BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2

Entah apa yang terjadi, tetapi setelah Charlotte Pennyroyal- seorang gadis muda anak bangsawan yang lumayan termasyhur di kota ini menyatakan keinginannya untuk menjadi muridku, tiba-tiba saja kelasku ramai didatangi oleh banyak calon murid.

Tentu saja ini bagus untukku, namun aku juga harus memilah dan memilih mana calon murid yang benar-benar memiliki potensi hebat karena aku selalu mementingkan kualitas daripada kuantitas.

Tidak seperti kebanyakan guru di sini yang akan semakin senang jika semakin banyak murid bergabung, aku lebih memilih untuk setidaknya memenuhi kuota persyaratan ku saat ini, yakni 5 orang murid. Ya setidaknya aku mungkin memiliki 5-7 orang murid saja dalam satu kelas, karena akan sangat mudah mengatur mereka dan mengajar jauh lebih efektif.

Dan setelah Charlotte Pennyroyal, aku lalu mengangkat satu murid lagi. Dia seorang gadis muda yang cantik, usianya satu tahun lebih tua dari Charlotte yaitu 17 tahun, rambutnya sebahu berwarna merah gelap, seperti gadis pada umumnya ia selalu suka mengenakan pakaian yang anggun dan memanjakan mata laki-laki. Namanya adalah Celestine Oxwood, saat aku melihat statusnya aku menemukan kalau Celestine adalah calon penyihir berbakat yang akan menguasai lebih dari dua elemen sihir.

Saat ia datang ke kelasku ia terlihat sangat putus asa, ia bahkan tidak berani menatapku karena mungkin sejauh ini ia selalu ditolak oleh kelas manapun. Aku yang bisa melihat bakatnya itu tentu saja langsung menginginkannya, aku langsung menarik tangannya yang lembut itu dengan sangat antusias dan penuh semangat, ku lihat wajahnya memerah karena itu namun Celestine masih diam seribu bahasa.

Pada saat Charlotte memukul tanganku dengan buku miliknya karena memegangi tangan Celestine dengan begitu bersemangat, aku baru menyadari satu hal. Celestine tidak dapat berbicara atau mengalami sedikit kelainan, alias tunawicara. Patutlah ia selalu ditolak, ternyata ia memiliki sebuah keunikannya tersendiri, tetapi itulah yang sering orang-orang bilang 'jangan lihat buku dari sampulnya saja' rupanya dibalik kekurangan Celestine, terdapat sebuah bakat yang perlu di asah lagi.

Saat aku menyadari itu, Celestine sempat takut. Mungkin ia berpikir aku akan sama seperti guru-guru yang lain yang tidak sudi menerima dirinya yang memiliki kekurangan itu, namun aku justru merangkulnya sambil menepuk-nepuk pundaknya beberapa kali memberikan dirinya semangat. Celestine sempat terkejut, tetapi ia lalu menangis dalam keheningan.

"Bagaimana bisa pak guru tahu kalau dia seorang tunawicara? Aku bahkan tidak menyadari itu" Charlotte berujar setelah menyaksikan tindakan ku pada Celestine.

Dengan santai dan penuh kepercayaan diri ku jawab pertanyaan Charlotte. "Itu karena aku guru yang hebat!" Aku tersenyum lalu memalingkan wajahku ke arah Celestine lagi. "Betulkan Celestine? Pak guru di depan mu ini benar-benar hebat kan?"

Celestine memiringkan kepalanya namun ia tersenyum manis setelahnya, mungkin dipikirannya saat ini mengapa hari ini ia dipertemukan dengan guru yang benar-benar narsis. Tetapi walaupun sedikit narsis, setidaknya aku berhasil membuat Celestine tersenyum lagi.

"Dasar narsistik!" Charlotte mendengus kesal sambil menatapku, lalu ia maju mendekati Celestine dan menarik lengannya dengan riang, Charlotte memperkenalkan dirinya pada Celestine.

Celestine mengangguk lalu mengeluarkan bahasa isyarat, Charlotte tidak mengerti dan ia lalu bertanya padaku apa maksud dari isyarat tangan yang dibuat oleh Celestine tadi.

"Namaku Celestine, senang berkenalan denganmu Charlotte! Itu kata Celestine tadi, benarkan Celestine?" tanyaku pada Celestine yang langsung gembira karena mungkin Celestine menemukan orang yang bisa memahaminya.

"Pak guru Arthur mengerti bahasa isyarat? Aku tidak tahu itu!" Charlotte malah lebih terkejut dari Celestine.

Untungnya bahasa isyarat yang digunakan oleh Celestine tidak jauh berbeda dari bahasa isyarat yang digunakan oleh orang-orang berkebutuhan khusus di duniaku dulu. Aku langsung menyadarinya saat Celestine mencoba berkenalan dengan Charlotte tadi, aku memperhatikan gerakan tangannya Celestine dan memang tidak ada perbedaan sama sekali.

Dulu aku semasa masih kuliah, aku sempat melakukan magang di Sekolah Luar Biasa atau sekarang lebih dikenal dengan istilah Kelas Inklusi untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus. Dari situlah aku mempelajari bahasa isyarat dan berbagai tingkah laku mereka, karena saat itu aku ingin mengenal lebih jauh tentang mereka daripada harus takut akan stigma negatif yang sudah mengakar kuat di masyarakat.

"Sepertinya anda orang yang memiliki banyak ilmu pak guru Arthur, tidak seperti yang banyak diberitakan tentang dirimu" tiba-tiba saja Lewis ikut masuk dalam obrolan, ia memberikanku pujian yang hanya ku balas dengan sebuah senyuman.

"Banyak ilmu sepertinya agak berlebihan tuan Lewis, aku hanya orang yang suka belajar dan untuk rumor tentang diriku, aku tidak ingin menyangkal ataupun kabur dari masa laluku. Biarkanlah orang-orang menilai diriku seperti apa, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik" Aku ingin membuat Lewis sedikit terpukau dengan jawabanku.

Tidak lama setelah itu, kelasku semakin ramai. Bukan didatangi oleh calon murid, namun sepertinya mereka semua yang datang ke kelasku adalah murid-murid Akademi Bridestones yang sudah lebih senior. Karena mereka menggunakan almamater mereka yang berwarna merah dan hitam, mereka datang kepadaku dengan wajah yang masam seperti tidak senang akan keberadaan ku.

Tapi aku tetap tenang, mencoba memahami situasinya dan menenangkan Charlotte dan Celestine yang nampak sedikit terganggu dengan kedatangan mereka semua. Lalu sesosok pria berjubah hitam panjang muncul dari balik barisan murid-murid tadi, ia menatapku tidak senang, kedua bola matanya menatap tajam ke arahku.

Ia seperti sedang mengamati diriku, memandang ku dengan tatapan rendah. Berjalan mendekat, sedikit menyisir rambutnya yang agak panjang ke belakang lagi agar terlihat rapi. "Arthur, bisa kau jelaskan apa yang terjadi di sini?" dia bertanya, tidak ada tanda-tanda memberikan sedikit kesopanan padaku seolah aku tidak berhak mendapatkan perlakuan yang lebih baik.

"Pak guru Brandon! Ada apa ya jadi datang ke kelasku yang sempit ini?" ucapku dengan santai, aku masih bisa tersenyum namun tetap aku tidak menurunkan kewaspadaan ku.

Saat aku menatap ke arah sosok laki-laki di depanku saat ini, sekilas aku mendapatkan kilas balik dari Arthur Westwood sebelumnya. Laki-laki ini adalah Brandon Baker, seorang guru yang usianya masih dibilang cukup muda dan sudah menjadi pengajar resmi 3 tahun lamanya. Brandon sering mengejek Arthur yang selalu mengalami kesulitan, intinya adalah Brandon bukan orang yang menyukai Arthur entah apapun yang dilakukan oleh Arthur.

Brandon juga selalu mencari perhatian lebih dari Kepala Sekolah Akademi Bridestones, dan juga guru yang gila hormat. Seluruh muridnya harus menghormatinya dan mengikuti semua apa yang ia katakan tanpa terkecuali, Brandon jugalah yang mengakibatkan Arthur mendapatkan peringatan terakhir dari akademi karena ia selalu membahas soal Arthur saat rapat kinerja.

"Jangan pura-pura bodoh! Pak guru Brandon memukul meja ku dengan keras, sampai menimbulkan bunyi yang sangat kencang dan membuat Celestine terkejut. "Aku tau kau melakukan kecurangan! Aku dengar kau merebut murid dari guru lain" ujarnya lagi.

Aku menatap balik pak guru Brandon, tuduhannya benar-benar berat kali ini. Aku tidak merasa melakukan itu sehingga sedikit tersinggung diriku mendengarnya, memang sekilas seperti merebut murid dari guru lain, tetapi sebenarnya aku hanya menampung mereka yang ditolak oleh guru-guru yang lain.

"Atas dasar apa anda menuduh saya melakukan itu pak guru Brandon? Anda tahu betul bagaimana reputasi saya di sekolah ini kan? Apa and pikir mereka dengan mudah mau bergabung dengan saya?" aku membalikkan pertanyaan beliau, sambil sedikit memberikan satir padanya.

Pak guru Brandon sangat marah padaku, ia menarik kerah bajuku sambil menatapku seperti sedang melakukan intimidasi. "Cepat katakan! Kau pasti menggunakan suatu sihir untuk merusak pikiran mereka kan?" lagi dan lagi pak guru Brandon meracau dan menuduhku melakukan yang tidak-tidak.

Aku mendorong tangannya, membenarkan kerah bajuku sambil terus menatap ke arah pak guru Brandon. "Anda bilang saya menggunakan sihir untuk meracuni pikiran mereka? Jaga mulut anda pak guru Brandon, saya juga punya batas kesabaran" ucapku sedikit meninggikan intonasi agar terlihat serius.

Pak guru Brandon sedikit ragu, namun ia terus memojokkan diriku. "Tunjukkan padaku kalau kau benar-benar tidak menggunakan suatu sihir! Mana ada orang waras yang datang ke kelas mu ini!" ujar pak guru Brandon sambil tertawa yang disambut oleh muridnya yang ikut tertawa, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

Charlotte beberapa kali ingin maju dan mengharuskan mereka semua, namun aku selalu menahannya untuk berbuat sesuatu yang kasar. Lalu aku punya suatu ide untuk membuktikan bahwa aku tidak seperti yang pak guru Brandon tuduhkan.

"Akan ku buktikan!" ujarku dengan lantang. Lalu aku menatap ke arah Charlotte sampai Charlotte kebingungan karena ditatap dengan intens.

Tanpa banyak bunyi, aku lalu mencolek perut Charlotte beberapa kali sampai membuat Charlotte menjadi marah sekali padaku dan hampir melayangkan tinju berapi ke arah wajahku, beruntung aku menghindari itu. Semua yang menyaksikan itu terkejut, dan tidak percaya dengan apa yang ku lakukan.

"Berani sekali kau berbuat senonoh pada tubuhku! Kau akan berurusan dengan keluarga Pennyroyal!" Charlotte masih kesal, sampai Lewis ikut menahan tubuh nona-nya itu sambil terus tertawa kecil melihat apa yang ku lakukan tadi.

"Sekarang apa aku terlihat seperti orang yang menggunakan mantra sihir untuk merusak pikiran dari anak bangsawan Pennyroyal tadi? Bukankah seharusnya Charlotte tidak marah padaku kalau aku mencuci otaknya?" Semua terdiam, aku telah me-skakmat mereka semua dengan logika sederhana saja.

Ku lihat wajah Charlotte begitu gusar saat tahu dirinya hanya ku manfaatkan saja, sedang Celestine tersenyum polos, sepertinya Celestine tidak tahu harus mengeluarkan ekspresi seperti apa setelah melihat diriku melakukan tindakan tadi.

Pak guru Brandon terkejut bukan main, ia menatap ke arah Charlotte tidak berhenti. "Pennyroyal? Kau berasal dari keluarga Pennyroyal?"

"Iya memangnya kenapa?" Pennyroyal tidak senang dengan sikap pak guru Brandon, bahkan sepertinya melebihi rasa tidak senangnya pada diriku. "Jangan harap aku akan pergi ke kelas anda! Aku sudah berjanji pada guru bejat satu ini untuk menjadi muridnya, dan jangan ganggu kami atau kalian semua akan ku berikan pelajaran berharga"

Merasa tidak bisa melakukan apapun lagi, pak guru Brandon menyuruh semua muridnya kembali. Namun tatapan mata pak guru Brandon seperti menandakan kalau hal ini masih belum usai, aku harus selalu bersiap untuk menghadapi tantangan yang ada seperti yang terjadi hari ini.

Setelah pak guru Brandon dan semua muridnya pergi, aku meminta maaf pada Charlotte karena telah bersikap tidak sopan sebelumnya. Aku bahkan sampai berlutut di hadapannya, karena aku tahu aku melakukan sesuatu yang menyakiti perasaannya sebagai seorang perempuan.

"Baiklah aku akan maafkan pak guru! Tapi tolong jangan lakukan hal seperti itu lagi, aku malu sekali karena pak guru menyentuhku seperti itu" ucapnya, wajahnya ia sembunyikan dari balik jubahnya.

"Terimakasih sudah memaafkan gurumu yang bodoh ini Charlotte!" aku terus menyanjungnya supaya perasaannya lebih baik. "Aku akan berjanji memberikan ilmu yang sangat berguna untukmu nanti jika kita sudah memulai kegiatan belajar dan mengajar" kataku lagi.

Celestine memeluk Charlotte dengan perasaan hangat, mereka berdua sudah mulai dekat meski Charlotte terhalang oleh bahasa saat bercengkrama dengan Celestine. Tetapi bahasa isyarat sederhana dari Celestine membuat Charlotte mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Celestine padanya.

Lewis memujiku karena aku masih bisa bersikap tenang saat direndahkan oleh pak guru Brandon tadi, andai saja aku meladeni pak guru Brandon dengan tuduhan-tuduhannya yang acak itu bisa saja situasinya jadi tambah rumit dan bahkan aku bisa saja kembali jatuh ke jurang keputusasaan sekali lagi.

Saat semuanya sudah di rasa aman dan ku pikir aku hanya mempunyai 4 murid pilihan ku saja, tiba-tiba Johan dan Jade datang kembali ke kelas wajah mereka berdua sangat ceria dan penuh semangat seperti mendapatkan hasil yang bagus.

"Pak guru! Kami mendapatkan satu calon murid untukmu!" ucap mereka berdua bersamaan, lalu aku melihat sosok laki-laki yang mengenakan penutup mata seperti seorang bajak laut, memegangi pedang panjang dan terlihat berat.

"Namaku Masamune Akechi! Izinkan aku belajar di sini!" ucapnya dengan sangat percaya diri dan menunjuk diriku dengan pedangnya tadi.

Aku tersenyum puas dan kembali berdiri setelah melihat sosok Masamune, aku benar-benar sangat berterimakasih kepada Jade dan Johan yang berhasil menemukan Masamune karena Masamune memiliki potensi tinggi menjadi sosok hebat, ahhh rasanya aku sudah tidak sabar segera mengajari mereka banyak hal di sini.

Terpopuler

Comments

Gamers-exe

Gamers-exe

kirain masamune date 👍🗿

2024-09-16

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Awal Mulanya
2 BAB 2: Arthur Westwood
3 BAB 3: Mendapatkan Murid
4 BAB 4: Hari Penerimaan
5 BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6 BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7 BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8 BAB 8: Berakhirnya Hari
9 BAB 9: Rapat Dewan Guru
10 BAB 10: Hari Pertama
11 BAB 11: Worm Hole
12 BAB 12: Home Visit
13 BAB 13: Home Visit Part 2
14 BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15 BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16 BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17 BAB 17: Eclipsed Dominion
18 BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19 BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20 BAB 20: Hari Pertarungan
21 BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22 BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23 BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24 BAB 24: Drama Hari Ini
25 BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26 BAB 26: Memanggil Familiar
27 BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28 BAB 28: Kelas Bonding
29 BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30 BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31 BAB 31: Berita Buruk
32 BAB 32: Kutukan Terangkat
33 BAB 33: Janji Di Sore Itu
34 BAB 34: Perubahan Sikapnya
35 BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36 BAB 36: Festival Lunaria
37 BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38 BAB 38: Babak Penyisihan
39 BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40 BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41 BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42 BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43 BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44 BAB 44: Drama Di Kelas
45 BAB 45: Rencana Liburan
46 BAB 46: Perasaan Nostalgia
47 BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48 BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49 BAB 49: Hari Terakhir
50 BAB 50: Tugas Berat
51 BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52 BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53 BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54 BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55 BAB 55: Membantu Persiapan
56 BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57 BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58 BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59 BAB 59: Pertunjukan Sihir
60 BAB 60: Saling Mendukung
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1: Awal Mulanya
2
BAB 2: Arthur Westwood
3
BAB 3: Mendapatkan Murid
4
BAB 4: Hari Penerimaan
5
BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6
BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7
BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8
BAB 8: Berakhirnya Hari
9
BAB 9: Rapat Dewan Guru
10
BAB 10: Hari Pertama
11
BAB 11: Worm Hole
12
BAB 12: Home Visit
13
BAB 13: Home Visit Part 2
14
BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15
BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16
BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17
BAB 17: Eclipsed Dominion
18
BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19
BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20
BAB 20: Hari Pertarungan
21
BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22
BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23
BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24
BAB 24: Drama Hari Ini
25
BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26
BAB 26: Memanggil Familiar
27
BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28
BAB 28: Kelas Bonding
29
BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30
BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31
BAB 31: Berita Buruk
32
BAB 32: Kutukan Terangkat
33
BAB 33: Janji Di Sore Itu
34
BAB 34: Perubahan Sikapnya
35
BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36
BAB 36: Festival Lunaria
37
BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38
BAB 38: Babak Penyisihan
39
BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40
BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41
BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42
BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43
BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44
BAB 44: Drama Di Kelas
45
BAB 45: Rencana Liburan
46
BAB 46: Perasaan Nostalgia
47
BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48
BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49
BAB 49: Hari Terakhir
50
BAB 50: Tugas Berat
51
BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52
BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53
BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54
BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55
BAB 55: Membantu Persiapan
56
BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57
BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58
BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59
BAB 59: Pertunjukan Sihir
60
BAB 60: Saling Mendukung
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!