Di toilet aku dapat mendengar keberadaan giska dari dalam.
"Hey, apa ada orang diluar?" Teriak Giska.
"Iya." Jawab ku karena ku pikir tak ada orang lagi disini.
"Boleh minta tolong?"
"Apa?"
"Gue lagi haid dan nggak bawa pembalut. Rok gue merah semua. Bisa tolong bawain gue pembalut?" Tanya gadis itu sopan.
"Nih gue bawa 2." Aku memberi satu pembalut ku melewati celah bawah toilet.
"Makasih ya."
Setelah selesai aku keluar toilet. Ku lihat Giska sedang mencuci roknya di wastafel dan hanya mengenakan celana pendek hitam yang dibalut almamater milik Nicky dipinggangnya.
"Kalau dicuci nanti lo pakai apa? Apa lo keluar cuma dengan almamater itu?" Tanya ku.
"Nggak, nanti gue pakai basah-basah." Jawabnya polos.
Pagi tadi adalah jadwal olahraga dikelas ku. Saat ini aku masih mengenakan baju olahraga dan hendak menggantinya dengan kemeja dan rok. Namun aku sadar kalau Giska membutuhkan rok ku jadi aku tak mengganti rok ku dan tetap mengenakan celana training.
"Pakai rok gue aja. Biar gue pakai celana training." Aku memberikan rok ku pada Giska.
"Jangan, nanti lo dimarahin guru tata usaha. Gimana kalau gue aja yang pakai celana training lo?" Kata Giska.
"Gue tinggal bilang rok gue kotor karena datang bulan. Lagipula gue juga kan habis olahraga, celananya bekas keringat gue." Kata ku santai.
Giska akhirnya menerima rok ku dan memakainya, sementara aku mengganti baju olahraga ku dengan kemeja dan tetap mengenakan celana training.
"Gue kembaliin besok setelah dicuci ya." Kata Giska senang.
"Santai aja. Gue duluan." Kata ku dan berlalu pergi meninggalkan Giska.
***
Sore itu Nicky ada latihan basket karena akhir pekan ini sekolah mereka akan tanding final melawan sekolah lain dalam kompetisi olahraga tingkat provinsi. Sebagai ketua tim dan yang paling unggul dalam bermain basket, Nicky disegani oleh teman-temannya. Tak hanya basket, Nicky juga pemegang sabuk hitam Taekwondo dan juga aktif bermain futsal.
Dicky yang juga salah satu anggota tim basket juga ada di ruang ganti bersama dengan Nicky dan lainnya. Bukannya berganti baju, Dicky terus menatap Nicky tajam dengan tatapan benci.
"Dick, Lo nggak ganti baju?" Ucap Denny, salah seorang anggota tim basket.
"Hah." Dicky tersenyum sinis sambil terus menatap Nicky.
"Gue nggak sudi satu tim dengan pengkhianat!" Sambungnya sambil melempar baju basketnya ke lantai.
Semua menatap Nicky karena sindiran Dicky yang terangan-terangan mengarah pada Nicky.
"Apa maksudnya?" Bisik anak-anak itu.
"Tanya aja sendiri ke orangnya!" Dicky bangkit dan berlalu pergi sambil menyenggol bahu Nicky dengan bahunya.
Nicky dengan santai tak menanggapi perilaku Dicky. Dia tak merasa bersalah samasekali.
"Nggak bisa gitu dong Dick, 4 hari lagi kita tanding final. Bukan saatnya lagi kita cari pemain cadangan." Denny berusaha menahan Dicky, namun cowok itu tak mendengarkannya dan tetap pergi meninggalkan ruang ganti.
"Kabarnya si Dicky diputusin ceweknya karena sekarang ceweknya ngejar Nicky." Bisik salah satu anak diruangan itu pada anak lainnya.
"Nick, gimana ini? Kok Lo diam aja anggota lo pergi gitu?" Denny mendesak Nicky yang sedari tadi tetap tenang.
"Gue yakin tim kita tetap menang ada atau nggak adanya dia. Gue akan rekrut Arka dari kelas 2 untuk ganti dia." Cowok jangkung itu menjawab tegas sambil menendang baju milik Dicky yang tergeletak di lantai ke tempat sampah, kemudian dia berlalu pergi meninggalkan ruang ganti.
Keputusan Nicky adalah keputusan paling mutlak, apapun yang telah Nicky putuskan tak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk guru. Anggota tim basket memercayakan segalanya pada Nicky.
Selesai latihan basket, Nicky mencari informasi kontak sang adik kelas yang akan menggantikan Dicky dalam timnya, sore itu juga Ia menemuinya dan sepakat bahwa Dicky telah digantikan oleh Arka.
Bagi Nicky dan timnya, pertandingan ini dianggap pertandingan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi akreditasi ekstra kurikuler dan tentunya menyangkut harga diri sekolah tersebut. Tim yang bermain pun mayoritas dari kelas 3 yang dianggap paling unggul.
***
Hari Rabu adalah hari yang sangat panjang bagiku, karena tak ada satupun mata pelajaran yang ku sukai hari ini. Pagi-pagi saat aku baru memasuki gerbang sekolah, ada 2 cowok menghampiriku. Sepertinya aku familiar dengan wajah mereka.
"Lo Rivanza kelas 12 Ipa 2 kan?" Kata salah satu anak cowok itu.
"Benar, dia pacarnya Dicky. Gue pernah liat dia dibonceng Nicky di parkiran." Kata anak lainnya.
"Kenapa?" Jawab ku kesal.
"Begini. Dicky tiba-tiba keluar dari tim basket, sementara Sabtu ini kita ada tanding tingkat provinsi. Alasannya dia gamau satu tim dengan pengkhianat yaitu Nicky. Please, apapun masalah kalian tolong diselesaikan baik-baik jangan sampai tim basket juga yang kena imbasnya."
"Gue mohon banget, tolong bujuk Dicky supaya dia balik lagi ke tim basket."
"Iya, cuma lo satu-satunya harapan kita."
Dua orang itu terus menyerocos sambil mengikuti langkah ku.
"Respon Nicky apa kemarin?" Tanya ku cuek.
"Nicky bilang tim kita akan tetap menang ada nggak adanya Dicky. Tapi tetap aja kan, tanpa foundasi dari Dicky mungkin kita nggak akan sekuat itu."
"Itu tandanya lo nggak percaya sama kemampuan lo ataupun tim lo. Lagipula bener kok kata Nicky, tim kalian kan udah yang terbaik karena udah bertahan sejauh ini. Lagi pula kalau gue liat si Dicky juga mainnya nggak bagus-bagus amat." Ucap ku.
Tunggu, pertandingan tingkat provinsi ya? Kalau aku nggak salah ingat, Dicky mengalami kecelakaan tiga hari sebelum pertandingan yang menyebabkan tangan kanannya patah dan harus memakai gips. Ah berarti kecelakaan itu akan terjadi hari ini. Hobi kebut-kebutan dengan teman geng motornya itu mengakibatkan dirinya tak bisa ikut tanding, dan hal itu membuat timnya kelimpungan karena tidak punya waktu lagi untuk mencari pemain cadangan. Namun akhirnya tim sekolah kami tetap menjadi pemenang.
Aku menghentikan langkah ku dan berhadapan dengan dua cowok jangkung yang tingginya jauh diatas ku.
"Ah iya, pertandingan kalian hari sabtu kan? Tapi hari ini si Dicky ada duel racing tuh. Yakin kalian masih berharap dia bakal jadi penguat foundasi kalian? Kalau orang yang kalian harapkan aja nggak menjaga dirinya supaya bisa ikut tanding basket, apa yang bisa kalian harapkan?"
"Hah? Maksudnya gimana?"
"Pertandingan itu sangat penting buat kalian kan? Kalian pasti akan jaga diri kalian baik-baik supaya nggak sakit saat pertandingan. Bukan begitu? Tapi Dicky enggak. Dia bahkan sanggup mempertaruhkan nyawanya demi hobi racingnya. Basket cuma penyaluran sebagian energi buatnya. Jadi kalian nggak usah terprovokasi untuk menyalahkan hubungan gue dan Dicky apalagi sampai mengkait-kaitkan dengan Nicky. Nicky nggak ada sangkut pautnya sama hubungan gue dengan Dicky. Dan gue yakin, tanpa ada masalah antara hubungan gue dan Dicky pun dia nggak akan ikut pertandingan itu." Jelas ku yang membuat mereka terdiam dan akhirnya membiarkan ku pergi.
Tiba-tiba aku merasa kasihan dengan Dicky mengingat kecelakaan yang akan dia alaminya. Apa aku harus memberinya peringatan? Tapi aku harus bilang apa? Tak mungkin aku harus memberitahunya kalau aku datang dari masa depan. Ah entahlah, memikirkannya membuat ku jengkel, aku juga malas melihat wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments