tapi dia memaksa dirinya untuk tetap fokus.
Saat Takagi hendak melancarkan serangan terakhirnya, Kaito dengan gesit menghindar dan melayangkan tendangan keras ke lutut Takagi. Tendangan itu cukup untuk membuat Ryota jatuh berlutut, terkejut dengan serangan mendadak Kaito. Tanpa membuang waktu, Kaito menghantam wajah Takagi dengan siku, membuatnya tersungkur ke tanah.
Kerumunan yang tadinya bersorak liar tiba-tiba hening. Semua mata tertuju pada Kaito yang berdiri di atas tubuh Takagi yang tak berdaya. Napas Kaito terengah-engah, tetapi matanya tetap tajam, menunjukkan bahwa dia masih siap bertarung.
Takagi, dengan sisa-sisa tenaganya, mencoba bangkit, tapi tubuhnya sudah terlalu lemah untuk melawan. Dia menatap Kaito dengan mata penuh kebencian, tapi ada juga rasa hormat yang samar. "Lu... menang kali ini, anjing. Tapi ingat, di Oyama, lu nggak akan bertahan lama."
Kaito menatap Takagi dengan dingin. "Gua nggak datang ke sini cuma buat bertahan. Gua datang buat menang, brengsek."
Dengan itu, Kaito berjalan pergi, meninggalkan Takagi yang masih tergeletak di tanah. Pertarungan ini mungkin baru permulaan, tapi Kaito tahu bahwa jalan menuju puncak SMA Oyama masih panjang dan penuh dengan darah. Namun, satu hal yang pasti: dia tidak akan mundur. Dia akan terus maju, menghancurkan siapa pun yang berdiri di jalannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments