Sungguh keadaan Bu Surmi membuat Pak Amet begitu panik, rasa khawatir dan penasaran yang mulai memenuhi dada pria paruh baya itu terasa sangat menyesakkan.
Bu Surmi yang terus-terusan berteriak dan meracau tak henti-hentinya. Kedua tangan Bu Surmi sangat kuat memegangi dan meremas keras rambut di kepalanya, bahkan rambutnya ditarik-tarik dengan kuat, seolah ingin dicabut dari kulit kepala wanita tersebut.
Muka yang masih pucat dan kedua mata memerah, serta rambut yang sangat acak-acakan, menandakan wanita paruh baya itu masih merasakan rasa sakit yang sangat.
Dari sudut kamar, tampak Pardi, bocah usia SMP yang masih terisak, kedua matanya nanar dan sudah dipenuhi anak sungai bahkan sudah banyak yang mengalir di kedua pipinya. Pungung kedua tangan anak tersebut mulai sibuk dengan mengelap air mata yang membasahi pipinya, diiringi cairan bening dari kedua lubang hidungnya.
Pak Amet yang masih berjarak dekat dengan istrinya yang masih meracau tidak karuan. Bahkan keadaan Bu Surmi yang setengah membenturkan kepalanya ke tembok. Sontak, Pak Amet kaget, dan langsung mencegahnya, takut terjadi apa-apa pada istrinya.
" B..Bu... Kita ke puskesmas saja yuk..." perlahan Pak Amet mendekati istrinya lagi sambil memegang bahu Bu Surmi.
"Aaarrgh... Kepala ibu sakiiit Paaa...kk....!!! Ibu udah nggak kuat lagi... terasa mau pecah...!!.. Sakit terasa ditusuk-tusuk jarum Paaak...!! Aaaaarghhh...!!"
"Ma..makanya, ayo kita ke Puskesmas saja..!"Pak Amet terus membujuk istrinya lagi yang tidak menghiraukan ajakannya itu.
"Nggak mau Paaaak.... Ibu nggak mau ke Puskesmas,...!! lagian Ibu tidak sanggup berdiri apalagi berjalan. Badan ibu juga mendadak sakit sekali Paaak. Seperti dipukul-pukul kayu...aaaawwghsshh sakiiibPaaak...!!"
"Ayo.. Bapak coba bantu mapah... Ibu tahan dulu." tangan Pak Amet langsung memegang pergelangan istrinya, namun...
".. Aaaaarghh.... tanganku sakiiit Paaaak... Jangan disentuuuuh... telapak tangan Bapak kok terasa panas sekali sih,. haduuuuh ...!!!"
Membuat Pak Amet menjadi ragu dan sedikit canggung, gemuruh perasaan khawatir, kaget, heran yang terus memuncak memenuhi dada Pria paruh baya tersebut.
Beberapa saat kemudian, Pak Amet menoleh ke anaknya yang dari tadi masih berdiri mematung di sudut ruang kamar.
"Di... Coba kamu ke rumah Mbok Darsih, minta bantuannya untuk menjampi ibumu, sepertinya, Ibumu ini kesambet." Perintah Pak Amet.
"i.. Iya Pak.. Adi segera ke rumah Mbok Darsih" Tidak menunggu jawaban dari Pak Amet lagi. Pardi langsung keluar dari kamar, setengah berlari ke arah pinggir rumah, kemudian menuju motor yang diparkir di pinggir rumah, setelah menghidupkan mesin motornya, Pardi melajukan motornya ke arah Timur, menuju rumah Mbok Darsih, wanita usia senja yang dipercaya oleh orang kampung suka mengobati orang-orang yang 'kesambet' dan juga kesurupan.
Sementara itu, Bu Surmi masih terus berteriak teriak kesakitan, tidak hanya kepala yang terasa sakit, kini seluruh badanya juga terasa semakin sakit dan nyeri. Bu Surmi merasa ada yang memukul-mukul dengan keras. Badannya terasa panas tidak karuan, seperti sedang mendekati api.
Bu Surmi berguling guling di atas kasur, mulutnya tidak berhenti berteriak, anehnya, kalau tangan Pak Amet suaminya menempel dengan badan Bu Surmi atau bergesekan, bukannya sembuh, tapi, sakitnya makin menjadi hingga kadang-kadang, Pak Amet mendapat makian dan umpatan dari Bu Surmi istrinya membuat Pak Amet takut-takut dengan keadaan seperti itu.
Hampir ada 20 menit kemudian, terdengar suara mesin motor Pardi dengan membawa wanita tua, rambut putih yang tertutup sebahagian kerudung bulatnya serta kulit wajah yang mengeriput, menandakan wanita itu sudah tidak muda lagi. Sehingga sangat pantas dipanggil 'Mbok'.
"Mari Mbok, ibu saya nya di kamar yang tengah, Mbok..." Ajak Pardi, mendahului Mbok Darsih.
Kebetulan sekali, saat Pardi ke rumah Mbok Darsih, Mbok Darsih baru saja pulang dari kampung sebelah, habis mengobati 'pasien' , dan kebetulannya lagi, di rumah Mbok Darsih sedang tidak ada pasien yang menunggu, sehingga ketika Pardi nyampe rumah Mbok Darsih, tidak selang lama, Mbok Darsih bisa langsung diajak.
Dengan sedikit tergopoh, Mbok Darsih langsung menuju ke kamar Bu Surmi mengikuti langkah Pardi.
"Syukurlah, si Mbok bisa datang ke rumah saya...tolong istri saya, Mbok, sepertinya dia kesambet.." Terdengar Pak Amet langsung memohon pada Mbok Darsih yang baru saja datang.
Sambil mempersiapkan segalanya. Mbok Darsih basa basi, bertanya ke Pak Amet dengan apa yang terjadi.
Secara singkat, Pak Amet menjelaskan kepada Mbok Darsih, dari awalnya Bu Surmi merasakan sakit di kepala, yang terasa bukan sakit kepala biasa.
Mbok Darsih manggut-manggut tanda
mengerti apa yang dijelaskan Pak Amet tentang keadaan yang menimpa istrinya. Setelah cukup menjelaskan, Mbok Darsih meminta dibawakan air putih pada Pardi. Dengan gesit, Pardi beranjak untuk mengambil air yang diminta oleh Mbok Darsih.
Beberapa detik kemudian Mbok Darsih sudah memegang segelaa besar air putih yang disodorkan Pardi.
sejurus kemudian, mulut Mbok Darsih komat kamit seperti membacakan jampi atau mantra. Mulutnya di dekatkan pada gelas besar yang sudah terisi air.
Sementara itu, Bu Surmi masih berguling guling di atas kasurnya, dan terus meracau kesana kemari. Teriakan dan jerit kesakitannya masih terdengar, sungguh sangat iba dan terasa ikut menyayat hati bagi siapa saja yang berada di sekelilingnya.
Selesai melafalkan jampi-jampi, Mbok Darsih mendekati Bu Surmi dan langsung menyipratkan air dari dalam gelas ke wajah Bu Surmi. Kemudian ubun-ubun kepala Bu Surmi dibasahinya pula hingga basah, airnya bahkan meleleh di kedua pipinya.
Disaat ubun-ubun kepala Bu Surmi dibasahi bersamaan cipratan air ke wajah Bu Surmi, tiba-tiba.
"Aaaaawwww... Ampuuuun... sakiiit...!!" Jerit Bu Surmi, tubuhnya bergetar hebat, dengan kepala didongakkan ke atas, dan seperti cacing kepanasan, Bu Surmi melengking hebat, kemudian tak sadarkan diri.
Mbok Darmi mengusap wajahnya dengan kasar, disekanya keringat yang mulai mengucur dengan kain selendang yang selalu melilit di lehernya.
Perlahan, Mbok Darsih mengatur nafasnya, kemudian meminta Pak Amet untuk membopong tubuh Bu Surmi yang masih tidak sadarkan diri.
Dengan sigap, Pak Amet membopong tubuh isterinya dibantu oleh Pardi, yang dari tadi hanya bengong ketika ibunya sedang diobati.
Tubuh Bu Surmi ditidurkan dengan nyaman.
tarik nafas lega terdengar dari mulut wanita sepuh itu, senyum nya mulai mengembang, ketika keadaan 'pasien'nya mulai membaik.
......................
"Ka... Kakek si..siapa, kenapa Saya berada di tempat ini...??" tanya Bu Surmi pada seorang kakek tua yang berpakaian serba hitam, seperti Jawara dari daerah tatar sunda. Tampak rambut dan janggut nya yang sudah memutih.
Kakek tua itu kemudian mendekati Bu Surmi yang sedang duduk bersila, seperti orang yang bertapa.
Awalnya, hanya terdengar kekehan si Kakek, kemudian terdengar lagi oleh Bu Surmi, kakek tua itu batuk-batuk, lalu melanjutkan perkataanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Reyy Petualang
greget aku bcanya thorr🔥🔥🔥
2024-09-28
0
dede rohimah
bikin bergidik..
2024-09-17
0
Fathiya Fitri
mbok darmi apa darsih Thor... 😏
2024-09-14
0