Dengan spontan, Bu Surmi, melihat kadal yang mendongakkan kepalanya juga menjulurkan lidah panjang nya, rupanya Bu Surmi salah arti, dikiranya mau menggigit kakinya, dan entah keberapa kalinya, Bu Surmi memukul mukul binatang melata tersebut yang masih tak bergeming mendapat perlakuan dari Bu Surmi yang secara tiba-tiba.
Bu Surmi menggunakan bilah bambu yang memang sedari tadi selalu dipegangnya, untuk alat menyingkirkan rumput atau sampah yang menghambat aliran air yang mengairi sawah dan ladangnya.
Plak... Plak... Bugh.. Bugh
kali ini, pukulan Bu Surmi lebih ketas dibanding pukulan yang pertama, tampak sang Kadal menggeliat kesakitan, dengan ekor ke kanan ke kiri, hingga badan binatang itu mengguling, kaki nya di atas. Kadal tersebut bukannya pergi, bahkan seolah meminta tolong dan ampun dengan menggerak gerakkan kaki dan ekornya.
" Cuih...!!... kamu kira aku akan takut haah...hanya seekor kadal. Kamu mau menggigit kakiku, rasakan pembalasanku, binatang menjijikan...!!!"
Mulut Bu Surmi terus bercerocos sendiri, mendadak emosinya meninggi melihat kadal yang dikira mau menggigitnya.
Hingga akhirnya...
Kadal berekor cabang itu tidak lagi bergerak dan meronta sepertinya sudah tak bernyawa terkena siksaan dari Bu Surmi.
Menit kemudian,
"Bu...!! Ayo pulaaaang....!!!. sebentar lagi wayah beudug ( waktu menjelang dzuhur, yang dipercaya oleh sebagian masyarakat desa, waktunya demit, dan lelembut berkeliaran: red).
"Buuuu.... Ayooo... kalau sudah mah kita pulang. Tidak baik 'wayah beudug' berada di sungai...!!!"
Terdengar, Pak Amet, suami Bu Surmi berteriak mengajak pulang ke rumah.
Bu Surmi menoleh ke arah suara, tampak suaminya sudah meletakkan peralatan mencangkulnya di saung sawah.
"i...iya Paaaak... sebentaaaar...!!!"
Bu Surmi menimpal teriakan suaminya, sambil mau bergegas beranjak dari tempatnya. Spontan, ekor mata Bu Surmi melihat pada batu cadas yang tadi ada kadal di atasnya. Binatang yang barusaja disiksa karena dikira mau mengingit kaki Bu Surmi. Namun...
"Haaah... kok menghilang...!??.. Kemana perginya binatang menjijikan itu. Padahal, sepertinya sudah mati tuh kadal..!!??"
Rutuk Bu Surmi dalam hatinya, yang mendadak merasa heran dengan binatang yang baru saja mati di tangannya.
" Halaaaah... Ngapain sih, aku memikirkan binatang tak berguna itu..!!, hanya seekor binatang kok...!!" lanjutnya lagi.
Kemudian Bu Surmi bergegas ke arah tumpukkan batu yang membendung air sungai.
"Wah, rupanya ada kebocoran, pantas saja, airnya nggak naik ke atas selokan.!" Gumam Bu Surmi sambil mebenarkan tumpukan batu, yang terlihat acak-acakan sehingga banyak air yang mengalir ke hilir, tidak terbendung.
Tidak berselang lama, Bu Surmi berhasil menutupi lobang dan membenarkan tumpukan-tumpukan batu, tidak lupa, Bu Surmi menutup celah-celah bocornya air dengan plastik dan kain yang tergeletak tidak jauh dari tumpukkan bebatuan.
"Huuuhhhfhh... akhirnya.. beres juga..!" gumamnya lagi, sambil beranjak dari lokasi.
Namun, tidak sengaja, ekor matanya dikagetkan dengan sesuatu yang mendadak terasa ganjil dalam batinnya.
" Bu...bukankah ka.. Kadal itu, su..sudah...ma..ma..tii.. Ta...tapi...!!???"
Pekik Bu Surmi, setengah menutup mulutnya dengan tangan kirinya. Kini kedua bola matanya hampir terbelalak melihat seekor kadal yang persis seperti kadal yang tadi dilihatnya, tampak seperti sedang melihat pada dirinya dengan tetap menjulur-julurkan lidahnya.
"Hai Kadal keparat...!! Bukankah kau sudah mati, Hah...!" Teriak Bu Surmi, seperti orang gila, teriak-teriak sendiri. Beruntung tidak ada orang di sekitarnya yang melihat Bu Surmi. Kalau ada, mungkin Bu Surmi sudah dianggap tidak waras karena memaki maki binatang yang tidak mengerti bahasa manusia.
Detik kemudian, Bu Surmi mendekati kadal tersebut, beruntung bagi Bu Surmi, yang di tangannya masih menggenggam bilahan bambu, dan tidak berfikir dua kali, Bu Surmi langsung memukulkan bilahan bambunya pada kadal yang dari tadi masih melihat pada dirinya.
"Bukh... Bukh... Bukh.. "
Suara bilahan bambu mengenai pada batu yang ada kadal di atasnya. Aneh. Kadal tersebut hanya menggeserkan badanya beberapa cm dari jarak tempat ia berada. Hingga wanita paruh baya tersebut mendadak kalap. Emosinya yang tersulut dan rasa ingin membunuh kadal tersebut.
Nafas Bu Surmi turun naik, wajahnya memerah, penuh dengan rasa jengkel pada sang kadal yang tak berdosa itu.
Hingga puluhan kali, Bu Surmi memukulkan bilahan bambu yang digenggam erat. Tanpa menyadari, bilahan bambu menjadi belahan-belahan kecil, remuk dan patah-patah.
Sang kadal tetap tidak bergeming. Kalau saja sang Kadal jadi manusia, mungkin seolah ingin menertawakan dan mengolok Bu Surmi yang ngos ngosan ingin membunuhnya.
Rupanya, Bu Surmi tidak menyadari, ada kemungkinan, kadal itu bukan kadal sembarang kadal, atau istilahnya 'Kadal Jejadian' seperti cerita yang ada di dongeng-dongeng orang tua dahulu, atau sebuah cerita yang melegenda di sebuah lingkungan masyarakat pedesaan pada umumnya.
Beberapa saat, Bu Surmi tetap fokus ingin menghabisi binatang melata yang bentuknya lain dari binatang melata sejenisnya.
Hingga tanpa disadari, oleh Bu Surmi, ada sosok bayangan, entah bayangan apa, yang sedang memperhatikan gerak gerik Bu Surmi, yang berhasil mengenyahkan binatang tersebut dari atas batu cadas, tidak jauh dari tumpukan-tumpukan batu untuk membendung air sungai, sebagai pengairan sawah dan ladang warga Desa Mekarwangi dan juga sawah dan ladang milik Pak Amet dan Bu Surmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
dede rohimah
orang tua ku sering mmpringatkan.. wayah beudug, waktu dedemit berkeliaran
2024-09-17
0
Fathiya Fitri
aduuuh bu... knapa sih nggak langsung diusir saja. nggka usah disakiti... dosa tauuu...
benar benar tidak berprikehewanan.
dasar busur mi.
lanjut thhhoooor
2024-09-14
0