Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun

Panjang lebar Kakek Sura menceritakan legenda Eyang Cakra Buana.

"Surmi, Cucuku. Perlu kamu ketahui, bahwa dirimu masih termasuk salah satu keturunan leluhur seorang Resi dari tujuh generasi dan kamu termasuk generasi ke 7 yang masih ada."

"Sebagai generasi terakhir dari tujuh turunan kamulah yang akan mendapatkan warisan pusaka turun temurun warisan para leluhur. Pusaka yang bisa kamu jadikan jimat manakala sedang dalam ada kendala."

Jelas Kakek Sura.

"Dan kamu harus benar-benar bisa menjaganya, karena Jimat yang nanti kamu dapatkan banyak sekali yang mengincarnya. Terutama dari kalangan mahluk-mahluk Gaib dan dari kerajaan siluman." Lanjut Kakek Sura lagi mewanti wanti pada Bu Surmi

"Waktu kita di sini tidaklah lama, Surmi. Nanti kalau kesadaran kamu sudah pulih, secepatnya kamu pergi ke Bukit Halimun, untuk berjiyarah ke Makam Eyang Cakra Buana. Sekaligus kamu akan mendapatkan wangsit. Kamu boleh minta diantar sama suamimu atau Mbok Darsih. Kakek saranin kamu berangkat siang hari. Hari nya pas hari Kamis Wage malam Jum'at Kliwon. Waktu yang sangat istimewa dapat wangsit dari Eyang Cakra Buana."

"Berarti, bermalam di sana, Kek. ?"

"Ya... Bermalam di sana. Tapi kamu nggak perlu khawatir dan takut, karena Kakek juga ada di sana. Dan selama perjalanan, kamu akan dikawal oleh si Jalu."

" Sekarang, kamu bisa pulang. Kakek akan memulihkan keadaan dirimu lagi."

"Siap Kek.!"

"Pejamkan matamu..!" Perintah Kakek Sura

Kemudian Bu Surmi memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian. Bu Surmi tidak mendengar lagi suara dari Sang Kakek.

***

Bu Surmi menggeliat, seperti orang yang baru bangun tidur. Kedua bola matanya dikerjap-kerjapkannya. Bu Surmi sudah siuman dari pingsannya. Badannya disandarkan pada kepala ranjang. Beberapa saat kemudian, ia memanggil suaminya.

"Paaak... Bapaaak... Mas Ameeet ....!" panggil Bu Surmi. Kadang memanggil Bapak, untuk membapakkan kedua anaknya. Kadang memanggil dengan sebutan Mas.

"I... iya. Bu... Bapak di sini..!"

Pak Amet kaget bercampur bahagia, suara mendengar panggilan dari isterinya.

"Mbok, isteriku sudah siuman..! Ayo kita kedalam kamar lagi..!"

"Kalau sudah terasa sehat dan seger, biar isterimu yang suruh kesini ajah. Kita ngobrolnya di sini. Mbok juga nggak enak lah masa di kamar. " Jawab Mbok Darsih.

"Ia Mbok. Aku lihat isteriku dulu."

Pak Amet tidak menunggu jawaban Mbok Darsih lagi. Ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan segera masuk ke kamarnya.

"Kamu sudah sembuh, Bu... Alhamdulillaaah. !" Pak Amet girang, matanya berbinar senang.

"iya Pak...Berapa lama ibu tak sadarkan diri..?" Tanya Bu Surmi.

"Ada kisaran.... Emmm.. Kurang lebih dua jam, Bu. Bapak sangat khawatir. Malahan si Ardi mah nangis-nangis segala. " Pak Amet menuturkan.

"Kemana Adi sekarang, kok Ibu nggak melihatnya...?"

"Lagi ke warung, barusan sebelum Ibu siuman, Bapak nyuruh Adi membelikan kue kering gula dan teh buat oleh-oleh untuk Mbok Darsih."

"Mbok Darsih masih di sini..?" Tanya Bu Surmi.

"Iya... Katanya, dia nggak mau pergi kalau kamu belum sadar dengan sepenuhnya." Jawab Pak Amet. " Kalau ibu udah merasa baikkan, ayo kita ngobrolnya di ruang depan saja." Ajak Pak Amet.

Bu Surmi mengiyakan ajakan suaminya. Setelah bangun dari tidurnya, Bu Surmi langsung ke ruang tamu diikuti oleh Pak Amet.

"Kamu sudah baikkan, Nyi..?" Tanya Mbok Darsih ketika melihat Bu Surmi keluar dari kamarnya.

"Alhamdulillah, Mbok. rasa nyeri di kepala dan di badan sudah tidak terasa lagi. Makasih yah Mbok, sudah menolong saya. Saya juga masih ingat waktu si Mbok ke sini tadi dan langsung mengobati saya, tapi begitu air cipratan mengenai wajahku, mendadak terasa gelap, akhirnya saya nggak ingat apa-apa.." Bu Surmi menjelaskan kejadian saat sebelum pingsan.

"Hehehe, syukurlah, akhirnya Mbok nggak terlambat." Jawab Mbok Darsih terkekeh.

"Dari pagi, Mbok merasakan firasat akan kedatangan Guru Mbok. Untung saja Mbok nggak jadi berangkat ke kampung sebelah, tadi ada tamu datang ke rumah Mbok. Bahwa ada yang mau melahirkan. Baru saja Mbok mau persiapan, mbok dapat bisikan dari si Kakek, katanya jangan pergi dari rumah. Ada hal yang lebih penting. Ternyata urusan kamu, Nyi." Kata Mbok Darsih menjelasakan sebelum kejadian.

"Ooowh..berarti Kakek Sura sudah ngasih kabar sebelumnya yah. Ternyata si Kakek ilmunya tinggi juga yah, Mbok.."

Pak Amet yang dari tadi hanya mendengarkan pembicaraan dua wanita berbeda usia itu hanya bisa bengong. Tidak faham apa yang sedang dibicarakan.

"Bapak belum mengerti, Bu. Apa yang dikatakan Ibu barusan. Kakek siapa yang Ibu maksud?" Tanya Pak Amet ke Bu Surmi, isterinya.

Bu Surmi menghela nafas sebentar. Dia berusaha mengingat kejadian yang dialaminya saat dalam ketidaksadaran. Kemudian melanjutkan pembicaraannya lagi.

"Nanti ibu akan ceritakan semuanya, Pak. Apa yang Ibu alami dan rasakan. O iya.. si Mbok kok hanya dikasih air putih saja. Itu di lemari dapur, masih ada kacang rebus, Pak." Kata Bu Surmi. Saat ekor matanya ke atas meja.

"O iya... Bapak kok sampe lupa. Tadi Bapak nyuruh si Adi ke warung. Tapi belum datang juga tuh anak." Pak Amet menimpali.

"Nggak usah repot-repot Met, Nyi...lagian sebelum ke sini, Mbok sudah makan." kata Mbok Darsih basa basi.

Saat mereka asyik dengan obrolannya. Terdengar di luar rumah suara mesin motor Pardi yang baru saja datang dari warung. Tangannya menenteng kresek hitam berisi belanjaan sesuai perintah Pak Amet.

Singkat cerita. Tidak berapa lama, setelah Bu Surmi meletakkan kacang rebus dan kue kering di atas meja untuk menyuguhi tamunya, ia langsung melanjutkan ceritanya lagi.

"Pak,... Mbok, Saya akan melanjutkan ceritanya lagi yang nantinya ada kaitannya dengan Mbok Darsih juga."

Setelah Pak Amet dan Mbok Darsih mengiyakan, kemudian Bu Surmi bercerita dari mulai terasa nyeri di kepala dan di badannya. Hingga ia bertemu dengan seorang Kakek yang mengaku kakeknya.

Sementara, Pardi anak kedua Pak Amet dan Bu Surmi, setelah tahu keadaan Ibunya audah baikkan lagi. Ia langsung ke pinggir rumah untuk mengelap motornya yang dari tadi baru dicuci.

**

Bu Surmi bercerita, apa yang terjadi. rinci dan jelas sekali serta tidak ada yang terlewatkan. Hingga membuat suaminya berdecak dan menggeleng kepalanya seolah merasa mimpi dan serasa cerita dalam dongeng saja. Sementara Mbok Darsih hanya manggut-manggut ketika mendengarkan penuturan cerita Bu Surmi.

" Begitulah, Pak, Mbok. Saya harus pergi ke Bukit Halimun. Saya harap Mbok Darsih mau mengantar saya ke sana. Kalau dengan Mas Amet khawatir nyasar karena belum tahu jalannya. Mbok Darsih kan dulu sering kesana kan? Saya tahu dari cerita Kakek Sura." Kata Bu Surmi setelah bercerita panjang lebar, yang kemudian membahas keberangkatan Bu Surmi ke Bukit Halimun.

Mendengar penuturan Bu Surmi, dan bertanya kesiapan mengantarnya ke Bukit Halimun, Mbok Darsih menghela nafas sebentar. Kemudian ia berkata, suaranya terdengar datar.

"Bagi si Mbok, ini tugas dari Kakek Sura. Guru si Mbok yang mana, kalau mendapat tugas dari sang Guru, sangat tidak boleh ditentangnya. Namun perjalanan ke Bukit Halimun bukan lah perjalanan yang mudah dan cepat. Butuh waktu paling cepat 12 jam perjalanan kalau jalan kaki. Kalau ingin menyingkat waktu, paling harus naik kendaraan dulu. Nanti kalau sudah berada di ujung kampung yang arah ke Bukit Halimun, baru kita jalan kaki. " Mbok Darsih menjelaskan. Perkataannya terjeda dengan rasa haus di tenggorokannya. Setelah menyeruput air teh anget. Mbok Darsih melanjutkan pembicaraannya.

"Diusahakan jangan sampai kemalaman di jalan. Karena akhir-akhir ini, Mbok sering mendengar cerita orang-orang, bahwa sering ada begal kalau menjelang sore. Kawanan begal itu kadang lebih dari 3 orang dan merampas apa apa yang dimiliki orang lewat yang mau berjiarah ke Makam Eyang Buana." Mbok Darsih menjelaskan lagi. Hati kecilnya sedikit khawatir.

Sebenarnya yang Mbok Darsih khawatirkan adalah keselamatan Bu Surmi. Pastinya tidak bisa apa-apa ketika ada orang jahat. Kalau bagi Mbok Darsih sendiri mah mungkin tidak masalah karena besar kecilnya sudah mempelajari ilmu bela diri. Namun khawatirnya, ia nggak bisa melindungi Bu Surmi.

"Ooowh.. Kalau masalah itu mah. si Jalu akan mengawal perjalanan kita. Mbok. " Bu Surmi menjelaskan.

" Si Jalu...? Orang Utan itu..?" tanya Mbok Darsih sedikit heran.

"Iya Mbok." Jawab Bu Surmi, yakin.

"Hmmmm berarti sekarang, ia sudah besar." Gumam Mbok Darsih. Lirih.

"Baiklah. Nyi... Kamu persiapkan saja segalanya. Nanti berangkatnya dari rumah si Mbok saja. Sedikit memotong jalan. Kamu bisa diantar oleh si Adi. Biar naik Bus atau angkudes saja dari rumah si Mbok. O iya. Mungkin si Mbok pamit dulu. sebentar lagi waktu magrib tiba." kata Mbok Darsih.

Setelah berbincang tema yang lain sebentar, Mbok Darsih berpamitan. Pak Amet yang mengantarkan Mbok Darsih pulang dengan sepeda motornya. Karena hari sudah mau menjelang maghrib. Lagian Pardi ada tugas PR buat besok dikumpulkan di sekolahnya.

******

Mohon maaf yah... Buat para reader jika updetnya agak telat. Authornya mulai sibuk. Hehehehe.

Happy reading....

.

Terpopuler

Comments

dede rohimah

dede rohimah

legenda cakra birawa apa buana

2024-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2 Bab 2 Tak kunjung sembuh
3 Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4 Bab 4. Utusan dari Leluhur
5 Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6 Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7 Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8 Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9 Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10 Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11 Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12 Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13 Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14 Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15 Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16 Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17 Bab 17. Firasat kurang Baik
18 Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19 Bab 19. Terpaksa Melawan.
20 Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21 Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22 Bab 22. Durgala dan Darsih.
23 TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24 TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25 TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26 TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27 TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28 TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29 TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30 TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31 TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32 TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33 TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34 TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35 TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36 TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37 TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38 TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39 TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40 TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41 TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42 TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43 TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44 TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45 TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46 TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47 TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48 TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49 TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50 TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51 TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52 TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53 TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54 TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55 TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56 TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57 TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58 TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59 TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60 TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61 TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62 TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63 TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64 TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65 TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66 TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67 TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68 TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69 TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70 TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71 TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72 TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73 TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74 TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75 TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76 TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77 TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78 TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79 TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80 TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81 TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82 TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83 TTJL Bab. 83. Kebakaran
84 TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85 TTJL Bab 85. Persaingan
86 TTJL Bab 86 Ritual Mbah Parmo ( bag. 1)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2
Bab 2 Tak kunjung sembuh
3
Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4
Bab 4. Utusan dari Leluhur
5
Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6
Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7
Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8
Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9
Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10
Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11
Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12
Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13
Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14
Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15
Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16
Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17
Bab 17. Firasat kurang Baik
18
Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19
Bab 19. Terpaksa Melawan.
20
Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21
Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22
Bab 22. Durgala dan Darsih.
23
TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24
TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25
TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26
TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27
TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28
TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29
TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30
TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31
TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32
TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33
TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34
TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35
TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36
TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37
TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38
TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39
TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40
TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41
TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42
TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43
TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44
TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45
TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46
TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47
TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48
TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49
TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50
TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51
TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52
TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53
TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54
TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55
TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56
TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57
TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58
TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59
TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60
TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61
TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62
TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63
TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64
TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65
TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66
TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67
TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68
TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69
TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70
TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71
TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72
TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73
TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74
TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75
TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76
TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77
TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78
TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79
TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80
TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81
TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82
TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83
TTJL Bab. 83. Kebakaran
84
TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85
TTJL Bab 85. Persaingan
86
TTJL Bab 86 Ritual Mbah Parmo ( bag. 1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!