Pertarungan yang tidak berimbang yakni dua orang laki-laki kekar dan kuat melawan satu perempuan yang usianya di atas paruh baya itu terus berlanjut semakin sengit.
Walau tak berimbang, tetapi nampaknya dari kedua belah pihak belum ada yang terdesak kewalahan.
Hanya si Ableh yang posisi kuda-kuda dan keseimbangannya sedikit kurang kuat, pengaruh tenaga yang dikeluarkan untuk menyerang Mbok Darsih terlalu banyak, serta dalam setiap penyerangan, Si Ableh
selalu dengan rasa emosi tinggi yang membuat penyerangan membabi buta tapi tak beraturan.
Hal ini tentunya kesempatan yang sangat bagus bagi Mbok Darsih untuk mengalahkan lawannya itu.
Sedangkan si Japran sudah beberapa kali melayangkan serangannya, bahkan kini ia membawa kayu yang panjangnya 50 cm an dan besarnya sebesar tangan orang dewasa. Sementara dari pihak Mbok Darsih, masih dengan tangan kosong. Hanya sekali-kali menggunakan tas ranselnya untuk memukul lawan.
Hal yang sama dengan si Japran, serangannya belum ada yang berhasil. Mbok Darsih sangat lincah dan gesitnya dalam menghindari serangan dari musuhnya. Saat ini Mbok Darsih masih dalam posisi menghindar. Dan kalau pun menyerang, hanya sesekali saja, itu juga serangan balasan ketika lawan sedang lengah.
Hingga lelaki kekar itu harus mengatur nafas dan memulihkan tenaga nya kembali. Keringat sudah bercucuran membasahi pungguh lelaki itu.
Beberapa detik kemudian, sambil mengecangkan tali celananya, si Japran langsung mengambil posisi ancang-ancang untuk memberikan penyerangannya lagi.
"Heran Gue...baru kali ini Gue menghadapi dan bertarung perempuan tua setangguh ini. Hmmmm tapi jangan sebut Gue si Japran, kalau sampai bisa kalah begitu saja apalagi hanya melawan seorang perempuan tua. Cuiih.!!"
Gumam si Japran dalam batinnya sambil meludah. Rasa amarahnya semakin memuncak, kedua bola matanya makin membara dengan wajah seperti besi mentah yang dibakar. Apalagi ketika melihat si Ableh sedikit terdesak dengan serangan balik dari Mbok Darsih.
Mbok Darsih seperti tahu keadaan si Japran dan si Ableh. Ia terkekeh sengaja memanas manasi lawannya agar emosinya semakin terpancing.
"Hehehe...ayooo keluarkan lagi kemampuan kalian berdua. Masa melawan nenek tua renta saja kelihatannya kerepotan sekali. Hahahah.
Nafasnya juga kayak deru kereta api hehehehe. Dasar lelaki lemah, bacot dan badan saja yang gede. Hehehe."
"Cuiiih... jangan sombong, Kau nenek rentaaa...sebentar lagi kamu akan menamatkan riwayatmu..!" Terdengar cacian si Japran yang tersulut emosinya mendengar perkataan Mbok Darsih, kedua bola matanya memerah menahan amarah.
"Kurang ajar..!! Si Ableh malah terdesak, gue harus hati-hati. Hmmmm kalau begini, terpaksa Gue harus menggunakan golok andalan kesayangan." Batin si Japran lagi. Akhirnya tanpa rasa malu, si Japran mengeluarkan golok kesayangannya. Siap untuk mencelakai Mbok Darsih yang masih tangan kosong.
Kini, tangan kiri Japran memegang kayu dan tangan kananya memegang golok, kilau goloknya sekilas terlihat tersinari matahari yang sedang berjalan ke barat.
"Barang apa itu yang kau pegang, berandal tengik, keluarkan semuanya. Hehehe" Mbok Darsih terus-terusan memanasi si Japran. Si Japran pun kalap.
"Tamaaaat riwayatmu, nenek tuaaaa...hiaaat...!!"Tanpa pikir dua kali, dengan sangat gesit, Japran langsung membabi butakan senjatanya itu ke Mbok Darsih.
Kayu dan goloknya itu terus tanpa henti bergantian memburu tubuh kurus Mbok Darsih.
"Wush..!!...wush...!! Wush..!!" Suara hantaman kayu dan golok yang memakan angin ketika sudah hampir mengenai Mbok Darsih.
Seperti biasa, Mbok Darsih semakin gesit dalam menghindari serangan si Japran yang bertubi-tubi.
Di waktu yang sama, tak kalah gesitnya dengan Si Japran, tanpa dikasih aba-aba. Si Ableh juga langsung mengeluarkan golok dari serangka nya. Kedua mata nya nyalang bak seekor Singa yang siap menerkam mangsa.
Tanpa menunggu lama, si Ableh memberikan serangannya kembali, golok di tangannya siap untuk menebas leher Mbok Darsih.
Pertarungan tak berimbang semakin seru lagi.
Melihat lawan sudah mengeluarkan senjatanya, Mbok Darsih lebih berhati-hati lagi. Tatapan matanya ditajamkan lagi. Mbok Darsih juga tidak mau mati konyol di tangan kedua berandal itu. Mbok Darsih mulai mengumpulkan tenaga dalamnya dengan kekuatan dan konsentrasi penuh.
"Wush.. Bugh...Bugh.. Aarghh... Brengsek Kau Nenek tua.!!!" si Ableh menjerit terpekik.
Kali ini Mbok Darsih berhasil memukul dada si Ableh, yang sedikit lengah ketika mau menebas leher Mbok Darsih namun gagal, dan tanpa menyiakan kesempatan, Mbok Darsih memberikan dua jurus yang mematikan. Kepal tinju tangan kanan dan kirinya dengan secara bergantian berhasil mengenai dada si Ableh.
"Hoeeekkm... Ukhuu.. Ukhuu..hoeek..!" Si Ableh batuk-batuk. Mulutnya memuntahkan darah segar.
Si Ableh sempoyongan, dadanya terasa nyeri dan panas. Dan akhirnya terjerembab ke tanah dengan posisi telungkup.
Mbok Darsih tidak menyiakan peluang emasnya itu, dengan gerakan sangat cepat. Ia langsung loncat memburu si Ableh dan posisinya kini telah berada persis di sampingnya. Dan...
"Bugh...bugh..!!
"Wadaaaaw... Argh..Ampuuun..!!" Si Ableh menjerit melengking, bahkan minta ampun segala. Teriakan nya lebih keras lagi, kini, bukan dadanya lagi yang terasa nyeri dan panas, kini pinggangnya juga ikut-ikutan terasa panas dan nyeri ketika tendangan Mbok Darsih berhasil mengenai pinggangnya.
"Awas Mbook..!!" Tiba-tiba Bu Surmi menjerit histeris. Membuat Mbok Darsih kaget,
"Huft... Bugh.. Bugh...!!"
"Aaaarrrggh brengsek.!!"
Japran berteriak kesakitan sambil mengumpat Mbok Darsih.
( Para reader akan tahu kenapa si Japran menjerit histeris, lanjut ke bawah )
#Flash back On.
Dengan perasaan dag dig dug khawatir Mbok Darsih kalah karena pertarungan tak berimbang itu. Bu Surmi bersembunyi di balik pohon pinus, melihat langsung perkelahian hebat itu. Apalagi kedua lelaki itu sudah menggunakan senjata tajamnya, sementara Mbok Darsih masih dengan tangan kosong.
Bu Surmi merasa puas dan lega, ketika Mbok Darsih melayangkan serangan ke dada si Ableh hingga muntah darah. Dan juga ketika Mbok Darsih memberikan tendangannya ke arah pinggang si Ableh, hingga akhirnya si Ableh terkapar di tanah. Kemungkinan tak sadarkan diri.
Namun, tak berselang lama kemudian, tanpa sepengtahuan Mbok Darsih, si Japran sudah berada di belakang Mbok Darsih dan hendak memukul pundak Mbok Darsih dari arah belakang dengan kayu sebesar pergelangan tangan orang dewasa.
Spontan saja, Bu Surmi yang melihat langsung kejadian itu langsung menjerit histeris. Dalam hatinya, Pasti kali ini Mbok Darsih terkena pukulan dari si Japran.
Tapi dengan kegesitan Mbok Darsih, walaupun sedang membelakangi si Japran. Ia berhasil sedikit merundukkan kepalanya dan secepat itu kedua tangan Mbok Darsih merebut kayu dari tangan kanan si Japran lalu melakukan penyerangan balik, dengan menghantam bahu si Japran dengan kayu.
Si Japran pun menjerit dan ambruk di samping si Ableh.
#Flash back off.
Beberapa menit kemudian.
Kedua lelaki itu terkapar. Si Ableh terlentang setelah perutnya berhasil dimakan tendangan Mbok Darsih.
Si Japran belum bisa berdiri karena bahunya terasa nyut-nyutan. Ia masih terbaring membelakangi si Ableh yang terlentang dengan bibir meringis kesakitan. Dari dalam bibirnya, terlihat cairan merah.
Mbok Darsih benar-benar sudah hilang kesabarannya. Yang tadinya hanya sekedar ingin ngasih pelajaran saja terhadap kedua lelaki tersebut. Kini berubah pikiran.
Apalagi Mbok Darsih juga sudah beberapa kali terkena pukulan dari kedua lelaki tersebut. Pantas saja Mbok Darsih semakin geram dan naik pitam.
"Kedua bangsat ini harus ku lenyapkan di muka bumi ini. Agar tidak mengganggu orang yang lewat lagi." Gumam Mbok Darsih. Matanya tajam ke si Ableh dan ke si Japran. Giginya gemeretak.
Mbok Darsih mengeratkan kembali selendang yang melilit di pinggangnya. Nafasnya tersengal dan ngos-ngosan. Sekilas, ia menoleh ke arah Bu Surmi yang masih bersembunyi di balik pohon Pinus.
Mbok Darsih tersenyum puas. Begitupun dengan Bu Surmi yang langsung menghampiri Mbok Darsih.
"Hehehehe...ternyata hanya penjahat amatiran, Nyi...badan saja gede.." Mbok Darsih terkekeh meledek pada kedua lawanya yang terkapar.
Bu Surmi pun ikut terkekeh. Tak menyangka sedikitpun kepintaran dan kelihaian Mbok Darsih yang sangat luar biasa dalam gerakan bela diri.
"Si Mbok waaaar biasaaaah...!!!" Puji Bu Surmi pada Mbok Darsih sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
"Saya kira, Si Mbok hanya seorang dukun bayi biasa. Ternyata seorang pendekar...!!" lanjutnya lagi.
Mbok Darsih hanya terkekeh. Dilapnya keringat yang membasahi kening keriputnya dengan ujung selendang yang melilit di pinggangnya.
"Kalau Nyi Surmi kepengen kayak si Mbok. Kakek Sura yang akan mengajarinya." Timpal Mbok Darsih menatap Bu Surmi yang masih terkagum-kagum sama Mbok Darsih.
Tiba-tiba.
"Prok...prok ..prok.." terdengar suara tepuk tangan seseorang tidak jauh dari kedua wanita beda usia itu.
"Hahahahaha... hebaaat... hebaaat...ternyata Kau masih hidup, Darsih. Dan hampir melenyapkan nyawa kedua anak buahku... hahahah, Cuiih...sungguh pertarungan yang tidak berimbang sama sekali...!!"
Mbok Darsih dan Bu Surmi berbarengan menoleh pada sumber suara.
"Kk..kau..!!??" Pekik Mbok Darsih kaget. Kedua bola matanya membulat melihat kedatangan seseorang yang tiba-tiba.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
dede rohimah
jangan sampe kalah thooor.. walau seorang wanita
2024-09-17
0
Fathiya Fitri
siapa sih... bikin penasaran ajah. lanjut thoor
2024-09-14
0
Aji Wandi
wooow siapa lagi tuh yg datang. smoga aja mbok darsih dan bu suami selalu dlm lindunganNya
2024-09-05
0