Beberapa menit berlalu. Dan suasana kembali tenang, setelah baru saja terjadi sebuah insiden kecil yang bagi Bu Surmi sangat mengagetkannya dengan kedatangan Orang Utan yang tubuhnya tinggi besar itu.
"Diminum, Nak. Air kelapa muda sangat bagus buat tubuh dan kesehatan. Nanti, kalau kamu pulih lagi, kamu tidak akan merasakan sakit lagi." Si Kakek memulai pembicaraannya lagi, sambil memberikan kelapa muda yang telah dikupas, dan siap diminum.
Bu Surmi langsung menerimanya, dan langsung meminumnya.
"Hmmmsshh... Aaaah... Ssegeeer...!!" Kata Bi Surmi wajah nya kelihatan sedikit ceria setelah meminum air kelapa muda tersebut. Lalu meneruskan lagi perkataannya, seraya muji Sang Kakek.
"Ternyata, Kakek benar-benar hebat yah, bisa menaklukan orang Utan dan patuh pada Kakek."
Yang dipuji hanya terkekeh.
"Semenjak masih kecil, kakek urus si orang utan itu. Awalnya, Kakek berhasil menyelamatkan dari cengkraman hewan buas yang hampir saja membunuhnya." Ujar si Kakek. Bu Surmi pun hanya manggut-manggut.
Tidak berselang lama, pandangannya mulai serius lagi, sepertinya ia baru ingat ada perintah dari Eyang Cakra Buana yang belum dilaksanakan mengenai Bu Surmi.
"Kita mulai lagi, membahas pembicaraan yang tertunda."
"Mengenai apa, Kek..?"
" Apa kamu sudah lupa. Apa yang Kakek bicarakan mengenai Eyang Cakra Buana. Dan juga nanti ada kaitannya dengan dirimu yang dianggap generasi ke 7 pewaris pusaka darinya...?" Si Kakek kembali menjelaskan. Dan kepala wanita paruh baya itu mengangguk tanda nya mengerti.
"Silahkan kek, Kakek lanjutkan lagi cerita tentang Eyang Cakra Buana dan benda pusaka yang dimilikinya itu."
Bu Surmi tampak serius, dan mulai khusyu mendengarkan cerita si Kakek.
Si Kakek pun mulai menceritakan sejarah keberadaan Eyang Cakra Buana dan hubungannya dengan Bukit Halimun.
"Konon menurut cerita, dari leluhur Kakek, Ratusan tahun silam, hiduplah seorang pemuda yang sangat tampan rupawan.
Nama pemuda tersebut adalah Cakra.
Dari kecil ia hidup dan dibesarkan oleh neneknya, karena kedua orang tua Cakra sudah meninggal dunia akibat kebiadaban bangsa penjajah saat itu."
Si Kakek berhenti sebentar, setelah mengatur nafasnya, kemudian melanjutkan ceritanya lagi.
"Hidup yang serba kekurangan dan penuh dengan keprihatian, juga rasa dendam membara ingin membalaskan kematian kedua orang tuanya, membuat Cakra muda mulai belajar ilmu-ilmu kanuragan dan kebathinan. Bertapapun menjadi salahsatu hobi bagi Cakra muda. Hingga akhirnya ia menemukan seorang guru dari bangsa Jin, yang akhirnya, entah apa sebenarnya yang terjadi, anak Raja Jin itu ditikahkan dengan Cakra Muda." Sambung si Kakek, lalu melanjutkan lagi ceritanya.
"Beberapa puluh tahun kemudian, Cakra muda dapat menaklukkan sebuah kerajaan di alam Jin, dan berkuasa di sana. Hal ini tentunya dengan kekuatan dan ilmu yang dikuasai oleh Cakra muda yang sangat tinggi tiada tanding. Cakra muda berubah namanya menjadi Prabu Cakra Buana. Seiring berjalanya waktu, hingga suatu hari, isteri Prabu Cakra Buana sedang mengidam, dengan keinginan yang sangat aneh, Prabu Cakra Buana diminta oleh isterinya yang dari bangsa Jin itu untuk mendapatkan daging seekor kancil putih yang berada di alam manusia, akhirnya Prabu Cakra Buana beserta para pengawalnya berusaha berburu kancil yang diinginkan oleh isterinya itu, seekor kancil berkulit putih yang serasa mustahil didapatkan, mana ada seekor kancil yang kulitnya putih."
Sejenak si Kakek terdiam, mencoba mengingat cerita kejadian riwayat tentang Prabu Cakra Buana.
"Kenapa terdiam, Kek,. ? Ceritanya sangat menarik sekali, seperti cerita di negara dongeng saja." Ucap Bu Surmi, walau sedikit bergurau tapi tampak serius mendengarkan penuh rasa penasaran.
"Sebenarnya, kakek juga tidak yakin dan tidak tahu persis, cerita ini dongeng apa memang nyata adanya. Apa hanya sebuah legenda saja. Karena kakek juga mendengar dari nenek moyang kakek. Cerita ini kan terjadi ratusan bahkan mungkin ribu tahun yang lalu. Dan yang kakek alami selama ini, kakek sering sekali bermimpi dengan sosok yang menjelma dan mengaku sebagai Prabu Cakra Buana. Dan entah bagaimana awalnya, kakek percaya dan sangat yakin dengan adanya Prabu Cakra Buana. Apalagi sering sekali mendatangi kakek dengan bisikan-bisikan Gaib darinya. Yang akhitnya kakek memutuskan untuk menjadi kuncen di Bukit Halimun, yang konon menurut cerita pula, Prabu atau Eyang Cakra Buana lah yang menguasai Bukit itu." Jawab si Kakek panjang lebar. Hingga membuat Bu Surmi terdiam. Entah apa yang ada dalam benak pikiran wanita paruh baya tersebut. Menit kemudian, terdengar kalimat tanya dari Bu Surmi pada Sang Kakek.
"Akhirnya berhasil enggak, Kek, Prabu Cakra Buana mendapatkan seekor kancil putih. ?"
Mendengar pertanyaan dari Bu Surmi. Sang Kakek menarik nafas panjang. Pandangannya menjadi tatapan kosong yang tidak lepas dari sebuah bukit besar beberapa puluh kilo meter di hadapannya.
" Sebelum kakek melanjutkan ceritanya, alangkah perlu sekali, kakek mengkondisikan murid kakek dulu, agar suami dan anak kamu tidak terlalu mengkhawatirkanmu. Keadaan kamu sebenarnya berada di alam bawah kesadaran, yang mana, raga kamu masih tergeletak di kamar. Dan yang diketahui oleh suami dan anakmu, kamu masih dalam keadaan pingsan saat ini." Jawab si Kakek sedikit melebar, keluar tema pembicaraan. Walau akhirnya, Bu Surmi memahaminya.
"Siapa murid kakek..?"
" Mbok Darsih.."
Jawab si Kakek.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Fathiya Fitri
bukit halimun itu d mana, thoor.. nih novel kayak cerita nyata saja ih... bikin pnasaran...
2024-09-14
0