Aku dan pelayanku bersiap-siap untuk bertarung kecuali beberapa pelayan yang aku perintahkan bersembunyi di bawah tanah sampai perang ini usai. Aku mengambil pedang yang jarang kugunakan. Pedang ini mengingatku yang telah membunuh temanku 400 tahun yang lalu dengan tidak sengaja. Pada waktu itu, aku sedang berhalusinasi setelah terkena racun cakar serigala dan mengira Rachel membujukku untuk membunuhnya.
Malampun telah tiba, aku memutuskan untuk tidak menggunakan pedang itu. Waktunya tiba, semua tamu serigalaku sudah menunggu kami untuk membuka pintu gerbang. Aku tidak menyangka serigala itu menambah pasukannya. Perang pun dimulai, aku tidak gentar untuk melawan mereka.
“Pada akhirnya,….” Akupun terjatuh karena tenagaku sudah tidak ada lagi. Aku hanya mendengar suara sayup-sayup. Lama-kelamaan mataku mulai terpejam.
“Tuan!” Pelayan yang tersisa telah keluar dari persembunyiaannya. Mereka berlari ke arahku. Semua pelayan yang di medan tempur telah gugur. Semua kaum serigala telah mundur sampai perang bulan purnama berikutnya.
Aku memasuki mimpiku. Mimpiku bercerita tentang Rachel yang kuajak mengobrol di tamanku.
“Rachel, apakah kau senang disini?”
Dia hanya menganggukan kepalanya dengan menunjukan senyuman manisnya kepadaku.
“Rachel, apakah kamu ingin berada di sisiku selamanya?” Aku sedikit malu berkata kepadanya.
Dia memegang kedua tanganku.
“Apapun yang terjadi, aku akan berada di sisimu selamanya. Aku mencintaimu, Richard.”
Aku mencium keningnya serta memeluknya di bawah tenggelamnya matahari yang indah.
Seketika, aku berpindah ke hutan yang gelap. Disana, ada seseorang yang keluar dari kegelapan hutan dengan lesu. Dia terjatuh dan menangkapnya. Ternyata, aku melihat Rachel sudah berdarah.
“Ra..chel..”
“Iya, aku disini.” Ilusi mimpiku telah dimulai, wajah Rachel berubah menjadi serigala.
Aku membelalak mataku. Lalu, aku menyerang Stephanie dengan menyeretnya sampai pintu kamarku. Aku menahannya dengan erat agar ia tidak memberontak.
Aku sudah kehilangan akal dan menghisap darahnya. Dia membantu menyadarkanku dengan beberapa kata.
“Maafkan aku, Richard. Aku telah meninggalkanmu dalam waktu yang lama.” Akan tetapi, dia menahanku agar terus meminum darahnya.
Aku melepaskan gigitannya itu.
“AHH!!!” aku melepaskan tanganku dari pundaknya. Aku mencoba menyadarkan diriku sendiri. Kepalaku sudah diisi suara.
‘Bunuh dia, Richard! Bunuh!’
“SUDAH CUKUP!”
Aku tertabrak dinding kamarku dan menundukkan kepalaku. Aku berbicara dengan suara itu.
‘Jangan sakiti dia! Jika itu terjadi, aku akan membunuhmu dulu.’
‘Hahaha, bukankah kau sudah membunuhnya 500 tahun lalu? Berarti sangat mudah bukan membunuhnya lagi?!’
Aku mendengar suara dari luar pikiranku. Setelah itu, aku menaikkan kepalaku menghadapnya dengan wajah yang letih.
“Hei-hei! Aku disini!”
Setengah diriku sudah tersadarkan seusai bersitegang dengan pikiran jahat itu
“Aku tau kamu bisa menahannya, Richard.”
Setengah sisi jahatku meneriaki Stephanie.
“BERHENTI!! KAMU BUKAN RACHEL!”
“Aku, Rachel yang kamu cari selama 500 tahun itu.”
Sesudah mendengar jawabannya, aku lunglai ke dalam dekapannya.
Beberapa menit kemudian, aku menemui mimpiku lagi. Aku berjalan di pesisir pantai Bersama Rachel. Aku memanggilnya dengan ragu.
“Ra-chel.”
“Hm, iya.” Aku merasakan tanganku dipegang oleh tangannya yang hangat.
Lalu, aku terbangun dari tidur yang lama. Aku terkejut melihat Stephanie tertidur pulas di sebelah ranjangku dengan memegang tanganku. Aku mencoba berdiri dan memindahkannya ke atas ranjangku.
“Maafkan aku, Stephanie. Aku hampir membunuhmu.” Aku melihat dan memegang kearah bekas gigitanku.
Dia hampir terbangun saat memegang luka itu. Aku membalikan badanku karena tidak sanggup lagi melihatnya. Aku memegang wajahku yang sudah tidak ada lagi luka. Aku melihat dua salep dan satu gelas darah di laci kecilku.
‘Apakah aku membuatmu lelah? Maafkan diriku. Seharusnya, aku tidak perlu mencarimu. Kamu sudah terlibat banyak hal. Aku benar-benar minta maaf, Stephanie.’
Aku mengambil gelas isi darah itu dan meminumnya. Aku memandang diriku di depan kaca. Warna mataku yang merah sudah normal kembali.
‘Aku membenci diriku sendiri!!’
Kekuatan pikiranku terlepas dengan tidak sengaja. Kekuatan itu membuat kaca di depanku menjadi pecah. Serta, aku memecahkan gelas yang ku pegang sedari tadi.
Darahku bercucuran ini tidak berlangsung lama melainkan tertutup dengan cepat.
‘Pergilah, monster!’
“Richard..” Suara Stephanie yang terbangun dari tidurnya.
“Kesalahanku yang dulu terulang lagi. Apakah aku tidak pantas untuk mendapatkanmu? Aku tidak mau kamu menanggung beban akibat lepas kendaliku. Aku menyarankan kamu lebih baik membenciku dibandingkan jatuh cinta yang akan membawamu ke arah kematian.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Choconirama
Itu pikiran jahat Richard terus berulang-ulang ngehasut buat ngebunuh thor??
2020-09-13
2
R⃟€lmero_id
itu yang nyehasut bunuh suara dari pikiran jahatnya kah thor? 🤔
2020-04-09
1
Kinan
Bagus bangtt, kakak jdi keinget orang tua kakak yg udah meninggal kerasa bangt rasanya, semangat ya amanda kamu hebat 😊
2020-04-06
1