Bab 8. Didatangi Orang Utan.

#Bu Surmi Masih di alam ketidaksadaran ( Pingsan )

Bu Surmi menarik nafas panjang, setelah menceritakan kejadian atau kronologis saat berada di sawah dan ladangnya beberapa jam kebelakang.

Sang kakek manggut-manggut mendengar cerita Bu Surmi, lalu ia berkata, seolah berkata pada dirinya sendiri.

Pandangan matanya tampak kosong namun diarahkan ke sebuah bukit tinggi besar yang berjarak mungkin di bawah puluhan kilometer di hadapan Si Kakek dan Bu Surmi. Bukit besar yang menjulang tinggi besar itu disebut dengan Gunung Halimun.

" Hmmm.... pantas saja, membuat Mbah Eyang sedikit murka. Untung menimpa pada kamu, Surmi. Kalau terjadi pada orang lain, pasti akan dibalas dengan setimpal atau bahkan dengan nyawa."

Kening Bu Surmi seketika mengerut, raut wajah wanita paruh baya itu menandakan ketidakmengertian, tidak faham sama sekali dengan apa yang dikatakan baru saja oleh Sang Kakek.

" Ma..maksud kakek bagaimana, kok ada balasan nyawa segala. Terus, apa hubungannya dengan Saya...?"

Sang Kakek menarik nafas panjang. setelah kelihatan sedikit tenang, kemudian melanjutkan bicaranya lagi.

"Beberapa jam yang lalu. Dengan secara tiba-tiba, kakek dipanggil oleh Eyang Cakra Buana. Panggilan yang tak seperti biasanya, membuat Kakek merasa heran dan juga takut."

Sang Kakek terdiam sejenak. Terlihat oleh Bu Surmi, sang kakek mengatur nafasnya lagi, tangan kiri sang kakek, mengusap kasar wajah nya yang sudah dimakan usia senja itu, walau memang, tatapan mata sang kakek masih tajam, dan masih berwibawa penuh kharismatik.

"Perlu kamu ketahui, kadal yang kamu bunuh itu adalah sebenarnya Kadal bukan sembarang kadal, dan bisa jadi kadal jejadian. Sebenarnya, kalau kamu mau memegang Kadal itu, ia akan berubah menjadi sebuah pusaka. Entah itu berupa sebuah keris atau kujang. Tergantung bentuknya menyerupai apa." Lanjut Sang Kakek.

"Sa...saya sama sekali tidak tahu, Kek. Saya kira, hewan Kadal itu, kadal biasa. Walaupun Saya juga merasa heran, kenapa Saya tiba-tiba ingin membunuhnya." Jawab Bu Surmi.

"Itulah yang membuat Eyang Cakra Buana murka. Dan kamu merasakannya betapa sakit dan nyerinya setelah kamu pulang dari sawah ladang. Sebenarnya, itu belum seberapa. Beruntung, Kakek segera mengetahuinya. Dan langsung memerintahkan Mbok Darsih datang ke rumah kamu untuk mengobati rasa sakit yang kamu rasakan. Terlambat sedikit saja, bisa fatal.!" Jelas si Kakek lagi. Tatapannya tajam ke arah Bu Surmi, membuat wanita paruh baya itu mendadak merasa salah tingkah dan merasa berdosa karena telah membinasakan hewan yang tidak berdosa itu.

"Terus bagaimana, Kek? Apa yang harus Saya lakukan atas kejadian yang sudah terjadi. ?" Tanya Bu Surmi, ingin penjelasan yang lebih detail lagi dari Si Kakek.

Beberapa saat kemudian, si Kakek terdiam. Setelah mengatur nafasnya. Baru si kakek berbicara lagi.

.

"Surmi, Cucuku... ketahuilah olehmu. Kakek ini sebenarnya seorang kuncen yang mengurus dan merawat kediaman Eyang Cakra Buana, yang berada di atas puncak bukit itu, yang terkenal dengan sebutan Gunung Halimun" Kata Sang Kakek, setelah menoleh ke Bu Surmi, detik kemudian menunjukkan jari nya ke arah depan yang dari kejauhan tampak sebuah bukit besar yang lumayan cukup tinggi.

Kemudian, Sang kakek melanjutkan ceritanya lagi.

" Nama Kakek adalah Suradipa Manggala. Orang-orang yang mengenal Kakek, memanggil Kakek dengan sebutan Kakek Sura. Adapula yang memanggil Kakek Dipa Manggala."

Setelah berhenti beberapa detik, kakek Suradipa melanjutkan lagi pembicaraannya.

"Kalau kamu ke puncak bukit sana, kamu akan menemukan sebuah makam panjang. Yang panjangnya mungkin 2 sampai 3 meter. Dengan batu yang dijadikan nisan, tinggi 1 meteran, dan jarak dari makam tersebut, ada bangun seperti gubuk bambu, yang selalu didatangi oleh orang-orang yang ingin mendapatkan kekayaan secara instan. Dengan mengorbankan rasa iman dan yakinnya pada Tuhan Yang Maha Esa."

Mendengar penuturan Sang Kakek, Bu Surmi tampak menganggukan kepalanya beberapa kali, tandanya mengerti apa yang disampaikan oleh Sang kakek walaupun belum sepenuhnya bisa dimengerti. Karena memang, penuturan Sang Kakek juga belum sampai tuntas, ( nih gimana sih, thor... aya aya wae. )

Sebelum melanjutkan pembicaraannya, Kakek Sura menawarkan minuman atau makanan ke Bu Surmi, barangkali haus atau lapar.

"Kalau boleh mah, minum aja Kek. Makan mah belum lapar, tadi sebelum aku pingsan aku baru makan, lagi pula mana ada di tempat seperti ini ada minuman atau makanan." Jawaban Bu Surmi, sedikit ragu. setelah ada penawaran dari Sang Kakek.

Seperti biasa, Kakek tua itu hanya terkekeh ketika mendengar penuturan Bu Surmi.

" Kamu tunggu sebentar, nanti juga ada yang kesini membawa minuman untuk kita." kata si kakek, kemudian memasukkan jari telunjuk dan ibu jari ke dalam mulutnya, sepertinya sebuah isyarat sebuah panggilan, memanggil seseorang hanya dengan sebuah suwitan.

" ....swiiii....tttt, wiiiit ...!!"

Setelah terdengar suara suwitan yang sangat nyaring dan keras dari mulut si Kakek, kemudian ia langsung memejamkan kedua matanya, lalu, mulutnya komat kamit seolah lagi melafalkan sesuatu.

"Siapa, Kek...? Apa ada orang lain selain kita di tempat ini..?". Tanya Bu Surmi memecah keheningan di sekitar manusia berbeda jenis kelamin dan usia tersebut.

"Temen Kakek, yang selama ini selalu menemani Kakek."

" Oowh, kirain mah, kakek sendirian di tempat ini." Sela Bu Surmi seraya manggut-manggut.

Baru saja Bu Surmi selesai bicara, tiba-tiba Bu Surmi teriak setengah histeris pada si Kakek tua di dekatnya itu.

"Keeek... Awaaas Keeek... Iiih ta... takuuut...o...o..oraaang utaaan Keek...!!"

Spontan, Bu Surmi mendekatkan diri pada si Kakek, sambil memegang pergelangan tangan si Kakek dengan erat. Wajahnya menampakkan ketakutan yang hebat.

Melihat kejadian tersebut, si Kakek malah tertawa walau pada mulanya sedikit kaget dengan teriakan Bu Surmi barusan. Si Kakek tak menghiraukan Bu Surmi, malah berbicara pada sosok Orang Utan yang perawakannya tinggi besar itu.

" Terimakasih, Jalu... Kau memang pengikutku yang setia." ucap si Kakek dengan menjulurkan kedua tangannya ke arah orang utan itu.

Kini baru Bu Surmi sadari, orang utan yang sekarang di hadapannya itu ternyata teman si Kakek.

Dan ternyata Bu Surmi baru 'ngeh' orang Utan yang dipanggil si Jalu itu, kedua tanganya penuh dengan bawaan, yang dilihat jelas oleh Bu Surmi, orang Utan itu membawa dua buah kelapa muda yang siap untuk diambil airnya dan buah-buahan lainnya.

Bu Surmi hanya bisa terkesiap, hampir saja dia mati berdiri dengan mulut yang ternganga melihat penampakan yang barusaja ia lihat. Beruntung, sang kakek langsung mencairkan suasana, seraya berkata nada perintah pada Orang Utan itu.

"Kamu boleh pergi, Jalu. kecuali nanti Aku panggil lagi. Kamu boleh kesini lagi!"

Mendengar perintah dari si Kakek. Si Jalu seolah sudah faham dengan bahasa si Kakek. Kemudian, dengan sangat cepat, si Jalu berlalu pergi dari hadapan Kakek dan Bu Surmi, setelah menganggukkan kepalanya tanda hormat.

Episodes
1 Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2 Bab 2 Tak kunjung sembuh
3 Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4 Bab 4. Utusan dari Leluhur
5 Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6 Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7 Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8 Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9 Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10 Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11 Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12 Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13 Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14 Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15 Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16 Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17 Bab 17. Firasat kurang Baik
18 Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19 Bab 19. Terpaksa Melawan.
20 Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21 Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22 Bab 22. Durgala dan Darsih.
23 TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24 TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25 TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26 TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27 TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28 TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29 TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30 TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31 TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32 TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33 TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34 TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35 TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36 TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37 TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38 TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39 TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40 TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41 TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42 TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43 TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44 TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45 TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46 TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47 TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48 TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49 TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50 TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51 TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52 TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53 TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54 TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55 TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56 TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57 TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58 TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59 TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60 TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61 TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62 TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63 TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64 TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65 TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66 TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67 TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68 TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69 TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70 TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71 TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72 TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73 TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74 TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75 TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76 TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77 TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78 TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79 TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80 TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81 TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82 TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83 TTJL Bab. 83. Kebakaran
84 TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85 TTJL Bab 85. Persaingan
86 TTJL Bab 86 Ritual Mbah Parmo ( bag. 1)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1, Mendadak uring-uringan tak jelas, setelah pulang dari ladang
2
Bab 2 Tak kunjung sembuh
3
Bab 3. Kedatangan "seseorang" ketika tak sadarkan diri
4
Bab 4. Utusan dari Leluhur
5
Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
6
Bab 6. Binatang Kadal 'Jejadian'
7
Bab 7. Hilangnya Bangkai Kadal, dan Sebuah Teguran Misterius
8
Bab 8. Didatangi Orang Utan.
9
Bab 9. Eyang Cakra Buana, Penguasa Gunung Halimun. Part 1
10
Bab 10. Eyang Cakra Buana, Penguasa Bukit Halimun. part 2.
11
Bab 11. Pergi ke Bukit Halimun
12
Bab 12. Malam Sebelum Perjalanan
13
Bab. 13. Perjalanan Menuju ke Bukit Halimun. Part 1.
14
Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2
15
Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
16
Bab 16. Dihadang Dua Laki-laki Tak Dikenal
17
Bab 17. Firasat kurang Baik
18
Bab 18. Firasat Fatma dan Kucing Hitam
19
Bab 19. Terpaksa Melawan.
20
Bab 20. Pertarungan tak Berimbang
21
Bab 21. Ki Durgala. Siapakah Dia?
22
Bab 22. Durgala dan Darsih.
23
TTJL Bab 23. Pertarungan Tak Bisa Dielakkan Lagi
24
TTJL Bab 24. Hampir Tak Ada Harapan.
25
TTJL Bab 25. Di Tempat Kakek Sura
26
TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.
27
TTJL Bab 27. Diwarisi Jimat Pusaka
28
TTJL Bab 28. Salah Jalan & Berurusan dengan Siluman Kera
29
TTJL . Bab 29. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1
30
TTJL Bab. 30. Tamu Tak diundang (Kedatangan Siluman Kera) Part 2
31
TTJL Bab 31. Bertemu Nenek Tua Menyeramkan.
32
TTJL Bab 32. Tentang Bukit Halimun, Bukit Harendong dan Lembah Monyet.
33
TTJL Bab. 33. Bujukan Nenek Tua
34
TTJL Bab 34. Kekuatan Baru dalam Jiwa Bu Surmi.
35
TTJL Bab 35. Lengkingan si Nenek.
36
TTJL Bab. 36. Ritual Raja Kera dan Lelaki Paruhbaya
37
TTJL Bab 37. Persembahan Buat Dewa Kematian.
38
TTJL Bab 38. Bisa Memahami Bahasa Binatang
39
TTJL Bab 39. Gagalnya Ritual Penyembahan
40
TTJL Bab 40. Musuh Bebuyutan.
41
TTJL Bab. 41. Serangan Bertubi-tubi.
42
TTJL Bab 42. Kakek Sura Kewalahan.
43
TTJL. Bab 43. Mbok Darsih dibawa Kabur.
44
TTJL Bab. 44. Kelemahan Kakek Sura.
45
TTJL Bab. 45. Kerasukan Eyang Cakra Buana.
46
TTJL Bab 46. Kakek Sura dibawa Pergi.
47
TTJL Bab 47. Penawaran Benggala Jengah
48
TTJL 48. Menjemput Mbok Darsih.
49
TTJL. Bab 49. Sekilas tentang Dirman
50
TTJL. Bab. 50. Perlawanan. ( Part 1 ).
51
TTJL. Bab 51. Perlawanan (Part2).
52
TTJL Bab.52. Dikepung Sekutu Siluman.
53
TTJL. Bab 53. Hampir Seminggu, Nggak ada Kabar.
54
TTJL Bab.54 Liciknya Benggala Jengah
55
TTJL. Bab. 55. Melawan Sundel Bolong dan Genderuwo
56
TTJL Bab. 56. Pertarungan sesama Kawan yang Jadi Lawan.
57
TTJL Bab 57. Korban Tumbal Benggala Jengah
58
TTJL Bab 58. Manusia-manusia Berkepala Tengkorak.
59
TTJL Bab 59. Memusnahkan Manusia-manusia berkepala Tengkorak.
60
TTJL. Bab. 60. Perlawanan Hebat.
61
TTJL Bab 61. Pertarungan Menegangkan.
62
TTJL Bab 62. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana. ( Part 1 )
63
TTJL Bab 63. Hubungan Benggala Jengah dan Cakra Buana ( Part 2 )
64
TTJL Bab. 64. Kembali pada Pertarungan.
65
TTJL Bab 65. Berniyat Melarikan Diri
66
TTJL Bab 66. Dewi Kegelapan, Ratu Siluman Ular, Sekutunya Benggala Jengah.
67
TTJL. Bab. 67. Tumbangnya Sang Raja Siluman Kera.
68
TTJL. Bab. 68. Akhirnya Keluar dari Sarang Kerajaan Siluman Kera.
69
TTJL Bab. 69. Bertemu Dirman yang Tergencet Batu Besar
70
TTJL Bab. 70. Sekilas siapa Dirman.
71
TTJL Bab. 71 Ratu Siluman Ular Sancaki Weling.
72
TTJL Bab. 72 Mulai Melawan
73
TTJL Bab. 73 Selendang Merah Milik Sancaki Weling.
74
TTJL. Bab. 74 Senjata Lain Sancaki Weling
75
TTJL Bab. 75. Berbagai Jurus dari Sancaki Weling
76
TTJL Bab. 76. Akhirnya Tak Bisa Dimusnahkan.
77
TTJL Bab. 77. Kembali ke Rumah Kakek Sura.
78
TTJL Bab. 78. Berada di Tempat Kakek Sura.
79
TTJL Bab. 79 Pulang, Meninggalkan Tempat Kakek Sura dengan Keanehan Besar
80
TTJL Bab. 80. Benalu dalam Perjalanan Pulang
81
TTJL Bab. 81. Bertemu lagi dengan Durgala.
82
TTJL Bab 82. Kekalahan dan Tamat Riwayat nya Ki Durgala.
83
TTJL Bab. 83. Kebakaran
84
TTJL Bab 84. Mulai Dikenal Sebagai Orang Pintar.
85
TTJL Bab 85. Persaingan
86
TTJL Bab 86 Ritual Mbah Parmo ( bag. 1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!