Sudah dua hari yang lalu, aku meninggalkan rumah sakit. Setiap sore, bibiku berjanji untuk menjenguk dan membawakanku makanan buat diriku. Besok, aku akan pergi ke sekolah. Tahun ini adalah semester terakhirku.
\~Tring…
Bunyi dari bel rumahku yang sudah tidak pernah kupakai sejak enam tahun yang lalu. Betapa terkejutnya, aku melihat bibi membawa temanku yang bernama Bianca. Bianca mempunyai rambut yang panjang, mata yang indah, dan postur tinggi yang sama denganku.
“Hai, Stephanie..” Dia mengangkat tangan kanannya dengan tersenyum terpaksa karena dia tau pasti aku akan marah kepadanya.
“Ya udah, kita masuk terlebih dahulu.” Bibi mencairkan suasana ini.
“Ini bibi bawakan katsu untuk kamu dan Bianca. Ok? Kalian duduk aja di meja makan. Bibi yang akan siapkan untuk kalian ya.”
“Ok, bi.” Aku melihat ke wajah Bianca yang takut.
Tidak berselang lama, bibi menaruh piring yang berisi katsu di hadapan kami.
“Ayo, dimakan.”
Kami memakannya dengan sumpit yang telah disediakan oleh bibi.
“Maaf, Stephanie. Tadi, aku yang terus membujuk bibimu untuk aku datang kesini. Aku ingin menjengukmu. Kitakan sahabat.”
Aku memeluknya, “Terima kasih, Bianca.”
“Nah gitu, dong. Masa dari tadi, bibi melihat kalian seperti medan perang.”
Kami bisa tertawa mendengar perkataan bibiku.
Jam tujuh malam, mereka pun pulang dari rumahku. Aku hanya dapat pergi ke tempat tidur untuk mendapatkan energi untuk besok hari.
Sekitar jam lima pagi, alarmku berbunyi dengan keras. Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku seperti biasa. Aku hanya meminum segelas air putih dan langsung bergegas ke sekolah.
Di sekolah, aku langsung duduk di tempat biasanya. Pelajaran dimulai sekitar 5 detik lagi.
‘Lima, empat, tiga, dua, satu.’
Bel berbunyi dengan tepat tetapi guruku belum masuk juga. Setelah 20 menit kami menunggu, Guruku pun masuk dengan membawa berita ada murid baru yang akan datang.
“Anak-anak sekalian, kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk.”
Semua anak tercengang atas ketampanan dari seorang anak baru ini yang berkulit pucat, rambutnya yang hitam, dan matanya yang berwarna cokelat.
“Perkenalkan dirimu terlebih dahulu.”
“Hai, namaku Alexander Jonathan Pierre. Aku berasal dari Perancis.”
Semua bertepuk tangan untuknya tapi berbeda denganku. Aku hanya terdiam dan terkejut.
‘Dia orang yang kulihat di kebun binatang!’
“Silahkan duduk di belakang sana.” Dia melaju mendekati meja kosong yang tepat berada di belakangku.
Saat dia berjalan melewatiku, aku bergidik ngeri dan seluruh tubuhku kaku. Aku merasakan aura dingin dan kematian darinya. Dia sudah menduduki tempatnya.
“Hai, Stephanie.” Dia membisikkan tepat ditelinga kiriku.
‘Bagaimana dia tahu namaku?’
Aku mengangkat tanganku untuk meminta izin agar bisa ke toilet. Guru mengijinkanku.
Di toilet, aku menyadarkan diri dengan air.
“Memang siapa dia? Bisa mengetahui namaku.” Aku menatap diriku di cermin.
Aku kembali lagi ke dalam kelas. Semua berjalan baik sampai akhir hari ini. Aku pulang sendiri lagi tetapi aku menyempatkan diri ke café bibiku sebentar.
Waktu menunjukan jam 18:00, aku berpamitan kepada bibiku.
Setelah dua minggu ini, aku menjalani hari seperti biasa. Belum ada tanda-tanda orang mengikutiku lagi. Aku memakan sarapan pagiku dengan pelan karena ini akhir pekan. Tiba-tiba…
“Ahhh! Kepalaku sakit!”
Aku melihat gambaran, aku meminum darah dari seorang laki-laki paruh baya.
“Ah, mengapa aku meminum darahnya? Dia papaku.” Tanganku yang berlumuran darahnya ini gemetar.
Dengan tiba-tiba, istrinya datang dengan tangisan dan pistol yang sudah mengarah kepadaku. Dia menarik pelatuknya.
“Mama, ….” Suaraku keluar dengan kecil. Istrinya mirip mamaku.
Dor!
Peluru silver mengenai tepat ke dalam telinga kiriku.
“Ma, mengapa kamu menembakku?”
Istri membantu suaminya untuk bertahan. Ia menutup bekas gigitan itu dengan sehelai kain.
Dengan darah bercucuran dari telingaku, aku berlari menuju keluar. Aku melihat laki-laki yang sudah mencari-cariku. Laki-laki ini membawa beberapa orang. Aku terlunglai jatuh tepat dilengannya.
“Rachel, apakah kau dengar aku?” aku menutup mata di gambaran itu dan seketika aku tersadar kembali. Alasan aku tersadar adalah suara bel. Aku mengambil sebuah pisau dari dapur. Aku membuka pintu rumahku. Aku mengarahkan pisau kepadanya. Murid baru itu cepat menangkap tanganku. Namun, ia jatuh pingsan ke pundakku. Aku merasa terkejut dan hanya dapat berdiam diri.
“Apa yang membawamu kesini? Apakah hidupmu sesulit hidupku? Aku tidak berani menanyakan kepadamu. Biarkan diriku saja yang menderita. Jangan dirimu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
R⃟€lmero_id
😖 stephani is rachel? dia yang bunuh kedua krang tuanya? atau itu cuma gambaran? tunggu novel ini penuh misteri 😖
2020-04-07
2
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangat terus
2020-03-15
2