BAB 9: Rapat Dewan Guru

Aku tidak tahu mau dibawa kemana oleh pak guru Brandon, beliau diam saja saat ku tanyai dan bahkan beberapa kali aku mendengar beliau menggerutu tidak jelas dan tiba-tiba menatapku dengan tatapan yang begitu aneh.

Aku memperhatikan setiap gerak-geriknya pak guru Brandon, karena aku sudah tahu bagaimana perangainya dan apa yang seringkali beliau lakukan pada Arthur sebelum aku bereinkarnasi menjadi dirinya. Kilasan balik kehidupan Arthur sebelumnya membuatku sadar, pak guru Brandon bukanlah orang yang bisa aku percaya begitu saja. Beliau selalu punya pemikiran licik, suka memanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri, dan sedikit munafik.

Jadi, aku mempersiapkan segala skenario yang bisa saja terjadi nantinya. Aku sudah penuh persiapan, aku menyisipkan pemikiran di dalam kepala kalau hal ini tidak akan berjalan baik-baik saja.

Lalu pada akhirnya kami berdua sampai di sebuah paviliun besar, ada tulisan yang dapat ku baca di atasnya terpampang dengan sangat besar dan berwarna keemasan. Agak sedikit retak dan luntur, pertanda dimakan oleh zaman. Tulisannya bertuliskan 'Kantor Dewan Guru' terlihat sangat mengancam dan bisa membuat siapapun yang melihat dan membaca itu sedikit ketakutan untuk masuk ke dalam sana, mereka akan membayangkan kengerian apa yang menanti mereka di dalam sana.

"Tunggu apa lagi, ayo masuk ke sana!" ucap pak Brandon menyuruh ku agar cepat masuk.

Aku berpura-pura kebingungan, ku biarkan emosinya meluap dan buru-buru mendorong pintu gerbang besar itu sambil menarik tubuhku dengan paksa dan kasar sekali.

Dibawa diriku ke dalam ruangan itu dengan paksa oleh pak guru Brandon, dia mendorong tubuhku dengan kasar sampai pada akhirnya aku masuk ke ruangan itu dan melihat beberapa guru-guru yang ternyata sudah ada di sana lebih dulu. Aura mereka semua mengerikan, aku yakin sekali mereka semua adalah orang-orang yang hebat dan memiliki tingkat profesionalitas tinggi sebagai guru, apalagi sekelas Akademi Bridestones yang terkenal sangat bagus di seluruh kerajaan.

Suasana ruangan begitu dingin, gelap, dan mencekam. Tekanan begitu tinggi, bahkan aku bisa merasakan tatapan mereka semua padaku begitu tajam sekali. Aku berjalan menuju kursi yang tersisa, yang anehnya kursinya berada tepat di tengah-tengah mereka. Sepertinya ini adalah kursi khusus, khusus terdakwa! Aku tetap tenang, ku tarik nafas pelan-pelan berjalan ke kursi sambil sedikit menyingsingkan lengan bajuku.

Aku duduk di kursi itu, semakin tajam ku rasa tatapan mereka semua padaku. Ku lirik ke arah pak Brandon yang sudah duduk di kursinya, dan menyeringai ke arahku.

"Mohon maaf para dewan guru, aku sudah membawa pak Arthur yang kali ini banyak menimbulkan masalah" ucapnya membuka sidang ku petang itu, aku sudah tahu arahnya mau dibawa kemana masalah ini.

Orang tua di hadapanku mulai bicara. "Jadi sebenarnya apa masalahnya pak guru Brandon?" ucap beliau begitu lembut, suaranya terdengar sudah lelah karena termakan umur namun entah mengapa aku masih bisa merasakan kharisma yang beliau miliki.

Orang tua yang dihadapan diriku saat ini tidak lain adalah kepala sekolah Akademi Bridestones. Nama beliau August McMahagony, dibalik tampang beliau yang terlihat seperti orang sudah tua dan uzur, namun kemampuan beliau tidak bisa dipandang sebelah mata. Menjadi seorang kepala sekolah Akademi Sihir di dunia ini tidak sama dengan menjadi kepala sekolah di sekolah dunia ku sebelumnya. Bermodal sekolah tinggi dan banyak kenalan mungkin bisa membantu, namun di sini berbeda. Menjadi kepala akademi sihir, juga berarti dia adalah orang yang paling ahli dalam menggunakan sihir. Master Sihir istilahnya di sini dan Master Sihir dibagi menjadi 10 kelas di dunia ini, dan untuk menjadi Master Sihir butuh jalan yang panjang dan terjal.

Professor August McMahagony menatapku, beliau seperti sedang mempelajari diriku atau mungkin beliau sudah capek melihat diriku yang selalu duduk di kursi terdakwa ini. Beliau terus membenarkan posisi kacamatanya sambil mengamati diriku, aku hanya bisa tersenyum canggung dihadapan beliau, mungkin beliau berpikir kalau aku ini tidak bisa dinasehati.

Ku lihat pak guru Brandon mulai berdiri, seperti seorang pengacara yang mulai membeberkan petunjuk-petunjuk yang memberatkan diriku sebagai seorang terdakwa. "Jadi maksud dari pertemuan kali ini adalah, membahas adanya kecurangan yang dilakukan oleh pak Arthur di hari penerimaan kali ini. Ada beberapa laporan yang masuk tentang apa yang dilakukan oleh pak Arthur dan ini cukup serius Professor August!" Lalu pak guru Brandon berjalan menuju tempat duduk Professor August dan memberikan sebuah catatan pada beliau.

Saat berlalu kembali ke tempat duduknya, pak Brandon menatapku dengan senyuman penuh kemenangan entah apa yang ia pikirkan, tetapi aku tidak akan membiarkan beliau menang kali ini. Aku akan mengikuti permainannya untuk sementara.

Ku lihat Professor August begitu terkejut melihat laporan itu, beliau lagi-lagi menatapku penuh pertanyaan besar.

"Benarkah ini? Jangan main-main denganku! Ini seperti tuduhan anak kecil" ucap beliau marah besar, ia menatapku lagi dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

"Itu benar adanya Professor August! Saya tidak main-main, banyak guru-guru yang melaporkan itu makanya saya berani menyampaikan hal ini dalam rapat pertama kita kali ini di tahun ajaran yang baru" pak guru Brandon kembali menegaskan laporannya tidaklah bualan dari negeri khayalan semata, berusaha meyakinkan pak kepala sekolah dengan kemampuan retorika nya yang mirip politisi di negara ku tinggal dulu.

"Arthur! Benarkah kau melakukan itu? Menggunakan sihir pengendali pikiran kepada murid-murid yang kau ajak masuk ke kelas mu?" Professor August bertanya padaku dengan nada yang tenang, namun tatapannya penuh dengan keseriusan.

Aku dengan tenang membalasnya. "Apa anda percaya begitu saja? Setidaknya saya yakin anda sebagai kepala sekolah sudah tahu jawabannya"

"Lancang! Kau tidak boleh berbicara seperti itu di hadapan kepala sekolah dasar tidak tahu sopan santun!" pak Brandon langsung meneriaki diriku dengan penuh marah.

Belum sempat ku membalasnya, Professor August langsung mendahuluiku. "Diam! Aku tidak bertanya pada anda pak guru Brandon!"

Ku lihat pak guru Brandon langsung duduk kembali dan duduk dengan tatapan ke bawah, aku hanya bisa tersenyum setelah melihat itu dan itu malah semakin membuat Professor August semakin gusar.

"Mengapa kau senyum-senyum begitu Arthur? Apa kau sudah merasa aman? Sudah merasa menang kah?" ucap Professor August dengan sedikit penekanan yang langsung membuatku mengangguk cepat dan tidak berani menatap ke arah beliau.

Beliau lalu bertanya kepada pak guru Arges, beliau menjadi salah satu korban dari diriku menurut dari laporan pak guru Brandon. Mungkin ini masalah Johan Johannes yang memilih bergabung dengan kelasku.

Pak guru Arges sedikit menatapku tidak senang pada awalnya, lelaki penuh misterius itu membenarkan tuniknya yang berwarna hijau gelap sebelum berbicara. "Saya punya satu murid yang saat ini berada di kelas pak Arthur! Dia sempat ke kelasku namun tiba-tiba dia memutuskan untuk masuk ke kelas pak Arthur dan itu sangat aneh" ucapnya tanpa berkedip sama sekali.

Ku melihat pak Arges ingin melanjutkan ceritanya itu dan sebelum ceritanya semakin melebar dan jauh dari kebenarannya, aku langsung memotongnya. "Bukan begitu ceritanya! Jangan mengada-ada seperti itu pak guru Arges, apa aku pernah menyingung anda sampai anda berbuat hina seperti ini?"

Komentarku terasa memercikkan api di ruangan ini, suasana yang hening dan terkesan membosankan mulai cukup heboh saat ku memotong cerita pak Arges. Beberapa dewan guru terkejut melihatku yang berani melakukan tindakan itu, sepertinya Arthur yang dulu terbiasa terdiam saat terpojokkan seperti ini, namun aku berniat mengubah nasibnya karena saat ini nasib Arthur yang dulu adalah nasib diriku yang sekarang.

"Apa maksudnya itu Arthur? Coba kau ceritakan versimu" Professor August ingin mendengarkan cerita dari sudut pandang ku.

Langsung saja aku menceritakan bagaimana pertama aku melihat Johan Johannes yang dimaksudkan oleh pak guru Arges. "Apa kah saya salah menerima murid yang dibuang oleh pak guru Arges? Apakah saya salah ingin membantu murid yang tidak diinginkan oleh siapapun untuk menjadi murid yang berbakat?" Pak guru Arges berkata pada Johan kalau beliau hanya menerima dari kaum elit, itu membuat Johan sakit hati dan bahkan hampir tidak ingin belajar di akademi ini, lalu aku menawarinya untuk bergabung di kelasku dan aku akan berusaha semaksimal mungkin memoles dirinya yang masih bening agar menjadi berlian yang tidak bisa dipatahkan!"

Semua orang tertegun mendengar sanggahan ku yang terdengar seperti pidato pemberian semangat hidup itu, namun aku tidak peduli yang jelas aku menjelaskan semua yang terjadi sebenarnya. Lalu sosok guru perempuan yang mungkin seumuran, tidak mungkin lebih tua beberapa tahun dari diriku menatapku dengan tatapan penuh ketertarikan namun aku tahu itu hanyalah muslihat.

Bulu matanya yang lentik seperti memanggilku, bola matanya yang berwarna kuning emas begitu indah, rambutnya bagaikan langit malam yang terang benderang. Namanya bu guru Cassandra, salah satu guru tercantik di Akademi Bridestones dan banyak yang menjadi penggemarnya mulai dari murid-murid bahkan ada beberapa guru yang menyimpan perasaan kepadanya. Aku tahu itu dari kilas balik yang kudapatkan saat menatap ke arah wajahnya yang cantik, Cassandra selalu menganggap Arthur adalah orang yang aneh dan kikuk.

"Kau mulai pandai berbicara ya Arthur! Hehe aku suka itu, lalu bisa kau jelaskan padaku soal salah satu murid yang mendatangi ke kelasku saat itu namun tiba-tiba saja hilang dan saat ku dengar dari muridku yang lain, rupanya dia sudah bergabung di kelasmu" ucap Bu guru Cassandra sambil tersenyum manis ke arahku, senyuman yang bermaksud untuk memberikan ku tekanan.

Tetapi aku yang sekarang tidak akan bisa terbuai dengan hanya senyuman, kalian pikir berapa banyak perempuan yang tersenyum seperti itu padaku saat aku masih di dunia sebelumnya? Bahkan aku pernah diberikan senyuman oleh idol favoritku!

"Maksud anda Celestine? Dia salah satu murid berbakat itu benar, dan kau tahu letak kesalahan anda Bu guru Cassandra?" ku tersenyum menantangnya, aku tidak takut dengan siapapun sekarang.

Cassandra sangat tertarik meladeni permainanku. "Apa itu tuan pintar? Jelaskan padaku yang bodoh ini" Cassandra meletakkan lengannya di atas meja, terus menerus menatapku seperti sedang berharap aku terjerumus pada jebakannya padahal aku tidak akan terbuai.

"Anda tidak bisa berempati!" ucapku singkat dan semua orang langsung kembali gusar, bahkan sekilas ku melihat wajahnya Cassandra memudar saat ku katakan fakta itu tepat di depan wajahnya. Ku lanjutkan perkataan ku. "Anda tidak bisa berempati, anda hanya menginginkan kesempurnaan itu yang selalu anda tanamkan pada murid-murid anda. Jadi saat Celestine datang pada anda, anda tidak tertarik dengannya karena anda melihat ada sosok yang lebih muda dan cantik dan bahkan sangat periang, berbeda dengan Celestine yang lebih terkesan pemalu dan pendiam padahal sebenarnya Celestine seorang tuna wicara"

Seketika suasana rapat kali ini berubah, angin segar mulai bisa kurasakan berhembus kencang pada diriku saat ini. Aku menang, aku menatap ke arah pak guru Brandon yang tidak bisa berkata-kata apapun lagi. Aku kembali melanjutkan pidato ku yang terakhir sebagai penutup pembelaan diri.

"Mohon maaf jika apa yang saya lakukan membuat kegaduhan seperti ini, saya hanya ingin melakukan yang terbaik demi mereka yang terpinggirkan hanya karena bukan dari kalangan elit, memiliki kekurangan, tidak disukai oleh orang lain dan sebagainya. Saya melakukan ini bukan untuk diri saya, melainkan demi mereka semua yang sudah percaya pada saya! Dan jika memang saya menggunakan sihir pengendali pikiran, setidaknya saya bisa mendapatkan lebih dari 10 murid seperti para guru semuanya! Itu saja terima kasih!" aku menunduk pelan lalu duduk lagi.

Professor August memegang jenggotnya yang lebat dan berwarna putih itu, ia lalu berkata. "Bagus Arthur! Ku lihat kau benar-benar berniat untuk berubah"

Aku menunduk pelan. "Terima kasih pak Professor, saya hanya ingin memanfaatkan kesempatan terakhir saya ini dengan sebaik-baiknya. Meskipun, saya hanya memiliki 6 orang murid namun bagi saya tidak masalah, selama saya bisa mengajar dengan nyaman dan saya berjanji akan membuat suatu gebrakan nantinya. Tunggu saja!" terakhir ku menatap ke arah pak Brandon yang hanya bisa gigit jari melihat semua itu berbalik menjadi keuntungan untukku.

Professor August puas, lalu akhirnya beliau menutup semua rapat bodoh itu dan mulai menjelaskan apa yang harus kami lakukan di semester baru ini. Dan semuanya menjadi tanggung jawab wali kelas masing-masing, apapun boleh diajarkan tidak sesuai dengan kurikulum namun tetap harus membahas pelajaran utama.

"Itu juga berlaku untukmu Arthur, andai saja ada satu saja insiden di kelasmu seperti yang sudah-sudah, maka kesempatan terakhir mu ini akan benar-benar menjadi yang terakhir" ucap Professor August yang sangat senang semuanya sudah berakhir dan beliau bisa duduk bersandar lagi.

"Baik akan saya lakukan dengan kemampuan terbaik saya, pak kepala sekolah!" jawabku dengan singkat dan penuh rasa kesiapan yang membara.

Rapat pun kembali dimulai, rapat yang membahas apa yang harus kami lakukan sebagai guru di tahun ajaran baru ini. Dan aku akan bertekad, menjadikan kelasku sebagai kelas terbaik di akhir tahun nantinya, aku akan membuat semua orang terkejut, akan ku lakukan.

Episodes
1 BAB 1: Awal Mulanya
2 BAB 2: Arthur Westwood
3 BAB 3: Mendapatkan Murid
4 BAB 4: Hari Penerimaan
5 BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6 BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7 BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8 BAB 8: Berakhirnya Hari
9 BAB 9: Rapat Dewan Guru
10 BAB 10: Hari Pertama
11 BAB 11: Worm Hole
12 BAB 12: Home Visit
13 BAB 13: Home Visit Part 2
14 BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15 BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16 BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17 BAB 17: Eclipsed Dominion
18 BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19 BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20 BAB 20: Hari Pertarungan
21 BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22 BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23 BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24 BAB 24: Drama Hari Ini
25 BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26 BAB 26: Memanggil Familiar
27 BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28 BAB 28: Kelas Bonding
29 BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30 BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31 BAB 31: Berita Buruk
32 BAB 32: Kutukan Terangkat
33 BAB 33: Janji Di Sore Itu
34 BAB 34: Perubahan Sikapnya
35 BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36 BAB 36: Festival Lunaria
37 BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38 BAB 38: Babak Penyisihan
39 BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40 BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41 BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42 BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43 BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44 BAB 44: Drama Di Kelas
45 BAB 45: Rencana Liburan
46 BAB 46: Perasaan Nostalgia
47 BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48 BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49 BAB 49: Hari Terakhir
50 BAB 50: Tugas Berat
51 BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52 BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53 BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54 BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55 BAB 55: Membantu Persiapan
56 BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57 BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58 BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59 BAB 59: Pertunjukan Sihir
60 BAB 60: Saling Mendukung
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1: Awal Mulanya
2
BAB 2: Arthur Westwood
3
BAB 3: Mendapatkan Murid
4
BAB 4: Hari Penerimaan
5
BAB 5: Permata Diantara Tumpukan Ikan Busuk
6
BAB 6: Apa Yang Terjadi?
7
BAB 7: Apa Yang Terjadi Part 2
8
BAB 8: Berakhirnya Hari
9
BAB 9: Rapat Dewan Guru
10
BAB 10: Hari Pertama
11
BAB 11: Worm Hole
12
BAB 12: Home Visit
13
BAB 13: Home Visit Part 2
14
BAB 14: Pengalaman Adalah Guru
15
BAB 15: Pengalaman Adalah Guru Part 2
16
BAB 16: Pengalaman Adalah Guru Part End
17
BAB 17: Eclipsed Dominion
18
BAB 18: Dari Hadiah Ke Masalah
19
BAB 19: Provokasi Dari Kelas Pak Guru Brandon Berlanjut
20
BAB 20: Hari Pertarungan
21
BAB 21: Hari Pertarungan Part 2
22
BAB 22: Hari Pertarungan Part 3
23
BAB 23: Hari Pertarungan Part End
24
BAB 24: Drama Hari Ini
25
BAB 25: Celestine Dan Penggemarnya
26
BAB 26: Memanggil Familiar
27
BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan
28
BAB 28: Kelas Bonding
29
BAB 29: Melangkah Lebih Jauh
30
BAB 30: Hari-hari Berikutnya
31
BAB 31: Berita Buruk
32
BAB 32: Kutukan Terangkat
33
BAB 33: Janji Di Sore Itu
34
BAB 34: Perubahan Sikapnya
35
BAB 35: Kedatangan Yang Mendadak
36
BAB 36: Festival Lunaria
37
BAB 37: Persiapan Festival Lunaria
38
BAB 38: Babak Penyisihan
39
BAB 39: Babak Penyisihan Part 2
40
BAB 40: Babak Penyisihan Part 3
41
BAB 41: Babak Penyisihan Part Akhir
42
BAB 42: Tentang Ambisi dan Persahabatan
43
BAB 43: Acara Minum Teh Bersama Cassandra Beaumont
44
BAB 44: Drama Di Kelas
45
BAB 45: Rencana Liburan
46
BAB 46: Perasaan Nostalgia
47
BAB 47: Berlatih Di Whispering Wood
48
BAB 48: Satu Minggu Di Aldemere Haven
49
BAB 49: Hari Terakhir
50
BAB 50: Tugas Berat
51
BAB 51: Kedatangan Lady Seraphina
52
BAB 52: Seraphina von Edelweiss
53
BAB 53: Bermain-main Dengan Bayangan
54
BAB 54: Kegelapan Yang Mengintai
55
BAB 55: Membantu Persiapan
56
BAB 56: Pembukaan Festival Lunaria
57
BAB 57: Kategori Ketepatan dan Muncul Sosok Ahli Angin
58
BAB 58: Janji Untuk Elyrde
59
BAB 59: Pertunjukan Sihir
60
BAB 60: Saling Mendukung
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!