BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2

Setelah membagi mereka menjadi dua kelompok, aku tahu bahwa meskipun mereka antusias, tanggung jawabku sebagai pengawas tetap tidak boleh diabaikan. Dungeon ini penuh dengan bahaya, dan keselamatan mereka adalah yang utama. Kelompok pertama, yang terdiri dari Johan, Jade, dan Elyrde, bersiap untuk masuk lebih dulu. Aku akan mengikuti mereka ke dalam untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Sebelum itu, aku menoleh ke kelompok kedua—Charlotte, Masamune, dan Celestine—yang berdiri dengan sabar menunggu giliran mereka.

“Kelompok pertama akan masuk lebih dulu,” kataku, menatap Charlotte dan yang lainnya. “Kalian tetap di sini dan berjaga. Jangan masuk sebelum kami kembali ke permukaan. Ini penting untuk menjaga agar semuanya tetap terkendali.”

Charlotte mengangguk dengan tegas. “Kami mengerti, pak guru . Kami akan menunggu dengan sabar.”

Masamune menyandarkan katananya di bahu dan berkata, “Kalau ada apa-apa, kami siap menyusul. Tapi kami akan tetap berjaga seperti yang pak guru bilang.”

Celestine memberi isyarat dengan kedua jempolnya ke atas, lalu menuliskan sesuatu di bukunya: *“Jaga diri kalian. Kami akan menunggu.”*

Aku tersenyum pada mereka, merasa lega melihat keseriusan mereka. “Baik. Ingat, jangan gegabah. Kelompok pertama mungkin akan menghadapi banyak hal tak terduga, jadi kita perlu tetap waspada.”

Jade, yang sudah siap dengan sihir apinya, menoleh sejenak. “Tenang saja, pak guru . Kami akan memberikan yang terbaik.”

Johan memutar tombaknya, bersiap melangkah lebih jauh. “Kami pasti bisa melakukannya. Kita sudah siap.”

Elyrde hanya mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang tapi penuh fokus.

Aku memberikan anggukan terakhir pada kelompok kedua sebelum melangkah masuk bersama kelompok pertama. “Tetap waspada dan jangan sampai lengah. Kita akan kembali segera.”

Kelompok pertama memasuki dungeon dengan semangat tinggi, sementara kelompok kedua tetap berjaga di luar. Aku mengikuti Johan, Jade, dan Elyrde masuk ke dalam, memastikan setiap langkah mereka berada di bawah pengawasanku.

Lantai pertama dungeon ini dipenuhi dengan kelelawar hitam yang berterbangan di udara, menyergap dari setiap sudut gelap. Hewan-hewan iblis ini tidak terlalu kuat, tapi jumlah mereka yang banyak dan gerakan cepat membuat mereka menjadi ancaman yang merepotkan. Mereka bergerak berkelompok, menghisap darah siapapun yang lengah, menandakan bahwa tidak ada yang bisa menganggap remeh dungeon ini.

Pertarungan dimulai begitu kami melangkah lebih jauh. Johan langsung mengambil posisi di depan, tombaknya berkilat saat ia memutar senjatanya untuk menghalau kelelawar yang terbang rendah, mencoba mendekat. Satu serangan tebasan cepat dari tombaknya berhasil menjatuhkan beberapa kelelawar sekaligus.

“Jangan sampai mereka mendekat!” seru Johan, berkeringat tapi tetap fokus.

Di belakangnya, Jade merapalkan sihir api dengan cekatan. Bola-bola api kecil melesat dari tangannya, meledak di udara dan membakar kelelawar-kelelawar yang terbang mendekat. Asap mengepul, dan suhu udara sekitar meningkat seiring dengan serangan Jade yang semakin intens.

“Aku butuh lebih banyak ruang, Johan!” seru Jade sambil melemparkan bola api lagi. “Jangan biarkan mereka mendekat terlalu dekat!”

Johan menanggapi dengan tegas, mengayunkan tombaknya ke arah kelelawar-kelelawar yang mencoba menembus pertahanan. “Tenang saja, aku menghalau mereka!”

Elyrde, berdiri sedikit lebih jauh di belakang, tidak tinggal diam. Dengan gerakan gesit, dia mengeluarkan busur dan menarik anak panahnya dengan mantap. Setiap bidikan tepat mengenai kelelawar yang berusaha menghindari serangan api Jade. Keahlian Elyrde dalam memanah menunjukkan ketepatan dan ketenangan seorang elf sejati.

Elyrde menembakkan satu anak panah lagi dan mengalahkan dua kelelawar yang mendekat dengan satu tembakan. “Aku akan menjaga jarak dan memastikan mereka tidak mendekat dari atas.”

Jade melihat sekeliling, memastikan tidak ada lagi kelelawar yang tersisa. “Kerja bagus, Elyrde! Panahmu selalu tepat sasaran.”

Elyrde hanya mengangguk kecil, ekspresinya tetap tenang meski ia jelas merasa puas dengan kontribusinya. Johan, yang masih di garis depan, membersihkan sisa-sisa kelelawar terakhir dengan tebasan tombaknya.

Setelah beberapa saat, kelelawar hitam mulai mundur, tersisa hanya asap dan bekas luka bakar di dinding dungeon. Mereka berhasil mengalahkan semua kelelawar tanpa ada yang terluka serius, meski koordinasi tim masih perlu ditingkatkan.

Aku melangkah maju, melihat sekeliling dan memeriksa kondisi mereka. “Kalian melakukan pekerjaan yang hebat. Tetap fokus dan jaga koordinasi. Dungeon ini tidak akan jadi lebih mudah.”

Johan mengangguk, napasnya sedikit berat tapi senyumnya menunjukkan kepuasan. “Kami akan melakukannya lebih baik lagi, pak guru .”

Jade menghela napas lega, mengibaskan sisa-sisa api dari tangannya. “Ya, kita akan terus belajar dan bekerja sama.”

Elyrde mengangguk setuju, mengikat busurnya kembali dengan tenang. Mereka masih harus banyak belajar soal kerja sama tim, tapi keberanian dan kemampuan mereka sudah menunjukkan potensi besar. Ini baru awal, dan mereka sudah menunjukkan bahwa mereka adalah murid-murid yang luar biasa.

Saat kami melangkah lebih dalam ke dungeon, atmosfer berubah semakin gelap dan pengap. Di lantai pertama, kami hanya berhadapan dengan kelelawar hitam, namun semakin jauh kami melangkah, hewan iblis yang muncul menjadi lebih bervariasi dan semakin berbahaya. Di depan kami, suara gesekan logam dan sayap berkepak terdengar semakin jelas, menandakan kehadiran musuh-musuh baru.

“Kalian siap?” tanyaku sambil melihat ke arah Johan, Jade, dan Elyrde yang bersiap di posisinya masing-masing.

Johan menggenggam tombaknya lebih erat. “Selalu siap, pak guru . Ayo kita tunjukkan apa yang bisa kita lakukan.”

Hewan iblis pertama yang muncul adalah Tikus Bercula—makhluk besar seukuran anjing kecil, dengan tanduk tajam di kepalanya dan cakar kuat yang bisa menghancurkan batu. Mereka menyerang dalam kelompok, bergerak cepat di lantai dungeon dengan cekatan.

“Johan, jaga mereka agar tidak mendekat!” seru Jade sambil merapalkan mantra.

Johan berlari ke depan, menebas dengan cepat, tombaknya menusuk dan menghalau tikus-tikus bercula yang mendekat. Beberapa tikus terlempar ke dinding, tapi yang lain terus berdatangan tanpa henti. Johan terus menjaga jarak agar Jade bisa bebas melepaskan sihirnya.

Jade melepaskan sihir api yang langsung membakar tikus-tikus bercula yang berhasil didekati oleh Johan. “Mereka tidak terlalu kuat, tapi jumlahnya bisa merepotkan!”

Sebelum kami bisa bernapas lega, Lampreys Terbang mulai muncul, melayang-layang di udara dengan mulut penuh gigi tajam. Mereka bergerak cepat, siap menyerang dari atas.

Elyrde sudah bersiap. Dia menarik busurnya dan membidik dengan tenang, melepaskan anak panah yang langsung menghantam Lampreys Terbang dengan presisi. “Aku akan menangani mereka dari jarak jauh.”

Elyrde berhasil menjatuhkan beberapa Lampreys dengan panahnya, setiap tembakan tepat mengenai sasarannya. Namun, beberapa Lampreys yang lolos mulai menyerang Johan dan Jade.

Johan memutar tombaknya dengan cepat, menangkis serangan Lampreys Terbang yang mencoba menggigitnya. Jade, di sisi lain, menembakkan bola api kecil yang meledak di udara, membakar Lampreys yang terbang terlalu dekat.

“Kita harus lebih cepat!” seru Johan, berusaha menjaga keseimbangan.

Saat kami mulai mengatasi Lampreys, terdengar suara logam berderit. Dari sudut gelap dungeon, Belalang Besi muncul dengan suara yang menakutkan. Tubuh mereka seperti pelat baja, dengan kaki yang tajam dan kuat. Serangan fisik biasa tidak akan cukup untuk menembus pertahanan mereka.

“Mereka terlalu keras untuk tombakku!” kata Johan, sedikit terdesak.

Jade melangkah maju, menyalakan api yang lebih besar di tangannya. “Aku yang urus! Api seharusnya bisa melemahkan mereka!”

Dengan gerakan cepat, Jade melemparkan api yang meledak tepat di tubuh Belalang Besi, membuat mereka terhuyung karena panas. Logam mereka mulai memanas, dan gerakan mereka melambat.

Elyrde tidak mau ketinggalan, ia menarik busurnya lebih kuat, melepaskan panah yang dilapisi sihir ke arah titik lemah Belalang Besi yang terbuka akibat serangan Jade. Panah tersebut berhasil menembus dan membuat belalang jatuh satu per satu.

Setelah pertarungan sengit itu, kami berhasil mengalahkan ketiga jenis hewan iblis tersebut. Meski kelelahan, murid-muridku berhasil menunjukkan kekuatan dan kemampuan mereka yang sebenarnya. Mereka masih perlu meningkatkan kerja sama, tapi sejauh ini mereka sudah melakukan tugas yang luar biasa.

Setelah mengalahkan Tikus Bercula, Lampreys Terbang, dan Belalang Besi, kami memutuskan untuk kembali ke permukaan. Pertarungan yang intens membuat kami kelelahan, dan saatnya memberi kesempatan kelompok kedua untuk memasuki dungeon.

“Baiklah, kita sudah cukup di sini untuk saat ini,” kataku sambil melihat ke arah murid-muridku yang masih bernafas berat. “Saatnya untuk kelompok kedua.”

Johan, Jade, dan Elyrde tampak puas dengan pencapaian mereka. Johan menyandarkan tombaknya dan mengangguk. “Kami sudah siap untuk kembali. Selamat berjuang, kelompok kedua.”

Charlotte, Masamune, dan Celestine yang sudah menunggu di luar dungeon, tampak siap dan bersemangat untuk giliran mereka. Mereka segera mendekat, siap untuk memasuki dungeon.

“Semua baik-baik saja?” tanya Charlotte dengan cemas, melirik ke arah kami.

Jade mengangguk. “Ya, kami selamat. Dungeon ini penuh dengan tantangan, tapi kalian akan baik-baik saja. Tetap waspada.”

Masamune menatap dungeon dengan penuh tekad. “Kami siap. Segera setelah kalian keluar, kami akan menggantikan tempat kalian.”

Elyrde yang biasanya pendiam hanya mengangguk dan memberi isyarat untuk masuk. Celestine tersenyum dan menunjukkan tulisan di bukunya: *“Kami akan melakukan yang terbaik.”*

Aku tersenyum kepada kelompok kedua. “Ingat, tetap fokus dan bekerja sama. Dungeon ini penuh dengan bahaya yang tidak terduga. Jagalah satu sama lain.”

Charlotte mengangguk, memeriksa peralatan sihirnya. “Kami akan hati-hati. Ayo, Masamune dan Celestine.”

Dengan semangat tinggi, kelompok kedua melangkah memasuki dungeon, siap untuk menghadapi tantangan yang menanti di dalam.

Aku tersenyum pada mereka bertiga. "Jangan sungkan untuk meminta bantuan ku ingat ya? Kalau kalian kesulitan, aku akan membantu kalian."

Kelompok kedua—Charlotte, Masamune, dan Celestine—memasuki dungeon dengan penuh semangat, siap untuk menghadapi tantangan yang menanti. Mereka segera menghadapi hewan iblis yang sama seperti sebelumnya: Tikus Bercula, Lampreys Terbang, dan Belalang Besi. Namun, cara mereka menghadapi situasi ini sangat berbeda dari kelompok pertama.

Masamune, dengan keahlian samurainya, langsung mengambil posisi di garis depan. Ia mengamuk dengan katana-nya, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dan kekuatan yang mengesankan. Setiap tebasan melesat dengan presisi, dan banyak hewan iblis yang berhasil dipotong sebelum mereka sempat mendekat.

“Tebas! Jangan biarkan mereka mendekat!” teriak Masamune, sepenuhnya fokus pada pertarungan dan mengabaikan apa yang terjadi di sekelilingnya.

Charlotte, yang berdiri di belakang Masamune, mulai merasakan frustrasi karena tidak bisa berkontribusi seperti yang ia inginkan. Mengingat statusnya sebagai anak dari keluarga bangsawan Pennyroyal, ia merasa tertekan untuk membuktikan kemampuannya. Merasa tertekan, ia mulai menyerang tanpa rencana, melemparkan sihir esnya dengan sembarangan, membekukan apa saja yang ada di dekatnya.

“Rasakan ini!” teriak Charlotte, melemparkan bola es yang membekukan beberapa Tikus Bercula, tapi juga mengenai Masamune secara tidak sengaja.

Masamune tidak menghiraukan gangguan itu dan terus memfokuskan serangannya pada musuh, meski kadang terpaksa menghindari serangan es dari Charlotte.

Celestine, di sisi lain, merasa tertekan dengan situasi yang kacau ini. Ia biasanya sangat tenang, namun kali ini ia merasa tidak bisa berbuat banyak. Dengan suasana yang semakin panas dan pertempuran yang semakin sengit, Celestine tidak dapat menemukan kesempatan untuk melibatkan diri. Ia lebih banyak berdiri di sisi, mencoba mencari celah untuk beraksi, namun sering kali tertutup oleh aksi Masamune dan Charlotte.

Ketika Belalang Besi mulai muncul, Masamune kembali menerjang dengan berani, memotong dengan ketepatan samurai yang luar biasa. Charlotte, yang semakin frustrasi, menembakkan sihir es secara membabi buta, sementara Celestine masih mencoba mengatur langkahnya di tengah kekacauan.

“Masamune, hati-hati!” seru Charlotte, meski suaranya nyaris tenggelam di tengah keributan. “Aku tidak sengaja…”

Masamune hanya menjawab dengan geraman marah, terus memotong Belalang Besi yang muncul dengan semangat tinggi.

Dalam suasana yang penuh ketegangan ini, koordinasi tim mereka agak kacau, namun semangat dan keberanian mereka tidak bisa dipungkiri. Akhirnya, setelah pertempuran sengit yang melibatkan banyak kerusakan dan kekacauan, mereka berhasil mengatasi semua musuh di lantai ini.

Ketika mereka kembali ke permukaan, wajah mereka menunjukkan kelelahan dan rasa puas. Charlotte, Masamune, dan Celestine tampak penuh semangat meskipun ada beberapa kekacauan dalam kerjasama mereka.

Aku menatap mereka dengan perhatian. “Bagaimana pertempurannya? Bagus sekali kalian bisa mengatasi semua musuh, meski kerjasamanya agak kacau.”

Charlotte, dengan napas berat, menjawab. “Kami… kami berhasil, meski tidak tanpa masalah. Aku merasa harus lebih memperhatikan rekan-rekan timku.”

Masamune mengangguk, masih terengah-engah. “Aku terlalu fokus pada pertarungan. Aku akan lebih memperhatikan koordinasi ke depannya.”

Celestine mengangguk, meski tampak sedikit lelah. “Kami akan belajar dari pengalaman ini dan bekerja sama lebih baik.”

Aku tersenyum pada mereka semua. “Bagus, kalian sudah melakukan yang terbaik. Setiap pertarungan adalah pelajaran berharga. Sekarang, istirahatlah dan persiapkan diri untuk petualangan berikutnya.”

Saat semua murid berkumpul di depan pintu dungeon, aku mengambil sejenak untuk menilai hasil dari pertarungan hari ini. Mereka tampak kelelahan tapi puas, masing-masing membawa pengalaman baru dari petualangan mereka. Aku tahu, sebagai pengawas mereka, penting untuk memberikan umpan balik yang konstruktif agar mereka bisa berkembang lebih baik.

Aku berdiri di depan mereka, menatap satu per satu. "Hari ini, kalian semua telah menunjukkan keberanian dan keterampilan yang luar biasa. Namun, setiap petualangan juga memberikan pelajaran berharga."

“Kelompok pertama, Johan, Jade, dan Elyrde. Kalian berhasil menghadapi berbagai musuh dengan baik. Johan, keberanianmu di garis depan sangat mengesankan, dan Jade, sihir apimu sangat membantu dalam menghadapi berbagai musuh. Elyrde, keahlian memanahmu sangat efektif dalam mengatasi musuh dari jarak jauh. Meski demikian, kerja sama tim kalian masih bisa diperbaiki. Kalian perlu lebih berkoordinasi agar tidak saling mengganggu dan memaksimalkan kekuatan masing-masing.”

“Kelompok kedua, Charlotte, Masamune, dan Celestine. Masamune, keahlianmu sebagai samurai sungguh hebat. Kamu menunjukkan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Charlotte, kemarahanmu dan tekadmu menunjukkan harga diri yang tinggi, tetapi kamu perlu belajar untuk mengatur emosi dan seranganmu agar tidak mengganggu rekan tim. Celestine, meskipun kamu tidak banyak terlibat dalam pertempuran kali ini, tenang dan fokusmu sangat penting. Namun, ada baiknya jika kamu lebih aktif dalam koordinasi tim.”

“Secara keseluruhan, baik kelompok pertama maupun kedua telah menunjukkan potensi yang besar. Setiap kekurangan yang terlihat adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ingatlah, pertarungan bukan hanya tentang kekuatan individu, tetapi tentang bagaimana kalian bisa bekerja sama sebagai tim.”

Aku menatap mereka semua dengan penuh keyakinan. “Ini baru permulaan dari perjalanan kalian. Teruslah berlatih dan tingkatkan keterampilan serta kerjasama kalian. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik. Aku percaya kalian semua bisa mencapai hal-hal yang lebih besar lagi.”

Dengan itu, aku memberikan senyum penuh harapan. “Sekarang, istirahatlah dan persiapkan diri untuk petualangan berikutnya. Kalian telah melakukan pekerjaan yang hebat hari ini, dan aku tidak sabar untuk melihat kemajuan kalian di masa depan.”

"Baik pak guru!" Ucap mereka semua, aku melihat wajahnya Celestine yang nampak lesu karena tidak banyak melakukan apapun. Tenanglah Celestine, masih banyak kesempatan untuk membuktikan kehebatan mu.

Dengan penilaian dan pelajaran yang telah dibagikan, semua murid kembali ke akademi dengan semangat baru. Mereka tahu bahwa setiap langkah maju adalah bagian dari perjalanan panjang menuju kesempurnaan. Petualangan hari ini hanyalah awal dari apa yang akan mereka capai di masa depan.

Terpopuler

Comments

Charlotte

Charlotte

what?

2024-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Awal Mulanya
2 BAB 2: Arthur Westwood
3 BAB 3: Mendapatkan Murid
4 BAB 4: Hari Penerimaan
5 BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6 BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7 BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8 BAB 8: Berakhirnya Hari
9 BAB 9: Rapat Dewan Guru
10 BAB 10: Hari Pertama
11 BAB 11: Worm Hole
12 BAB 12: Home Visit
13 BAB 13: Home Visit Part 2
14 BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15 BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16 BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17 BAB 17: Eclipsed Dominion
18 BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19 BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20 BAB 20: Hari Pertarungan
21 BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22 BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23 BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24 BAB 24: Drama Hari Ini
25 BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26 BAB 26: Memanggil Familiar
27 BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28 BAB 28: Kelas Bonding
29 BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30 BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31 BAB 31: Berita Buruk
32 BAB 32: Kutukan Terangkat
33 BAB 33: Janji Di Sore Itu
34 BAB 34: Perubahan Sikapnya
35 BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36 BAB 36: Festival Lunaria
37 BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38 BAB 38: Babak Penyisihan
39 BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40 BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41 BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42 BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43 BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44 BAB 44: Drama Di Kelas
45 BAB 45: Rencana Liburan
46 BAB 46: Perasaan Nostalgia
47 BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48 BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49 BAB 49: Hari Terakhir
50 BAB 50: Tugas Berat
51 BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52 BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53 BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54 BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55 BAB 55: Membantu Persiapan
56 BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57 BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58 BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59 BAB 59: Pertunjukan Sihir
60 BAB 60: Saling Mendukung
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1: Awal Mulanya
2
BAB 2: Arthur Westwood
3
BAB 3: Mendapatkan Murid
4
BAB 4: Hari Penerimaan
5
BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6
BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7
BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8
BAB 8: Berakhirnya Hari
9
BAB 9: Rapat Dewan Guru
10
BAB 10: Hari Pertama
11
BAB 11: Worm Hole
12
BAB 12: Home Visit
13
BAB 13: Home Visit Part 2
14
BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15
BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16
BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17
BAB 17: Eclipsed Dominion
18
BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19
BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20
BAB 20: Hari Pertarungan
21
BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22
BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23
BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24
BAB 24: Drama Hari Ini
25
BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26
BAB 26: Memanggil Familiar
27
BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28
BAB 28: Kelas Bonding
29
BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30
BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31
BAB 31: Berita Buruk
32
BAB 32: Kutukan Terangkat
33
BAB 33: Janji Di Sore Itu
34
BAB 34: Perubahan Sikapnya
35
BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36
BAB 36: Festival Lunaria
37
BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38
BAB 38: Babak Penyisihan
39
BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40
BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41
BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42
BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43
BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44
BAB 44: Drama Di Kelas
45
BAB 45: Rencana Liburan
46
BAB 46: Perasaan Nostalgia
47
BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48
BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49
BAB 49: Hari Terakhir
50
BAB 50: Tugas Berat
51
BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52
BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53
BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54
BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55
BAB 55: Membantu Persiapan
56
BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57
BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58
BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59
BAB 59: Pertunjukan Sihir
60
BAB 60: Saling Mendukung
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!