Bab 20. Pertarungan tak Berimbang

Pertarungan yang tidak berimbang yakni dua orang laki-laki kekar dan kuat melawan satu perempuan yang usianya di atas paruh baya itu terus berlanjut semakin sengit.

Walau tak berimbang, tetapi nampaknya dari kedua belah pihak belum ada yang terdesak kewalahan.

Hanya si Ableh yang posisi kuda-kuda dan keseimbangannya sedikit kurang kuat, pengaruh tenaga yang dikeluarkan untuk menyerang Mbok Darsih terlalu banyak, serta dalam setiap penyerangan, Si Ableh

selalu dengan rasa emosi tinggi yang membuat penyerangan membabi buta tapi tak beraturan.

Hal ini tentunya kesempatan yang sangat bagus bagi Mbok Darsih untuk mengalahkan lawannya itu.

Sedangkan si Japran sudah beberapa kali melayangkan serangannya, bahkan kini ia membawa kayu yang panjangnya 50 cm an dan besarnya sebesar tangan orang dewasa. Sementara dari pihak Mbok Darsih, masih dengan tangan kosong. Hanya sekali-kali menggunakan tas ranselnya untuk memukul lawan.

Hal yang sama dengan si Japran, serangannya belum ada yang berhasil. Mbok Darsih sangat lincah dan gesitnya dalam menghindari serangan dari musuhnya. Saat ini Mbok Darsih masih dalam posisi menghindar. Dan kalau pun menyerang, hanya sesekali saja, itu juga serangan balasan ketika lawan sedang lengah.

Hingga lelaki kekar itu harus mengatur nafas dan memulihkan tenaga nya kembali. Keringat sudah bercucuran membasahi pungguh lelaki itu.

Beberapa detik kemudian, sambil mengecangkan tali celananya, si Japran langsung mengambil posisi ancang-ancang untuk memberikan penyerangannya lagi.

"Heran Gue...baru kali ini Gue menghadapi dan bertarung perempuan tua setangguh ini. Hmmmm tapi jangan sebut Gue si Japran, kalau sampai bisa kalah begitu saja apalagi hanya melawan seorang perempuan tua. Cuiih.!!"

Gumam si Japran dalam batinnya sambil meludah. Rasa amarahnya semakin memuncak, kedua bola matanya makin membara dengan wajah seperti besi mentah yang dibakar. Apalagi ketika melihat si Ableh sedikit terdesak dengan serangan balik dari Mbok Darsih.

Mbok Darsih seperti tahu keadaan si Japran dan si Ableh. Ia terkekeh sengaja memanas manasi lawannya agar emosinya semakin terpancing.

"Hehehe...ayooo keluarkan lagi kemampuan kalian berdua. Masa melawan nenek tua renta saja kelihatannya kerepotan sekali. Hahahah.

Nafasnya juga kayak deru kereta api hehehehe. Dasar lelaki lemah, bacot dan badan saja yang gede. Hehehe."

"Cuiiih... jangan sombong, Kau nenek rentaaa...sebentar lagi kamu akan menamatkan riwayatmu..!" Terdengar cacian si Japran yang tersulut emosinya mendengar perkataan Mbok Darsih, kedua bola matanya memerah menahan amarah.

"Kurang ajar..!! Si Ableh malah terdesak, gue harus hati-hati. Hmmmm kalau begini, terpaksa Gue harus menggunakan golok andalan kesayangan." Batin si Japran lagi. Akhirnya tanpa rasa malu, si Japran mengeluarkan golok kesayangannya. Siap untuk mencelakai Mbok Darsih yang masih tangan kosong.

Kini, tangan kiri Japran memegang kayu dan tangan kananya memegang golok, kilau goloknya sekilas terlihat tersinari matahari yang sedang berjalan ke barat.

"Barang apa itu yang kau pegang, berandal tengik, keluarkan semuanya. Hehehe" Mbok Darsih terus-terusan memanasi si Japran. Si Japran pun kalap.

"Tamaaaat riwayatmu, nenek tuaaaa...hiaaat...!!"Tanpa pikir dua kali, dengan sangat gesit, Japran langsung membabi butakan senjatanya itu ke Mbok Darsih.

Kayu dan goloknya itu terus tanpa henti bergantian memburu tubuh kurus Mbok Darsih.

"Wush..!!...wush...!! Wush..!!" Suara hantaman kayu dan golok yang memakan angin ketika sudah hampir mengenai Mbok Darsih.

Seperti biasa, Mbok Darsih semakin gesit dalam menghindari serangan si Japran yang bertubi-tubi.

Di waktu yang sama, tak kalah gesitnya dengan Si Japran, tanpa dikasih aba-aba. Si Ableh juga langsung mengeluarkan golok dari serangka nya. Kedua mata nya nyalang bak seekor Singa yang siap menerkam mangsa.

Tanpa menunggu lama, si Ableh memberikan serangannya kembali, golok di tangannya siap untuk menebas leher Mbok Darsih.

Pertarungan tak berimbang semakin seru lagi.

Melihat lawan sudah mengeluarkan senjatanya, Mbok Darsih lebih berhati-hati lagi. Tatapan matanya ditajamkan lagi. Mbok Darsih juga tidak mau mati konyol di tangan kedua berandal itu. Mbok Darsih mulai mengumpulkan tenaga dalamnya dengan kekuatan dan konsentrasi penuh.

"Wush.. Bugh...Bugh.. Aarghh... Brengsek Kau Nenek tua.!!!" si Ableh menjerit terpekik.

Kali ini Mbok Darsih berhasil memukul dada si Ableh, yang sedikit lengah ketika mau menebas leher Mbok Darsih namun gagal, dan tanpa menyiakan kesempatan, Mbok Darsih memberikan dua jurus yang mematikan. Kepal tinju tangan kanan dan kirinya dengan secara bergantian berhasil mengenai dada si Ableh.

"Hoeeekkm... Ukhuu.. Ukhuu..hoeek..!" Si Ableh batuk-batuk. Mulutnya memuntahkan darah segar.

Si Ableh sempoyongan, dadanya terasa nyeri dan panas. Dan akhirnya terjerembab ke tanah dengan posisi telungkup.

Mbok Darsih tidak menyiakan peluang emasnya itu, dengan gerakan sangat cepat. Ia langsung loncat memburu si Ableh dan posisinya kini telah berada persis di sampingnya. Dan...

"Bugh...bugh..!!

"Wadaaaaw... Argh..Ampuuun..!!" Si Ableh menjerit melengking, bahkan minta ampun segala. Teriakan nya lebih keras lagi, kini, bukan dadanya lagi yang terasa nyeri dan panas, kini pinggangnya juga ikut-ikutan terasa panas dan nyeri ketika tendangan Mbok Darsih berhasil mengenai pinggangnya.

"Awas Mbook..!!" Tiba-tiba Bu Surmi menjerit histeris. Membuat Mbok Darsih kaget,

"Huft... Bugh.. Bugh...!!"

"Aaaarrrggh brengsek.!!"

Japran berteriak kesakitan sambil mengumpat Mbok Darsih.

( Para reader akan tahu kenapa si Japran menjerit histeris, lanjut ke bawah )

#Flash back On.

Dengan perasaan dag dig dug khawatir Mbok Darsih kalah karena pertarungan tak berimbang itu. Bu Surmi bersembunyi di balik pohon pinus, melihat langsung perkelahian hebat itu. Apalagi kedua lelaki itu sudah menggunakan senjata tajamnya, sementara Mbok Darsih masih dengan tangan kosong.

Bu Surmi merasa puas dan lega, ketika Mbok Darsih melayangkan serangan ke dada si Ableh hingga muntah darah. Dan juga ketika Mbok Darsih memberikan tendangannya ke arah pinggang si Ableh, hingga akhirnya si Ableh terkapar di tanah. Kemungkinan tak sadarkan diri.

Namun, tak berselang lama kemudian, tanpa sepengtahuan Mbok Darsih, si Japran sudah berada di belakang Mbok Darsih dan hendak memukul pundak Mbok Darsih dari arah belakang dengan kayu sebesar pergelangan tangan orang dewasa.

Spontan saja, Bu Surmi yang melihat langsung kejadian itu langsung menjerit histeris. Dalam hatinya, Pasti kali ini Mbok Darsih terkena pukulan dari si Japran.

Tapi dengan kegesitan Mbok Darsih, walaupun sedang membelakangi si Japran. Ia berhasil sedikit merundukkan kepalanya dan secepat itu kedua tangan Mbok Darsih merebut kayu dari tangan kanan si Japran lalu melakukan penyerangan balik, dengan menghantam bahu si Japran dengan kayu.

Si Japran pun menjerit dan ambruk di samping si Ableh.

#Flash back off.

Beberapa menit kemudian.

Kedua lelaki itu terkapar. Si Ableh terlentang setelah perutnya berhasil dimakan tendangan Mbok Darsih.

Si Japran belum bisa berdiri karena bahunya terasa nyut-nyutan. Ia masih terbaring membelakangi si Ableh yang terlentang dengan bibir meringis kesakitan. Dari dalam bibirnya, terlihat cairan merah.

Mbok Darsih benar-benar sudah hilang kesabarannya. Yang tadinya hanya sekedar ingin ngasih pelajaran saja terhadap kedua lelaki tersebut. Kini berubah pikiran.

Apalagi Mbok Darsih juga sudah beberapa kali terkena pukulan dari kedua lelaki tersebut. Pantas saja Mbok Darsih semakin geram dan naik pitam.

"Kedua bangsat ini harus ku lenyapkan di muka bumi ini. Agar tidak mengganggu orang yang lewat lagi." Gumam Mbok Darsih. Matanya tajam ke si Ableh dan ke si Japran. Giginya gemeretak.

Mbok Darsih mengeratkan kembali selendang yang melilit di pinggangnya. Nafasnya tersengal dan ngos-ngosan. Sekilas, ia menoleh ke arah Bu Surmi yang masih bersembunyi di balik pohon Pinus.

Mbok Darsih tersenyum puas. Begitupun dengan Bu Surmi yang langsung menghampiri Mbok Darsih.

"Hehehehe...ternyata hanya penjahat amatiran, Nyi...badan saja gede.." Mbok Darsih terkekeh meledek pada kedua lawanya yang terkapar.

Bu Surmi pun ikut terkekeh. Tak menyangka sedikitpun kepintaran dan kelihaian Mbok Darsih yang sangat luar biasa dalam gerakan bela diri.

"Si Mbok waaaar biasaaaah...!!!" Puji Bu Surmi pada Mbok Darsih sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Saya kira, Si Mbok hanya seorang dukun bayi biasa. Ternyata seorang pendekar...!!" lanjutnya lagi.

Mbok Darsih hanya terkekeh. Dilapnya keringat yang membasahi kening keriputnya dengan ujung selendang yang melilit di pinggangnya.

"Kalau Nyi Surmi kepengen kayak si Mbok. Kakek Sura yang akan mengajarinya." Timpal Mbok Darsih menatap Bu Surmi yang masih terkagum-kagum sama Mbok Darsih.

Tiba-tiba.

"Prok...prok ..prok.." terdengar suara tepuk tangan seseorang tidak jauh dari kedua wanita beda usia itu.

"Hahahahaha... hebaaat... hebaaat...ternyata Kau masih hidup, Darsih. Dan hampir melenyapkan nyawa kedua anak buahku... hahahah, Cuiih...sungguh pertarungan yang tidak berimbang sama sekali...!!"

Mbok Darsih dan Bu Surmi berbarengan menoleh pada sumber suara.

"Kk..kau..!!??" Pekik Mbok Darsih kaget. Kedua bola matanya membulat melihat kedatangan seseorang yang tiba-tiba.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

dede rohimah

dede rohimah

jangan sampe kalah thooor.. walau seorang wanita

2024-09-17

0

Fathiya Fitri

Fathiya Fitri

siapa sih... bikin penasaran ajah. lanjut thoor

2024-09-14

0

Aji Wandi

Aji Wandi

wooow siapa lagi tuh yg datang. smoga aja mbok darsih dan bu suami selalu dlm lindunganNya

2024-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2 Bab 2 Tak kunjung sembuh
3 Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4 Bab 4. Utusan dari Leluhur
5 Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6 Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7 Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8 Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9 Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10 Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11 Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12 Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13 Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14 Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15 Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16 Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17 Bab 17. Firasat kurang Baik
18 Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19 Bab 19. Terpaksa Melawan.
20 Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21 Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22 Bab 22. Durgala dan Darsih.
23 TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24 TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25 TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26 TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27 TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28 TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29 TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30 TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31 TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32 TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33 TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34 TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35 TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36 TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37 TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38 TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39 TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40 TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41 TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42 TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43 TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44 TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45 TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46 TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47 TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48 TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49 TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50 TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51 TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52 TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53 TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54 TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55 TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56 TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57 TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58 TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59 TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60 TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61 TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62 TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63 TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64 TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65 TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66 TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67 TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68 TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69 TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70 TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71 TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72 TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73 TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74 TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75 TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76 TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77 TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78 TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79 TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80 TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81 TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82 TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83 TTJL Bab. 83. Kebakaran
84 TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85 TTJL Bab 85. Persaingan
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2
Bab 2 Tak kunjung sembuh
3
Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4
Bab 4. Utusan dari Leluhur
5
Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6
Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7
Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8
Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9
Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10
Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11
Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12
Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13
Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14
Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15
Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16
Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17
Bab 17. Firasat kurang Baik
18
Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19
Bab 19. Terpaksa Melawan.
20
Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21
Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22
Bab 22. Durgala dan Darsih.
23
TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24
TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25
TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26
TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27
TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28
TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29
TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30
TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31
TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32
TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33
TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34
TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35
TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36
TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37
TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38
TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39
TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40
TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41
TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42
TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43
TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44
TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45
TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46
TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47
TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48
TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49
TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50
TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51
TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52
TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53
TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54
TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55
TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56
TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57
TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58
TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59
TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60
TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61
TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62
TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63
TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64
TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65
TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66
TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67
TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68
TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69
TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70
TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71
TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72
TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73
TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74
TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75
TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76
TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77
TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78
TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79
TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80
TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81
TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82
TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83
TTJL Bab. 83. Kebakaran
84
TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85
TTJL Bab 85. Persaingan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!