Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri

Sungguh keadaan Bu Surmi membuat Pak Amet begitu panik, rasa khawatir dan penasaran yang mulai memenuhi dada pria paruh baya itu terasa sangat menyesakkan.

Bu Surmi yang terus-terusan berteriak dan meracau tak henti-hentinya. Kedua tangan Bu Surmi sangat kuat memegangi dan meremas keras rambut di kepalanya, bahkan rambutnya ditarik-tarik dengan kuat, seolah ingin dicabut dari kulit kepala wanita tersebut.

Muka yang masih pucat dan kedua mata memerah, serta rambut yang sangat acak-acakan, menandakan wanita paruh baya itu masih merasakan rasa sakit yang sangat.

Dari sudut kamar, tampak Pardi, bocah usia SMP yang masih terisak, kedua matanya nanar dan sudah dipenuhi anak sungai bahkan sudah banyak yang mengalir di kedua pipinya. Pungung kedua tangan anak tersebut mulai sibuk dengan mengelap air mata yang membasahi pipinya, diiringi cairan bening dari kedua lubang hidungnya.

Pak Amet yang masih berjarak dekat dengan istrinya yang masih meracau tidak karuan. Bahkan keadaan Bu Surmi yang setengah membenturkan kepalanya ke tembok. Sontak, Pak Amet kaget, dan langsung mencegahnya, takut terjadi apa-apa pada istrinya.

" B..Bu... Kita ke puskesmas saja yuk..." perlahan Pak Amet mendekati istrinya lagi sambil memegang bahu Bu Surmi.

"Aaarrgh... Kepala ibu sakiiit Paaa...kk....!!! Ibu udah nggak kuat lagi... terasa mau pecah...!!.. Sakit terasa ditusuk-tusuk jarum Paaak...!! Aaaaarghhh...!!"

"Ma..makanya, ayo kita ke Puskesmas saja..!"Pak Amet terus membujuk istrinya lagi yang tidak menghiraukan ajakannya itu.

"Nggak mau Paaaak.... Ibu nggak mau ke Puskesmas,...!! lagian Ibu tidak sanggup berdiri apalagi berjalan. Badan ibu juga mendadak sakit sekali Paaak. Seperti dipukul-pukul kayu...aaaawwghsshh sakiiibPaaak...!!"

"Ayo.. Bapak coba bantu mapah... Ibu tahan dulu." tangan Pak Amet langsung memegang pergelangan istrinya, namun...

".. Aaaaarghh.... tanganku sakiiit Paaaak... Jangan disentuuuuh... telapak tangan Bapak kok terasa panas sekali sih,. haduuuuh ...!!!"

Membuat Pak Amet menjadi ragu dan sedikit canggung, gemuruh perasaan khawatir, kaget, heran yang terus memuncak memenuhi dada Pria paruh baya tersebut.

Beberapa saat kemudian, Pak Amet menoleh ke anaknya yang dari tadi masih berdiri mematung di sudut ruang kamar.

"Di... Coba kamu ke rumah Mbok Darsih, minta bantuannya untuk menjampi ibumu, sepertinya, Ibumu ini kesambet." Perintah Pak Amet.

"i.. Iya Pak.. Adi segera ke rumah Mbok Darsih" Tidak menunggu jawaban dari Pak Amet lagi. Pardi langsung keluar dari kamar, setengah berlari ke arah pinggir rumah, kemudian menuju motor yang diparkir di pinggir rumah, setelah menghidupkan mesin motornya, Pardi melajukan motornya ke arah Timur, menuju rumah Mbok Darsih, wanita usia senja yang dipercaya oleh orang kampung suka mengobati orang-orang yang 'kesambet' dan juga kesurupan.

Sementara itu, Bu Surmi masih terus berteriak teriak kesakitan, tidak hanya kepala yang terasa sakit, kini seluruh badanya juga terasa semakin sakit dan nyeri. Bu Surmi merasa ada yang memukul-mukul dengan keras. Badannya terasa panas tidak karuan, seperti sedang mendekati api.

Bu Surmi berguling guling di atas kasur, mulutnya tidak berhenti berteriak, anehnya, kalau tangan Pak Amet suaminya menempel dengan badan Bu Surmi atau bergesekan, bukannya sembuh, tapi, sakitnya makin menjadi hingga kadang-kadang, Pak Amet mendapat makian dan umpatan dari Bu Surmi istrinya membuat Pak Amet takut-takut dengan keadaan seperti itu.

Hampir ada 20 menit kemudian, terdengar suara mesin motor Pardi dengan membawa wanita tua, rambut putih yang tertutup sebahagian kerudung bulatnya serta kulit wajah yang mengeriput, menandakan wanita itu sudah tidak muda lagi. Sehingga sangat pantas dipanggil 'Mbok'.

"Mari Mbok, ibu saya nya di kamar yang tengah, Mbok..." Ajak Pardi, mendahului Mbok Darsih.

Kebetulan sekali, saat Pardi ke rumah Mbok Darsih, Mbok Darsih baru saja pulang dari kampung sebelah, habis mengobati 'pasien' , dan kebetulannya lagi, di rumah Mbok Darsih sedang tidak ada pasien yang menunggu, sehingga ketika Pardi nyampe rumah Mbok Darsih, tidak selang lama, Mbok Darsih bisa langsung diajak.

Dengan sedikit tergopoh, Mbok Darsih langsung menuju ke kamar Bu Surmi mengikuti langkah Pardi.

"Syukurlah, si Mbok bisa datang ke rumah saya...tolong istri saya, Mbok, sepertinya dia kesambet.." Terdengar Pak Amet langsung memohon pada Mbok Darsih yang baru saja datang.

Sambil mempersiapkan segalanya. Mbok Darsih basa basi, bertanya ke Pak Amet dengan apa yang terjadi.

Secara singkat, Pak Amet menjelaskan kepada Mbok Darsih, dari awalnya Bu Surmi merasakan sakit di kepala, yang terasa bukan sakit kepala biasa.

Mbok Darsih manggut-manggut tanda

mengerti apa yang dijelaskan Pak Amet tentang keadaan yang menimpa istrinya. Setelah cukup menjelaskan, Mbok Darsih meminta dibawakan air putih pada Pardi. Dengan gesit, Pardi beranjak untuk mengambil air yang diminta oleh Mbok Darsih.

Beberapa detik kemudian Mbok Darsih sudah memegang segelaa besar air putih yang disodorkan Pardi.

sejurus kemudian, mulut Mbok Darsih komat kamit seperti membacakan jampi atau mantra. Mulutnya di dekatkan pada gelas besar yang sudah terisi air.

Sementara itu, Bu Surmi masih berguling guling di atas kasurnya, dan terus meracau kesana kemari. Teriakan dan jerit kesakitannya masih terdengar, sungguh sangat iba dan terasa ikut menyayat hati bagi siapa saja yang berada di sekelilingnya.

Selesai melafalkan jampi-jampi, Mbok Darsih mendekati Bu Surmi dan langsung menyipratkan air dari dalam gelas ke wajah Bu Surmi. Kemudian ubun-ubun kepala Bu Surmi dibasahinya pula hingga basah, airnya bahkan meleleh di kedua pipinya.

Disaat ubun-ubun kepala Bu Surmi dibasahi bersamaan cipratan air ke wajah Bu Surmi, tiba-tiba.

"Aaaaawwww... Ampuuuun... sakiiit...!!" Jerit Bu Surmi, tubuhnya bergetar hebat, dengan kepala didongakkan ke atas, dan seperti cacing kepanasan, Bu Surmi melengking hebat, kemudian tak sadarkan diri.

Mbok Darmi mengusap wajahnya dengan kasar, disekanya keringat yang mulai mengucur dengan kain selendang yang selalu melilit di lehernya.

Perlahan, Mbok Darsih mengatur nafasnya, kemudian meminta Pak Amet untuk membopong tubuh Bu Surmi yang masih tidak sadarkan diri.

Dengan sigap, Pak Amet membopong tubuh isterinya dibantu oleh Pardi, yang dari tadi hanya bengong ketika ibunya sedang diobati.

Tubuh Bu Surmi ditidurkan dengan nyaman.

tarik nafas lega terdengar dari mulut wanita sepuh itu, senyum nya mulai mengembang, ketika keadaan 'pasien'nya mulai membaik.

......................

"Ka... Kakek si..siapa, kenapa Saya berada di tempat ini...??" tanya Bu Surmi pada seorang kakek tua yang berpakaian serba hitam, seperti Jawara dari daerah tatar sunda. Tampak rambut dan janggut nya yang sudah memutih.

Kakek tua itu kemudian mendekati Bu Surmi yang sedang duduk bersila, seperti orang yang bertapa.

Awalnya, hanya terdengar kekehan si Kakek, kemudian terdengar lagi oleh Bu Surmi, kakek tua itu batuk-batuk, lalu melanjutkan perkataanya.

Terpopuler

Comments

Reyy Petualang

Reyy Petualang

greget aku bcanya thorr🔥🔥🔥

2024-09-28

0

dede rohimah

dede rohimah

bikin bergidik..

2024-09-17

0

Fathiya Fitri

Fathiya Fitri

mbok darmi apa darsih Thor... 😏

2024-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2 Bab 2 Tak kunjung sembuh
3 Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4 Bab 4. Utusan dari Leluhur
5 Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6 Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7 Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8 Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9 Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10 Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11 Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12 Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13 Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14 Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15 Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16 Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17 Bab 17. Firasat kurang Baik
18 Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19 Bab 19. Terpaksa Melawan.
20 Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21 Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22 Bab 22. Durgala dan Darsih.
23 TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24 TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25 TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26 TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27 TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28 TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29 TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30 TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31 TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32 TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33 TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34 TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35 TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36 TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37 TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38 TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39 TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40 TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41 TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42 TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43 TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44 TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45 TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46 TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47 TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48 TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49 TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50 TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51 TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52 TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53 TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54 TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55 TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56 TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57 TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58 TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59 TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60 TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61 TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62 TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63 TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64 TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65 TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66 TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67 TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68 TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69 TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70 TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71 TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72 TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73 TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74 TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75 TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76 TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77 TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78 TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79 TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80 TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81 TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82 TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83 TTJL Bab. 83. Kebakaran
84 TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85 TTJL Bab 85. Persaingan
86 TTJL Bab 86 Ritual Mbah Parmo ( bag. 1)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2
Bab 2 Tak kunjung sembuh
3
Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4
Bab 4. Utusan dari Leluhur
5
Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6
Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7
Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8
Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9
Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10
Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11
Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12
Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13
Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14
Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15
Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16
Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17
Bab 17. Firasat kurang Baik
18
Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19
Bab 19. Terpaksa Melawan.
20
Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21
Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22
Bab 22. Durgala dan Darsih.
23
TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24
TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25
TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26
TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27
TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28
TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29
TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30
TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31
TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32
TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33
TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34
TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35
TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36
TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37
TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38
TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39
TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40
TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41
TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42
TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43
TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44
TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45
TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46
TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47
TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48
TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49
TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50
TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51
TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52
TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53
TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54
TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55
TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56
TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57
TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58
TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59
TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60
TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61
TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62
TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63
TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64
TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65
TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66
TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67
TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68
TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69
TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70
TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71
TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72
TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73
TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74
TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75
TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76
TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77
TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78
TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79
TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80
TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81
TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82
TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83
TTJL Bab. 83. Kebakaran
84
TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85
TTJL Bab 85. Persaingan
86
TTJL Bab 86 Ritual Mbah Parmo ( bag. 1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!