"Wanita yang kamu sebut Mbok Darsih itu adalah salah satu murid kakek yang berpuluh tahun berguru ke kakek. Awalnya, dia datang ke Bukit Halimun, ingin mendapatkan harta kekayaan dengan cara instan, yang harus memuja pada Prabu atau Eyang Cakra Buana dan menjadi budaknya. Namun, setelah kakek kasih penjelasan berbagai konsekwensi juga resikonya, akhirnya, Darsih mengurungkan niyatnya. Dan memilih berguru ilmu kanuragan ke kakek, walau kekayaan materi tidak ia dapatkan sampai sekarang, keputusan Darsih sudah bulat, hanya ingin mengabdikan pada masyarakat dengan cara membantu sesama." Jelas si Kakek pada Bu Surmi,
###( Mengenai cerita Mbok Darsih, nanti Author membahasanya di Bab khusus. Agar cerita ini serasa berurutan dan alur cerita yang tidak berantakan yah. lanjut membaca yah, Guysman dan Guysgirl😊😊 ).###
Disaat Bu Surmi kelimpungan dengan rasa sakit di kepala dan di badannya, Ia juga masih sadar dengan keadaanya dan dengan orang yang berada di sekitarnya saat itu, namun, rasa emosi dan rasa amarah yang mendadak menyeruak dari dalam perasaannya sampai tidak bisa terkontrol, membuat Bu Surmi uring-uringan dan marah besar pada orang di sekitarnya. Apalagi kalau ada tangan orang lain yang mencoba memegang kepala atau badannya yang sakit, seperti yang dilakukan oleh Pardi, anaknya Bu Surmi saat itu, dan juga hal yang sama dilakukan oleh Pak Amet, suaminya Bu Surmi yang mencoba untuk bisa meredakan rasa sakit Bu Surmi dengan mau memijatnya pula. Baginya, bukan malah meringankan atau bahkan meredakan rasa sakit yang sudah menjalar di sekujur tubuh Bu Surmi dari mulai kepala hingga sampai ujung telapak kaki. Walau hanya memegang, kalau ada sedikit sentuhan kulit dari orang lain, rasa sakit dan nyerinya mendadak bertambah 10 kali lipat.
Oleh karenanya, beruntung saat keadaan seperti itu, Pak Amet berinisiatif untuk minta bantuan Mbok Darsih mengobati Bu Surmi. Mbok Darsih adalah seorang dukun bayi, namun terkenal juga di masyarakat sebagai wanita sepuh, yang memiliki ilmu kebathinan. Selain itu, Mbok Darsih sudah dikenal oleh masyarakat sebagai ahli dalam mengobati orang-orang yang terserang penyakit aneh seperti orang kesurupan, santet dan juga terkena sihir.
Dan pada saat Bu Surmi terserang rasa nyeri di kepala dan ditubuhnya yang tiba-tiba dan di luar nalar, Pak Amet segera menyuruh Pardi untuk minta bantuan Mbok Darsih, untuk mengobati Bu Surmi.
Hingga akhirnya, Mbok Darsih yang sudah tahu dengan kondisi Bu Surmi dengan penerawangan mata bathin dan juga pada awalnya memang sudah dikasih tahu oleh Kakek Sura, gurunya Mbok Darsih.
Ketika sudah berada di depan Bu Surmi, Mbok Darsih langsung menjampi-jampi melalui air putih yang Ia minta dari Pak Amet, dan langsung menyemburkan air putih itu serta mengusapkan pada ubun-ubun kepala Bu Surmi, yang menimbulkan pingsannya Bu Surmi karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa nyeri yang seolah disatu kalikan. Hingga akhirnya dalam ketidaksadaran Bu Surmi, di alam bawah sadar, Bu Surmi bisa bertemu dengan seorang kakek tua yang mengaku bahwa Bu Surmi adalah cucu kakek tersebut.
"Sepertinya kamu sedang melamun, Nak!?"
"Oh...e..eh.. Nggak kek... Sa..saya hanya teringat saat terakhir Mbok Darsih datang untuk mengobati rasa sakit dan nyeriku, Kek." Jawab Bu Surmi, sedikit gugup ketika Sang Kakek membuyarkan lamunannya.
"Baiklah, sebelum kakek melanjutkan cerita kakek. Kakek akan memanggil Darsih dengan mata bathin kakek."
Ucap si Kakek yang langsung memejamkan matanya, terlihat oleh Bu Surmi, mulut Sang Kakek komat kamit setelah menarik nafas dalam-dalam beberapa kali.
***
#Di rumah Pak Amet.
Sementara itu, dalam waktu bersamaan, setelah keluar dari kamar Bu Surmi, Mbok Darsih setengah menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruangan tamu. Nafasnya yang baru kembali tenang dan beraturan. Namun, Pak Amet yang dari tadi mengikuti di belakang Mbok Darsih, tidak langsung berani bertanya mengenai keadaan kondisi isterinya saat itu.
Baru setelah beberapa menit kemudian, dan suasana nya dirasa sedikit sudah rilek dan tenang, Pak Amet mulai bertanya, menanyakan perihal kondisi isterinya sambil menyodorkan segelas air minum buat wanita yang sudah beruban itu.
"Mbok rasa, kamu nggak perlu khawatirkan lagi tentang kondisi isterimu sekarang. Met." Jawab Mbok Darsih, setelah Pak Amet bertanya kondisi Bu Surmi.
"Syukurlah Mbok. Aku senang sekali mendengarnya." Ucap Pak Amet terdengar sedikit riang ketika mendengar Mbok Darsih menjelaskan kondisi isterinya. Namun tidak lama, raut lelaki paruh baya itu mendadak berubah seolah ada hal yang masih belum dimengerti.
"Tapi Mbok. Apa tidak apa-apa, isteri saya sudah hampir satu jam lebih mungkin lebih, belum saja tersadarkan diri dari pingsan nya, pastinya, tetap saja membuat khawatir dan hati saya belum tenang seratus persen, selama belum tersadarkan kembali. " Cetus Pak Amet lagi.
Mendengar perkataan Pak Amet, Mbok Darsih diam sejenak. Tatapannya diarahkan pada lawang pintu kamar Bu Surmi yang terbuka setengah.
Mbok Darsih menarik nafasnya lagi. Tiba-tiba, dia seolah-olah merasakan aura gaib sesuatu yang datang pada dirinya, yang Pak Amet tidak tahu bahkan tidak bisa merasakan apa yang sedang dirasakan Mbok Daraih.
Detik kemudian, Mbok Darsih bergumam, walau pelan tapi terdengar jelas oleh Pak Amet.
"Hmm.. Guruu...Engkau kah itu...!!?"
" Guru...???" Pak Amet mengurutkan alisnya. Merasa heran dengan yang dilakukan Mbok Darsih. Rupanya Mbok Darsih sadar, Pak Amet sedang memperhatikannya dengan apa yang baru saja terjadi dan masih sangat mengkhawatirkan keadaan isterinya.
Keadaan tampak hening. Tidak berlangsung lama, terdengar Mbok Darsih berbicara.
"Guruku barusan datang memberi tahu aku melalui interaksi bathinnya. Beliau mengabarkan tentang kondisi isterimu sekarang ini. Kondisinya baik-baik saja, walaupun mungkin waktu selama pingsan atau saat dalam ketidaksadaran isterimu lumayan agak lama, tapi, kamu ndak perlu khawatir. Mbok yakin, Isteri kamu tidak akan apa-apa."
Mbok Darsih menjelaskan sekaligus menenangkan keadaan Bu Surmi pada Pak Amet, suaminya. Walau Pak Amet sendiri belum faham betul tentang kondisi isterinya, namun baginya, yang penting sekarang sudah tidak terjadi apa-apa lagi pada isterinya, dan Pak Amet sedikit tenang.
****
#Di alam ketidaksadaran Bu Surmi.
" Terus bagaimana Kek, semakin seru aja nih cerita Prabu Cakra Buana."
Terdengar Bu Surmi bertanya lagi pada si Kakek.
"Tidak mudah memang, untuk mendapatkan kancil putih."
" Tapi, sebenarnya ada, Kek...?" Tanya Bu Surmi lagi.
" Ada. " Jawab si Kakek singkat. Kemudian melanjutkan ceritanya lagi.
" Sang Prabu Cakra Buana akhirnya mendapatkan kancil putih yang selama ini dicari untuk diberikan pada isterinya, tapi..."
"Tapi kenapa, Kek..?" Bu Surmi penasaran, karena cerita si kakek terpotong lagi.
"Untuk mendapatkan Kancil putih itu tidak mudah. Karena tidak ada di alam liar begitu saja. Kancil putih yang sedang dicari ternyata Kancil piaraan seorang Resi tua yang sakti mandraguna yang berada di Bukit Halimun."
"Terus bagaimana. Kek. Apa Resi tua itu memberikannya pada Prabu Cakra Buana?" tanya Bu Surmi lagi.
"Kancil putih akan diberikan pada Sang Prabu. Dengan satu syarat."
"Syaratnya apa Kek. ?"
"Sang Prabu harus bisa mengalahkan Resi tua yang sakti itu, dan akhirnya sang Prabu pun berhasil."
Kakek Sura menjelaskan panjang lebar tentang Prabu Cakra Buana.
"Dan karena Sang Resi kalah, Kancil putih itu diserahkan ke Prabu Cakra Buana, sesuai kesepakatan di awal. Bahkan, Sang Resi bersedia bergabung dengan Prabu Cakra Buana dengan menjadi pengawal setianya. Begitu menurut cerita sejarahnya, Nak.."
Sambung Kakek Sura lagi. Hingga Bu Surmi pun mengangguk-angguk tanda mengerti.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments