BAB 17: Eclipsed Dominion

Aku berdiri di tepi jendela, memandang langit malam yang penuh dengan bintang-bintang berkilauan. Udara malam terasa dingin, menusuk kulitku, tetapi rasanya menenangkan. Suara jangkrik terdengar samar, seperti nyanyian malam yang menemani kesendirianku. Angin malam yang berhembus lembut membuat tirai jendela berayun pelan, seolah menyapa keberadaanku yang terjaga di tengah keheningan ini.

Setelah memberikan penilaian kepada murid-muridku, pikiranku masih dipenuhi dengan gambaran mereka; masing-masing dengan karakteristik yang unik. Masamune dengan katananya, penuh semangat untuk menjadi yang terkuat. Johan yang tidak pernah mau kalah, selalu berusaha untuk melampaui batas dirinya. Persaingan mereka begitu hidup dan penuh gairah, tetapi aku tahu keduanya memiliki potensi besar jika mereka bisa saling memahami dan bekerja sama.

Kemudian ada Charlotte—anak yang penuh dengan potensi dan ketenangan. Aku bisa melihat sesuatu yang berbeda di matanya hari ini. Dia bukan hanya sekadar petarung yang hebat; dia memiliki bakat memimpin, membimbing yang lain dengan strategi yang tajam dan keputusan yang cepat. Apa yang dia lakukan di dalam dungeon hari ini membuatku yakin bahwa dia bisa menjadi pemimpin yang luar biasa. Dan ada Elyrde, dengan tatapan matanya yang tenang namun tajam, selalu siap dengan busurnya, mengincar setiap musuh dengan ketepatan yang mematikan. Jade, dengan keberaniannya yang menyala-nyala, menguasai sihir api dengan kekuatan yang tak bisa diremehkan. Mereka semua adalah harapan masa depan.

Aku tersenyum kecil, menikmati betapa berbedanya hidupku sekarang. Mengingat masa lalu yang terasa begitu jauh, hidupku di dunia yang berbeda—dunia yang dipenuhi rutinitas yang menjemukan. Setiap hari terbangun pagi-pagi, mata berat karena kurang tidur, dan tubuh yang selalu terasa lelah. Saat itu, aku selalu terjaga untuk alasan yang salah—menghabiskan malam-malamku menyelesaikan pekerjaan yang bahkan bukan tugasku, semata-mata agar tidak tertinggal di tengah tumpukan beban.

Mengajar di sekolah dulu selalu terasa seperti siklus tanpa akhir; dari pagi hingga petang, terjebak di antara meja-meja kelas dan suara bising kota yang tiada henti. Setiap pagi, aku harus bangun lebih cepat, bergegas agar tidak terlambat, agar tidak terjebak dalam kemacetan yang memerangkap siapa saja yang lambat bergerak. Kehidupan yang terasa seperti beban, tidak ada kebahagiaan di balik rutinitas itu. Aku hidup, tetapi aku tidak benar-benar merasa hidup.

Tapi sekarang, meski aku masih terjaga, rasanya begitu berbeda. Ada kedamaian dalam kesunyian malam ini, dan untuk pertama kalinya, aku merasa benar-benar menikmati saat-saatku terjaga. Aku tidak lagi diburu waktu, tidak ada tuntutan yang memaksaku tetap terbangun. Aku terjaga karena aku ingin. Karena aku merasakan ada arti dalam setiap detik yang berlalu di dunia ini—di dunia yang memberikan kesempatan kedua bagiku.

Kurasakan dinginnya malam menyentuh wajahku, menyadarkan diriku bahwa apa yang kujalani kini adalah hidup yang baru, yang penuh dengan harapan dan tujuan. Setiap langkah yang kuambil di sini, setiap pelatihan dan pertarungan, terasa seperti membangun kembali diriku yang dulu pernah hilang. Aku bukan lagi orang yang sama yang terperangkap di balik meja dan beban pekerjaan tanpa henti. Aku adalah seseorang yang punya kuasa atas hidupku, yang memiliki kebebasan untuk memilih jalanku sendiri.

Langit malam seakan berbicara padaku, membisikkan sesuatu yang hangat, seperti sebuah pengingat bahwa aku berada di tempat yang seharusnya. Di sini, aku bisa membimbing murid-muridku, melihat mereka tumbuh, dan pada saat yang sama, aku juga menemukan kembali diriku.

Malam itu, saat kantuk tak kunjung datang, aku memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa kulakukan. Tanpa berpikir panjang, aku menggunakan sihir teleportasi dan berpindah ke depan pintu dungeon yang belakangan ini menjadi tempat pelatihan bagi keenam muridku.

Duduk di sana, tepat di depan pintu dungeon, aku mengangkat pandanganku ke langit malam. Bulan bersinar terang, seolah ingin memamerkan keindahannya. Namun, ada yang berbeda dari bulan di dunia ini dibandingkan dengan dunia asalku. Bulan di sini berwarna sedikit kebiruan, memancarkan cahaya lembut yang terasa magis di malam-malam tertentu. Aku baru menyadari betapa uniknya bulan ini.

Orang-orang di Kerajaan Fonterra menyebutnya Lunari, bulan yang dikenal dengan pesonanya yang memikat. Cahaya kebiruan Lunari memantul di permukaan tanah, menciptakan bayangan yang samar dan seolah menggoda untuk dijelajahi. Di bawah sinar bulan yang tenang, aku merenungkan perjalanan kami selama ini—dari hari pertama di dungeon hingga perjuangan dan kemajuan yang telah dicapai para muridku. Dalam kesunyian malam yang ditemani oleh Lunari, aku merasakan kehangatan yang aneh, sebuah pengingat bahwa meski dunia ini berbeda, keindahan yang kutemukan tetap bisa membuatku merasa damai.

Di bawah cahaya kebiruan Lunari yang menenangkan, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan mempelajari sihir elemen kegelapan lagi. Sejak datang ke dunia ini, sihir kegelapan selalu menarik minatku, dan malam ini terasa tepat untuk kembali memperdalamnya. Terlebih aku memiliki afinitas yang sangat baik dengan sihir kegelapan, mungkin kegelapan adalah sahabat terbaikku.

Dengan fokus dan imajinasi, aku mulai memanipulasi bayangan di sekitarku, mengubahnya menjadi berbagai objek sesuai keinginanku. Bayangan yang semula hanya mengikuti cahaya kini berubah bentuk, bergerak seakan memiliki kehidupan sendiri. Pertama, aku menciptakan tangan bayangan yang muncul dari kegelapan, melingkar dan menjalar seperti ular yang siap menangkap apapun. Jemarinya bergerak lentur, bisa kugunakan untuk meraih atau menangkis serangan.

Kemudian, aku mencoba sesuatu yang lebih kompleks—bayangan pengikat. Seutas bayangan panjang meluncur cepat, membelit erat seakan tali tak terlihat yang kuat, mengikat dan menahan apapun yang tersentuh. Sihir ini mengingatkanku pada acara TV yang pernah kusaksikan semasa kecil di dunia sebelumnya.

Namun, yang paling mengesankan adalah ketika aku berhasil membentuk naga bayangan. Dengan memanfaatkan setiap sudut imajinasi yang kumiliki, bayangan di tanah bergerak dan berkumpul, menciptakan sosok naga yang besar dan mengerikan. Tubuhnya yang hitam pekat berkilauan dalam cahaya Lunari, dengan sayap yang terbentang lebar dan mata yang menyala seperti bara. Naga bayangan ini melayang di udara, seakan hidup, menggeram pelan sambil menatap dengan tatapan yang dingin dan penuh kekuatan.

Sihir ini benar-benar memberiku kepuasan tersendiri. Setiap bayangan yang kubentuk seolah membawaku kembali ke kenangan masa kecilku, ketika segala sesuatu terasa mungkin dan imajinasi tak mengenal batas. Dengan menguasai lebih banyak bentuk sihir ini, aku merasa langkahku semakin mantap untuk melindungi murid-muridku dan menghadapi tantangan apa pun yang ada di depan.

Selain mempelajari sihir bayangan, aku juga mengakses Perpustakaan Dunia. Aku duduk bersila di atas permukaan tanah, tepat di depan pintu dungeon. Ku fokuskan pikiran ku, lalu aku memasuki Perpustakaan Dunia. Aku mencari sebuah mantra sihir elemen kegelapan yang cukup kuat, bukan untuk kesenangan diriku seorang diri namun untuk melindungi murid-murid ku nanti.

Lalu muncul sebuah buku sihir di hadapanku, aura kegelapannya sangat kuat bahkan sampai membuatku terkejut. Ku sentuh buku itu, semua isinya langsung kuserap yang membuatku sakit kepala luar biasa, sihir itu memiliki nama yang indah, Eclipsed Dominion.

Saat aku mempelajari Eclipsed Dominion, mantra itu menyerap seluruh perhatianku. Sihir ini lebih rumit dan berbahaya dibandingkan yang lain, memerlukan pemahaman mendalam akan kegelapan itu sendiri.

Begitu mantra mulai terukir dalam pikiranku, aku merasakan energi yang berat dan menekan, seolah-olah ada kabut gelap yang menyelimuti jiwaku. Aku mengangkat tangan, dan udara di sekitarku bergetar. Bayangan yang semula tertidur di bawah cahaya Lunari mulai bergolak, merespon panggilan sihirku.

“Eclipsed Dominion,” bisikku, dan seketika itu pula kegelapan mulai merambat dari bawah kakiku. Tanah di sekitarku berubah menjadi hitam legam, seolah malam telah mengklaim wilayah ini sepenuhnya. Aku membuka mataku dan mendapati sekelilingku tertutup dalam lingkup bayangan pekat yang bahkan Lunari tak mampu tembus.

Di dalam area ini, segala sesuatu terasa berbeda. Udara menjadi lebih dingin, suara-suara teredam seolah ditelan oleh kegelapan itu sendiri. Aku mengulurkan tanganku, dan bayangan di sekitarku menjelma menjadi berbagai bentuk: tombak-tombak hitam yang bisa melesat dengan satu perintah, tangan-tangan bayangan yang meraih dan meremas, serta makhluk-makhluk gelap tanpa wajah yang siap menyerang.

Aku meneliti bagaimana area ini bekerja—setiap gerakanku, setiap keinginanku, mempengaruhi kegelapan di sekitarku. Wilayah ini adalah ekstensi dari diriku, memperluas pengaruhku dan memberikan kendali absolut atas bayangan di dalamnya. Aku menyadari bahwa semakin lama aku berada dalam dimensi ini, semakin banyak kekuatan yang bisa kuserap dari segala yang terjebak di dalamnya.

Namun, di balik kekuatannya yang besar, ada harga yang harus dibayar. Penggunaan sihir ini menguras energi magis dengan cepat dan membutuhkan konsentrasi tinggi untuk mempertahankan kendali. Aku merasakan tekanannya di kepalaku, seolah ada sesuatu yang mencoba merasuk, memaksaku untuk terus menerus menjaga ketenangan pikiran. Mantra ini bukan hanya tentang menguasai bayangan, tapi juga tentang mengendalikan diri dari godaan kegelapan yang datang bersamanya.

Sihir Eclipsed Dominion adalah pedang bermata dua, sebuah kekuatan yang hebat namun berbahaya jika disalahgunakan. Dengan hati-hati, aku mengakhiri mantranya, perlahan menarik kegelapan kembali dan mengembalikan dunia ke keadaan semula. Namun, kini aku tahu—dengan mantra ini di tanganku, aku bisa mengubah pertempuran apa pun menjadi arena yang sepenuhnya berada di bawah kendaliku.

Setelah menguasai dasar-dasar Eclipsed Dominion, aku memutuskan untuk mencobanya langsung di dalam dungeon. Tanpa membuang waktu, aku memasuki pintu batu besar yang menjulang tinggi, membiarkan dinginnya udara bawah tanah menyambutku. Dungeon ini telah menjadi medan latihan bagi para muridku, namun kali ini, tempat ini akan menjadi uji coba kekuatanku sendiri.

Langkahku bergema di sepanjang koridor gelap yang dipenuhi reruntuhan dan bekas pertempuran. Aku terus turun, melewati lantai demi lantai yang pernah kutaklukkan bersama murid-muridku, hingga akhirnya aku tiba di lantai ke-20. Ini adalah wilayah terdalam yang pernah kami capai, dan di sinilah sang penguasa dungeon menunggu: "Noxcarlis," Kelabang Raksasa Beracun Mematikan yang memiliki kulit keras seperti baja.

Noxcarlis muncul dari kegelapan dengan suara berderak yang mengerikan. Tubuhnya panjang dan bersegmen, setiap segmen ditutupi oleh lapisan keras berwarna gelap, hampir seperti perisai baja yang memantulkan cahaya redup dari kristal-kristal bercahaya di dinding. Antena panjangnya bergerak-gerak dengan cepat, seolah merasakan kehadiranku, dan setiap gerakannya diiringi suara mendesis yang tajam.

Tanpa ragu, aku mengaktifkan Eclipsed Dominion. Kegelapan mengalir dari bawah kakiku, menyebar cepat dan melingkupi area pertempuran, mengubah ruangan menjadi dimensi bayangan yang sepenuhnya berada di bawah kendaliku. Noxcarlis bereaksi agresif, bergerak cepat dengan kakinya yang banyak, namun di dalam wilayahku, aku memiliki kendali penuh.

Aku mengangkat tanganku, dan bayangan di bawahnya menjelma menjadi tombak-tombak hitam yang menembus udara, menyerang kulit keras Noxcarlis dengan keras. Setiap serangan bayangan menghantam tubuhnya, menimbulkan suara dentingan seperti logam bertemu logam. Meskipun kulit baja Noxcarlis menahan sebagian besar serangan, aku bisa melihat titik-titik kecil di mana bayanganku mulai retak.

Namun, Noxcarlis tidak tinggal diam. Ia mengangkat tubuh depannya dan menyemburkan gas beracun yang mematikan ke seluruh ruangan. Racun itu menyebar dengan cepat, membuat udara bergetar dan berbau busuk, namun di dalam dimensi kegelapanku, gas itu tidak dapat menyentuhku. Aku memanipulasi bayangan untuk membentuk penghalang, melindungiku dari setiap semburan mematikannya.

Aku kemudian menciptakan tangan-tangan bayangan besar yang menjulur dan menangkap kaki-kaki Noxcarlis, membelitnya kuat. Kelabang raksasa itu meronta, berusaha membebaskan diri, namun jeratan bayanganku semakin mengencang. Dengan satu perintah, aku memanggil naga bayangan—sebuah bentuk besar yang menjelma dari kegelapan di bawahku. Naga itu melesat, menerjang Noxcarlis dengan gigitan mematikan, menghancurkan lapisan baja kerasnya yang tak tertembus.

Pertarungan berlangsung intens, namun dalam wilayah Eclipsed Dominion, aku memiliki keunggulan mutlak. Akhirnya, dengan satu serangan gabungan dari naga bayangan dan tombak-tombak gelap, Noxcarlis mengeluarkan raungan terakhir sebelum tubuhnya runtuh, hancur menjadi serpihan yang tergeletak di lantai dungeon.

Aku berdiri di tengah-tengah kegelapan, napasku sedikit terengah, namun perasaan puas memenuhi diriku. Sihir ini benar-benar memberiku kekuatan yang luar biasa. Dalam kegelapan, aku menemukan potensi sejati dari Eclipsed Dominion, dan kemenangan melawan Noxcarlis adalah bukti bahwa sihir ini mampu menaklukkan bahkan monster yang paling mematikan sekalipun.

Saat tubuh besar Noxcarlis tergeletak di lantai dungeon, serpihan dari lapisan baja yang hancur berserakan di sekitarnya. Aku menarik napas dalam, merasakan denyut energi yang masih bergetar di udara. Sihir Eclipsed Dominion perlahan menghilang, dan kegelapan memudar, mengembalikan ruangan ke bentuk aslinya. Namun, pertarungan ini ternyata belum berakhir sepenuhnya.

Di tengah-tengah reruntuhan tubuh Noxcarlis, sesuatu mulai bersinar redup. Cahaya biru keunguan, hampir tak terlihat, muncul dari bawah puing-puing. Aku mendekati sumber cahaya tersebut, menyingkirkan pecahan kulit keras Noxcarlis, dan menemukan sesuatu yang tidak terduga: sebuah belati hitam pekat yang berkilau dengan aura magis. Senjata ini tidak terlihat seperti benda biasa—bilahnya dihiasi dengan ukiran rune kuno yang bersinar samar, dan pegangan belati terasa dingin namun nyaman saat kugenggam.

Belati ini mengandung energi yang mirip dengan sihir kegelapan, namun terasa lebih halus dan terkendali. Saat kuamati lebih dekat, pengetahuan dari Perpustakaan Dunia memberitahuku bahwa ini bukan sekadar belati biasa; ini adalah "Umbra Fang," sebuah senjata legendaris yang mampu memperkuat serangan bayangan dan memberikan kemampuan khusus kepada penggunanya. Dengan senjata ini, pengguna dapat mempercepat gerakan bayangan dan menciptakan serangan yang lebih tajam dan cepat—sangat cocok untuk salah satu muridku, Elyrde, yang ahli menggunakan senjata ringan dan serangan bayangan.

Namun, belati ini bukan satu-satunya harta yang ditinggalkan Noxcarlis. Di dekat belati, aku juga menemukan gulungan tua yang terbuat dari kulit binatang yang kasar. Gulungan itu dihiasi dengan segel-segel sihir yang mengindikasikan sihir kuno di dalamnya. Saat kubuka, rune-rune bercahaya biru keunguan muncul dan membentuk tulisan mantra. Ini adalah "Venom Ward," sebuah mantra pertahanan yang menciptakan perisai pelindung yang mampu menetralkan racun dan serangan beracun lainnya.

Mantra ini langsung terlintas dalam pikiranku sebagai sesuatu yang akan sangat berguna bagi Celestine. Sebagai seorang penyembuh, kemampuannya dalam mengatasi racun dan mengurangi efek berbahaya akan semakin meningkat dengan mantra ini. Di dalam dungeon yang penuh dengan makhluk berbisa dan beracun, Venom Ward akan menjadi perlindungan yang sangat berharga bagi kelompok kami.

Aku menyimpan belati dan gulungan mantra dengan hati-hati. Meskipun pertarungan melawan Noxcarlis menguji batas kekuatanku, hasilnya jauh melampaui ekspektasiku. Senjata dan mantra ini akan memperkuat murid-muridku, memberikan mereka keunggulan baru yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Kegelapan mungkin berbahaya, namun di dalamnya, aku menemukan sekutu yang tak ternilai—senjata dan sihir yang akan membawa kami lebih dekat pada kemenangan di setiap pertempuran.

Setelah mengalahkan Noxcarlis dan memperoleh belati serta gulungan mantra, aku menggunakan sihir teleportasi untuk kembali ke asramaku sendiri. Ruanganku yang tenang dan sederhana menyambutku dengan keheningan, hanya diterangi oleh cahaya bulan Lunari yang menyelinap melalui jendela. Aku menaruh kedua barang berharga itu di atas meja kayu di sudut ruangan, di antara tumpukan buku-buku sihir dan peta dungeon yang sering kupelajari setiap malam.

Aku mengamati belati Umbra Fang yang berkilauan gelap di bawah cahaya redup, seakan menyimpan kekuatan bayangan yang siap meledak kapan saja. Kemudian, mataku beralih ke gulungan mantra Venom Ward, yang masih memancarkan aura magis samar. Kedua benda ini bukan sekadar temuan biasa—mereka adalah kunci untuk memperkuat murid-muridku dalam perjalanan mereka.

Aku membayangkan Elyrde memegang belati ini, memanfaatkannya untuk mempercepat serangan bayangannya yang mematikan. Di dalam hatiku, aku tahu senjata ini akan sangat cocok untuk gaya bertarungnya yang lincah dan presisi. Aku juga bisa melihat Celestine, dengan gulungan mantra Venom Ward di tangannya, melindungi teman-temannya dari racun berbahaya yang kerap kali menjadi ancaman di dalam dungeon. Melihat mereka bertambah kuat adalah salah satu alasan terbesarku terus berjuang di dunia ini.

Aku duduk di tepi tempat tidur, membiarkan punggungku bersandar pada dinding dingin. Aku merenungkan segala yang terjadi malam ini—pertarungan sengit, tantangan berat, dan hadiah tak terduga yang berhasil kuraih. Di tengah kelelahan, ada rasa puas yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku tahu bahwa esok hari, saat pelajaran berlangsung, aku akan memberikan senjata dan mantra ini kepada Elyrde dan Celestine. Melihat reaksi mereka, serta potensi baru yang akan mereka tunjukkan, membuatku semakin bersemangat.

Aku berbaring dan menarik selimut, mataku menatap langit-langit kamar yang redup. Pikiran tentang latihan esok hari berputar-putar di benakku, dan meskipun tubuhku lelah, semangatku masih membara. Dengan senjata dan mantra baru ini, murid-muridku akan menjadi lebih kuat, lebih siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang menanti kami.

Dengan pikiran itu, aku memejamkan mata, membiarkan rasa kantuk mengambil alih. Malam ini berakhir, tetapi petualangan kami masih panjang. Dan aku tidak sabar untuk melihat sejauh mana kami bisa melangkah.

Episodes
1 BAB 1: Awal Mulanya
2 BAB 2: Arthur Westwood
3 BAB 3: Mendapatkan Murid
4 BAB 4: Hari Penerimaan
5 BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6 BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7 BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8 BAB 8: Berakhirnya Hari
9 BAB 9: Rapat Dewan Guru
10 BAB 10: Hari Pertama
11 BAB 11: Worm Hole
12 BAB 12: Home Visit
13 BAB 13: Home Visit Part 2
14 BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15 BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16 BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17 BAB 17: Eclipsed Dominion
18 BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19 BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20 BAB 20: Hari Pertarungan
21 BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22 BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23 BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24 BAB 24: Drama Hari Ini
25 BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26 BAB 26: Memanggil Familiar
27 BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28 BAB 28: Kelas Bonding
29 BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30 BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31 BAB 31: Berita Buruk
32 BAB 32: Kutukan Terangkat
33 BAB 33: Janji Di Sore Itu
34 BAB 34: Perubahan Sikapnya
35 BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36 BAB 36: Festival Lunaria
37 BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38 BAB 38: Babak Penyisihan
39 BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40 BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41 BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42 BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43 BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44 BAB 44: Drama Di Kelas
45 BAB 45: Rencana Liburan
46 BAB 46: Perasaan Nostalgia
47 BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48 BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49 BAB 49: Hari Terakhir
50 BAB 50: Tugas Berat
51 BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52 BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53 BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54 BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55 BAB 55: Membantu Persiapan
56 BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57 BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58 BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59 BAB 59: Pertunjukan Sihir
60 BAB 60: Saling Mendukung
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1: Awal Mulanya
2
BAB 2: Arthur Westwood
3
BAB 3: Mendapatkan Murid
4
BAB 4: Hari Penerimaan
5
BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6
BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7
BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8
BAB 8: Berakhirnya Hari
9
BAB 9: Rapat Dewan Guru
10
BAB 10: Hari Pertama
11
BAB 11: Worm Hole
12
BAB 12: Home Visit
13
BAB 13: Home Visit Part 2
14
BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15
BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16
BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17
BAB 17: Eclipsed Dominion
18
BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19
BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20
BAB 20: Hari Pertarungan
21
BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22
BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23
BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24
BAB 24: Drama Hari Ini
25
BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26
BAB 26: Memanggil Familiar
27
BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28
BAB 28: Kelas Bonding
29
BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30
BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31
BAB 31: Berita Buruk
32
BAB 32: Kutukan Terangkat
33
BAB 33: Janji Di Sore Itu
34
BAB 34: Perubahan Sikapnya
35
BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36
BAB 36: Festival Lunaria
37
BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38
BAB 38: Babak Penyisihan
39
BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40
BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41
BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42
BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43
BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44
BAB 44: Drama Di Kelas
45
BAB 45: Rencana Liburan
46
BAB 46: Perasaan Nostalgia
47
BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48
BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49
BAB 49: Hari Terakhir
50
BAB 50: Tugas Berat
51
BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52
BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53
BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54
BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55
BAB 55: Membantu Persiapan
56
BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57
BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58
BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59
BAB 59: Pertunjukan Sihir
60
BAB 60: Saling Mendukung
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!