Episode 5

Aku dan Nicky bersahabat sejak kecil, kami selalu bersama dan bersekolah ditempat yang sama. Hingga suatu ketika aku melihatnya menangis karena ayah dan ibunya bertengkar dan akhirnya berpisah. Saat itu kami masih kelas 2 SMP, dan sejak saat itu pula Nicky menjaga jarak dengan ku. Mungkin dia merasa malu karena aku melihatnya menangis, dan aku adalah satu-satunya orang yang mengetahui latar belakang keluarga Nicky disamping kesempurnaan yang dia miliki.

Beberapa kali aku mencoba berbicara pada Nicky yang terus menghindari ku, namun ia tetap mengacuhkan ku. Akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk mengabaikannya dan menganggap tak pernah terjadi sesuatu padanya.

Ku pikir aku tak akan bertemu dengannya lagi setelah kami lulus SMP. Ternyata kami masuk ke sekolah yang sama lagi di SMA.

Hari ini adalah pertama kalinya aku bicara dengannya lagi, ku pikir dia akan mengabaikan ku lagi.

Aku ingin mengatakan beberapa hal padanya. Tapi jika aku ungkit masa itu lagi, aku takut dia akan menghindari ku lagi.

***

Tak ku sangka aku kembali ke sekolah, pagi ini aku merasa lebih semangat dari hari-hari sebelumnya. Kalau dipikir-pikir, aku kembali ke tahun 2012, artinya wajah ku menjadi 12 tahun lebih muda. Ah senangnya, kulit ku masih sangat kencang. Aku tersenyum sambil melihat panduan wajah ku di kaca.

"Lagi senang ya?" Ucap Dicky yang tiba-tiba muncul dibelakang ku yang sedang berjalan di koridor sekolah.

"Gimana rasanya pulang naik CBR?" Tanyanya lagi.

"Yah, setidaknya lebih baik dari naik bus saat demam." Ucap ku malas.

"Ada hubungan apa sama Nicky?" Tanya Dicky cemburu.

"Teman." Jawab ku singkat.

"Teman apanya? Udah berapa lama kalian dekat?" Dicky mulai kesal.

"Sejak kecil. Puas?!" Aku menatap wajahnya sinis.

"Rivanza, aku lagi nggak bercanda. Sejak kapan kalian dekat?" Dicky kembali bertanya sambil menarik tangan ku kasar.

"Lepas!" Aku memberontak menghempaskan tangannya dari tangan ku yang digenggamnya.

"Nggak usah berlagak kalau nggak bisa lakuin apa yang orang lain bisa lakuin untuk pacar lo. Oh iya, kayaknya jadi pacar lo adalah kesalahan terbesar yang pernah gue lakuin selama hidup gue deh. Ayo kita putus. Gue nggak mau jadi pacar lo lagi!" Aku sudah menahan diri ku sebisa mungkin dan akhirnya meledak juga.

Aku melenggang meninggalkan cowok gila itu, tapi tangan ku kembali ditariknya. Namun dengan cepat aku menarik tangan ku.

"Ri, kamu nggak bisa buat keputusan sebelah pihak gini dong. Aku kan cuma nanya baik-baik. Kamu kenapa sih akhir-akhir ini sensitif banget. Maafin aku ya, Ri." Ucap cowok itu mengejar langkah ku yang ku percepat.

Aku tak menjawabnya dan memasang wajah paling sinis ku.

"Ri, ayo dong maafin aku. Kemarin kita masih baik-baik aja. Aku nggak tau salah ku dimana, Ri. Kalau aku salah tolong kasih tau aku. Jangan begini." Katanya lagi.

Masa bodoh aku malas mendengarnya. Ah ada Nicky didepan.

"Nicky!" Aku tersenyum melambaikan tangan padanya dan berlari kearahnya dan meninggalkan Dicky.

"Mau ke perpus?" Kata ku setelah berjalan bersebelahan dengan Nicky.

"Kenapa?" Tanya cowok itu cuek.

"Gue ikut." Jawab ku semangat.

Lagi-lagi Nicky mengabaikan ku, namun kali ini ia tak lari dan membiarkan ku mengikuti nya.

Kadang aku berpikir, pasti Dicky kesal karena aku mengabaikannya dan malah lari ke Nicky. Apa yang akan dia pikirkan tentang ku dan Nicky? Pasti orang-orang mengira aku putus dengan Dicky karena Nicky. Padahal sebenarnya aku sudah tau sifat asli Dicky yang sebenarnya dan motifnya menjadikan ku pacar. Dan pasti tak ada yang percaya juga bahwa aku dan Nicky sudah berteman sejak kecil.

***

Sudah beberapa hari aku terus mengikuti Nicky, sebenarnya aku hanya muak dengan cowok bernama Dicky. Dan hanya dengan bersama Nicky lah Dicky tak berani macam-macam dengan ku.

Beberapa hari yang lalu aku sedang makan di kantin bersama sahabat ku Sherly dan Karina, tiba-tiba dia datang menyuruh Sherly dan Karina pergi dan hanya meninggalkan ku dengan si gila itu. Lalu saat aku sedang asik mengobrol dengan Sherly dan Karina tiba-tiba si gila itu menyeret ku ke atap dan berbicara omong kosong lagi.

Yang dikatakannya hanya janji-janji manis dan juga memohon maaf yang padahal dia sendiri tak tau kesalahannya. Aku benar-benar muak mendengarnya.

Siang ini aku makan di kantin, aku melihat Nicky duduk sendirian, aku pun menghampirinya.

"Kenapa lo nempel ke gue terus? Kalau berantem sama pacar nggak usah bawa-bawa gue dong." Gerutu Nicky.

Aku menghela nafas.

"Dia cuma diam kalo gue ada didekat lo doang." Jawab ku malas.

"Dia itu mesum. Makanya gue nggak mau dekat-dekat dia lagi." Lanjut ku.

"Pentingnya punya standar tinggi dalam memilih cowok!" Sindir Nicky.

Aku hanya menaikkan alis ku malas untuk meresponnya. Akhirnya aku menghabiskan makan siang ku dengan damai tanpa dijejali kalimat-kalimat bualan Dicky.

Saat dikantin aku melihat Giska sedang makan sendirian. Sejak beberapa hari kembali bersekolah aku baru melihatnya hari ini. Giska telah menghabiskan makanannya dan hendak berdiri.

"Nicky. Lo kenal dia?" Tanya ku menunjuk Giska.

"Nggak. Kenapa?"

Aku hanya menggeleng. Ternyata pada saat ini mereka masih belum saling kenal. Kita memang satu sekolah, tapi bukan berarti kita kenal satu sama lain dengan seluruh angkatan di sekolah kita.

Kalau aku tak salah ingat, akan ada rumor mereka pacaran saat masuk semester 2. Kalau sekarang mereka belum kenal, berarti mereka akan saling dekat dalam waktu dekat.

Kalau Nicky dan Giska tak pernah dekat dan tak pernah pacaran, mereka tak akan menikah, dan Nicky tidak akan mati ditangan Giska.

Ya, Aku harus mencegah hubungan mereka.

***

Hari ini aku sedang datang bulan, aku hendak ke toilet untuk mengganti pembalut ku. Dilorong aku bertemu dengan Nicky yang juga berjalan ke arah yang sama tak jauh didepan ku.

"Ni..." Aku berniat memanggilnya namun tak jadi.

Ku lihat Nicky melepas almamaternya dan berlari kecil menghampiri seorang gadis. Giska!

Nicky melingkarkan almamaternya pada pinggang Giska, menutupi noda merah pada rok putih yang Giska pakai. Ku rasa gadis itu belum menyadari kalau dirinya tengah datang bulan.

"Kayaknya lo perlu ke toilet deh." Ucap Nicky singkat pada Giska dan berlalu pergi.

Manis sekali, apa ini pertemuan pertama mereka. Tak ku sangka Nicky bisa melakukan hal semanis ini pada perempuan. Bukankah dia terkenal dingin dan cuek? Kalau dipikir-pikir, dia juga pernah melakukannya pada ku saat diparkiran. Dia meminjamkan helmnya padaku dengan alasan keselamatan, padahal dirinya juga membutuhkannya.

Tapi aku merasa sedikit kecewa. Pertemuan Nicky dan Giska kali ini tak bisa ku cegah.

Giska yang terkejut akhirnya tersadar kalau dirinya sedang datang bulan dan tak menyadarinya. Dia kikuk dan langsung lari ke toilet.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!