Episode 18

Tak ku sangka saat diparkiran aku bertemu dengan Meghan, adik kelas yang sedang dekat dengan Dicky itu. Seragamnya juga terdapat noda merah bekas soda yang ia tutupi dengan sweater tipis.

"Hallo kak Nicky." Anak itu menyapa Nicky.

Aku memicingkan mataku sinis melihatnya.

Nicky juga tampak mengabaikannya.

"Kak, apa kakak ada waktu akhir pekan ini? Aku mau undang kakak ke acara ulang tahun ku dirumah." Katanya lagi sambil memegangi lengan Nicky.

Nicky menghentikan langkahnya, Ia menarik lengannya dengan kasar dan menatap gadis itu dengan tatapan dingin.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Nicky menggenggam tangan ku dan berjalan meninggalkan gadis itu.

Aku berlari kecil untuk mensejajarkan langkah ku dengan langkah Nicky yang panjang.

"Bener-bener ya anak itu. Dasar pick me. Pantas aja cocok sama Dicky." Gerutu ku kesal setelah sampai didepan motor Nicky.

"Pick me? Apa itu?" Kata Nicky.

Ah iya, ini tahun 2012 ya. Kata pick me mungkin masih terdengar asing.

"Caper maksud gue." Kata ku.

Tiba-tiba aku terkejut karena Nicky memaikan ku helm.

"Eh?" Kataku, lalu setelah itu mata kita saling bertatapan untuk jarak yang sangat dekat.

Lagi-lagi Nicky memancing ku.

Lalu ia kembali menjauhkan wajahnya dari wajah ku setelah berhasil memasangkan pengait helm ku dengan benar.

Ku rasa wajah ku bersemu merah sekarang.

Nicky memakai helm nya juga sebelum akhirnya kami meninggalkan sekolah dengan motornya.

***

Setiap hari aku berangkat dan pulang sekolah bersama Nicky. Terkadang kami naik bus kadang juga Nicky membawa motornya, intinya dia selalu menunggu didepan rumah ku setiap pagi.

Semua orang dikomplek ku sudah mengenal kami sejak kami masih bayi, bahkan sejak saat kami masih balita kami selalu bersama.

Aku dan Nicky memiliki kepribadian yang berbanding terbalik, itu sebabnya kami selalu akur. Aku dengan sifat ku yang ceria sementara Nicky dengan sifatnya yang tenang. Sejak kecil kami selalu main bersama dan tak pernah bertengkar karena Nicky akan selalu mengalah padaku. Aku yang gemar bercerita dan Nicky yang tak pernah bosan mendengar cerita ku. Nicky tak pernah punya teman selain aku, namun kadang aku mengajaknya untuk bermain dan berteman dengan banyak orang. Meskipun dia tak menyukainya, dia tetap ada bersama ku saat aku bermain dengan orang lain.

Meskipun begitu, saat sedang marah Nicky akan sangat menyeramkan. Dia juga orang yang keras kepala. Jika dia sudah bilang tidak itu artinya tidak, tak bisa diganggu gugat ataupun dibujuk. Dan saat Nicky marah, aku akan mengalah dan diam. Tapi di saat aku marah, dengan polosnya dia hanya tersenyum dan meminta maaf meskipun ia tak tau apa salahnya, akhirnya aku luluh seolah semua masalah selesai dan kami berbaikan lagi. Begitu terus sejak kecil.

Melihat kami yang seperti itu, orang tua kami saling percaya satu sama lain. Bahkan Tante Elsa, Ibu Nicky, berniat menjodohkan ku dengan anak bungsunya itu karena Nicky hanya mau mendengarkan ku.

Namun saat orang tua Nicky memiliki konflik, orang tua ku yang mengetahuinya menyayangkan perbuatan ayah Nicky. Banyak rumor yang mengatakan bahwa Ayah Nicky sering mengencani wanita lain selain istrinya.

Saat itu orang tua ku memperingatkan ku yang berusia remaja untuk tak terlalu dekat lagi dengan Nicky karena takut sifat bajingan ayah Nicky menurun ke anaknya. Mereka takut aku menjadi korban mengingat usia kami sekarang yang sudah mulai bisa memiliki rasa suka dengan lawan jenis.

Namun aku tau Nicky orang yang bagaimana, sekuat tenaga aku menjelaskan pada mereka bahwa Nicky sangat berbeda dengan ayahnya. Lagipula kami ini sudah berteman sejak kecil, agak aneh kalau tiba-tiba kami saling menjauh.

Sialnya aku menyaksikan orang tua Nicky bertengkar hebat saat hendak mengajak Nicky untuk berangkat les bersama. Sejak saat itu Nicky menjauhi ku, seolah-olah ucapan orang tua ku terwujud.

Namun orang tua ku agak merasa bersalah, karena sejak saat itu Nicky yang sebelumnya sering tersenyum kini selalu diam dan murung. Ibunya memutuskan untuk pergi bersama anak pertamanya, Mbak Vanessa, menyisakan Nicky bersama ayahnya yang bahkan jarang sekali berada dirumah mengingat profesinya sebagai pelaut. Ayah Nicky bekerja sebagai koki disebuah kapal pesiar yang berlayar antar Asia-Eropa, membuatnya lebih sering menghabiskan hari-harinya dilaut dibandingkan didarat.

Nicky yang masih berusia 14 tahun itu hanya tinggal sendiri ditemani seorang asisten rumah tangga, Bu'de Yanti, yang datang setiap pagi dan pulang di sore hari. Saat Nicky sedang sakit, Bu'de Yanti akan menginap untuk merawat Nicky.

***

"Mau kemana?" Tanya Ibu ku saat memasuki kamar ku.

"Mau ke perpus, sama Nicky. Sebentar lagi kan try out." Kata ku sambil memulas lipstik berwarna nude ke bibir ku.

"Mau ke perpus kok pake dandan segala." Kata Ibu ku yang memperhatikan ku.

"Aku make up supaya lebih terlihat segar aja, Ma. Lihat, nggak berlebihan kan?" Kata ku sambil menghadap ke Ibu ku.

Wanita berusia 40 tahun itu menghela nafasnya dan menyetujui ucapan ku. Aku beralih mengganti baju ku.

"Eh, Kak. Mama perhatiin akhir-akhir ini kamu dekat lagi ya sama Nicky? Kok bisa?" Kata Mama ku yang selalu memanggil ku Kakak karena aku adalah anak pertama.

Wah, Mama ku mulai kepo nih.

"Aku dari dulu kan memang dekat, Ma!"

"Tapi waktu itu kamu kan pernah berantem sama dia."

"Kami nggak berantem, cuma salah paham aja. Sekarang udah jelas kok, nggak ada masalah lagi."

"Kamu nggak pacaran kan sama dia?"

"Ya enggak lah. Dia tuh nggak punya teman lagi selain aku, Ma. Lagi pula Bapak bilang kan aku nggak boleh pacaran sebelum lulus sekolah. Kalau kami pacaran aku nggak mungkin berani jalan sama dia didepan Mama sama Bapak.

Yaudah, Aku berangkat dulu ya, Ma!"

Aku meraih tas selempang ku dan pamit pada Ibu ku.

Aku keluar rumah ku, namun Nicky belum datang.

"Tumben, biasanya anak itu nggak pernah telat." Gumam ku sambil melirik jam tangan ku.

Aku pun berjalan kerumah Nicky yang jaraknya hanya 3 rumah dari rumah ku.

Aku menekan bel di rumahnya yang terlihat sunyi, Bu'de Yanti pun keluar.

"Bu'de, Nicky ada?" Sapa ku pada Bu'de Yanti yang juga tetangga kami.

"Belum bangun, Kak." Kata Bu'de Yanti pelan sambil membukakan pintu gerbang agar aku bisa masuk.

"Lho? Kok tumben?" Kata ku heran.

"Dia sakit, Bu'de?"

"Nggak tau, pintu kamarnya tertutup, Bu'de nggak berani ketuk. Biasanya kalau Bu'de datang dia sudah buka pintu kamarnya, meskipun hari libur dia pasti sudah bangun." Kata wanita paruh baya itu lagi.

Aku pun masuk kerumah Nicky. Sudah lama sekali sejak terakhir aku menginjakkan kaki ku ke rumah besar ini. Interiornya tak banyak berubah dari yang dulu sering ku lihat.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!