Sebelum pergi ke luar negeri, Olivia mengajak Benjamin untuk membeli beberapa gaun seperti yang selalu dilakukannya. Dan kali ini, Benjamin membelikan banyak sekali kebutuhan utnuk kepergiannya. Dengan kartunya yang ada di tangan Olivia, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dan disanalah, di sebuah toko pakaian kelima yang didatangi Olivia, Benjamin melihat sosok yang dikenalnya. Mia mengikat rambutnya menjadi satu tapi tidak bisa menghilangkan wajah polos dan mudanya. Mia sepertinya membeli sebuah gaun bersama temannya, untuk apa? kenapa Mia membutuhkan sebuah gaun?
Mereka saling melihat satu sama lain tapi tidak bicara apapun. Mia melewatinya begitu saja dengan temannya dan tertawa. Benjamin masih bisa melihat punggung Mia di cermin toko. Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya dia bertemu Mia secara tidak sengaja diluar rumah.
"Apa yang perempuan tadi beli?" tanya Benjamin kepada pelayan toko setelah Olivia mencoba gaun di ruang ganti.
"Maksud Tuan?"
"Dua perempuan yang keluar tadi"
"Kedua nona itu membeli masing-masing sebuah gaun yang cantik. Tapi, Nona kedua memilih gaun yang sangat sesuai dengan kulitnya"
Laporan dari pelayan toko itu tiba-tiba membuat Benjamin semakin penasaran. Acara apa yang akan dihadiri keduanya?
Sampai di rumah, Benjamin belum melihat Mia di kamar. Apa Mia memutuskan untuk menginap di rumahnya lagi malam ini? Benjamin memutuskan uuntuk membawa mobilnya ke sebuah lingkungan yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya. Di sebuah gedung berlantai satu yang terlihat tua, Benjamin melihat Mia keluar dari pintu dengan temannya. Dan ada satu orang lagi yang keluar dari pintu studio itu, seorang laki-laki. Siapa laki-laki itu?
Mia terlihat senang dan mengucapkan selamat tinggal pada temannya yang dijemput seseorang. Di depan studio, berdirilah Mia dan laki-laki yang terlihat berumur 25-27 tahun itu. Mereka tampak berbincang dengan ragu lalu berpisah begitu saja. Laki-laki itu berjalan ke sebuah motor yang harganya mahal dan Mia masuk ke dalam mobilnya. Benjamin mengikuti mobil istrinya sampai ke rumah lalu melihat Mia masuk ke dalam kamar tanpa satu kalipun bicara atau memanggil.
Di dalam kamar yang hening, Benjamin tidak melihat Mia. dengan segera, dia membuka pintu kamar mandi dan akhirnya mendengar suara teriakan yang pernah didengarnya sekali.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Mia dan berusaha menutupi bagian tubuh pribadinya.Jujur, Benjamin merasa tubuh Mia sangatlah indah. Lekuk tubuh yang tidak berlebih dan kulit putih bersih, membuat Mia tampak semakin cantik di bawah pancuran air.
"Pergi!!" teriak Mia lagi membuat Benjamin mengambil langkah mundur dan menutup pintu kamar mandi.
Meskipun penampilan tubuh tanpa sehelai benang Mia terlihat menggoda, Benjamin tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti dua tahun lalu. Dia seperti sedang berselingkuh dari Olivia saat menerobos penghalang Mia dengan mudah saat itu.
Benjamin berada di depan kamar mandi untuk beberapa menit sebelum memutuskan untuk meninggalkan kamar. Olivia pergi dua jam yang lalu untuk berlibur dengan keluarganya dan Benjamin mulai merindukan kekasihnya.
"Apa Olivia pergi dengan keluarganya lagi?" tanya ibunya yang masih bangun
"Iya"
"Ibu tidak mengerti dengan seleramu, Ben. Bagaimana bisa wanita boros, tidak mandiri dan keluarganya yang selalu memanfaatkanmu bisa mendapatkan tempat yang spesial di hatimu? Ibu menunda pernikahan kalian hanya karena ingin kau segera sadar sebelum terlambat. Tapi, tampaknya sekarang sudah terlambat. Bersikap baiklah pada Mia sebelum kau menceraikannya. Mia juga berhak mendapatkan uang dari suaminya"
Benjamin hanya terdiam mendengar nasehat yang berulang kali dikatakan ibunya itu. Mia, Mia dan Mia. Ibunya tidak pernah memuji Olivia sedikitpun. Tapi, memang benar kalau Mia tidak pernah mendapatkan uang darinya, termasuk membeli baju atau mendirikan studio foto kecil itu. Bagaimana bisa Mia melakukan semuanya sendiri tanpa bantuannya.
Kesal sekali, mau apa sebenarnya laki-laki brengsek itu membuka pintu kamar mandi dengan sembarangan. Tapi, Mia mengunci pintunya tadi. Bagaimana bisa Benjamin dengan mudah membukanya. Setelah mandi, Mia membuka pintu dengan rasa khawatir kalau laki-laki itu ada di dalam kamar. Syukurlah, Benjamin tidak ada di dalam kamar. Mia memilih segera tidur dan tidak melihat wajah laki-laki yang tidak ingin dilihatnya lagi untuk malam ini. Besok adalah hari besar untuk studionya, dan semuanya harus sempurna. Termasuk kondisi tubuhnya.
Pagi harinya, Mia melihat Benjamin di tempat tidur lagi. Kenapa menginap lagi di rumah ini? Sepertinya memang ada yang tidak beres di rumah ini. Mia harus segera mencari tahu.Tapi, pekerjaannya lebih penting. Dia harus sampai di studio sesegera mungkin. Tanpa sarapan, Mia pergi menjemput Mari dan melihat Kay telah berdiri di depan studio. Laki-laki yang direkomendasikan kepala akademi itu tampaknya sangat bertanggung jawab.
Dan benar saja, di gereja tempat pengantin kalangan atas itu menikah, Kay sangat bisa diandalkan. Kay juga mengusulkan spot foto atau kadang memegang kamera karena melihat Mia kelelahan.
"Temanmu itu sangat bagus. Kepala akademi foto memang tidak berbohong" katanya pada Mari saat akhirnya mereka dapat duduk bersantai dalam waktu singkat setelah pemberkatan pernikahan.
"Sebenarnya dia sangat berbakat dalam bidang fotografi tapi karena latar belakang keluarganya adalah pengacara maka dia tidak bisa mendirikan studio foto sendiri" kata Mari lalu Mia mengangguk tanda mengerti.
Ternyata ada seseorang yang ahli di timnya hari ini. Mia semakin bersemangat dan mulai bekerja lagi.
Malam hari dimana pesta perayaan pernikahan yang sebenarnya dilaksanakan telah datang. Mari dan Mia siap dengan memakai gaun yang mereka beli kemarin dan mulai melakukan persiapan. Yang membuatnya terkejut adalah penampilan Kay yang terlihat sangat ... tampan. Laki-laki itu benar-benar memiliki setelan jas yang sangat bagus. Dengan pakaian serba hitam dan gaya rambut itu, Kay lebih sesuai hadir di tempat ini sebagai tamu dan bukan tim dokumentasi.
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Kay, pasti karena Mia dari tadi selalu melihat ke arahnya.
"Tidak. Tidak ada apa-apa" kata Mia lalu mengalihkan pandangan ke tempat lain.
Semua berjalan sesuai rencana , Mia beserta kedua rekannya telah menyelesaikan semua permintaan pihak pengantin. Pesta baru saja berakhir saat Mia harus cepat-cepat membereskan semuanya. Kay lagi-lagi mengambil tanggung jawab itu karena melihat Mia dan Mari yang sudah terlalu capek karena harus memakai gaun yang tidak nyaman.
Setelah berhasil membereskan tepat waktu, Mia pulang ke rumah dengan Mari yang akan bertugas menyetir malam ini.
"Tunggu" tangan Kay menahan Mia yang ingin masuk ke dalam mobil
"Ada apa?" tanyanya lalu melihat laki-laki tampan di depannya. Tangan Kay pergi ke atas rambut Mia dan seperti membersihkan sesuatu disana. Beberapa serpihan kertas yang ditembakkan disaat akhir acara tadi rupanya berada di atas rambutnya.
"Terima kasih" ucap Mia lalu masuk ke dalam mobil.
Mereka berpisah dan Mia masih bisa melihat Kay berdiri di tempatnya dengan tampannya. Baru kali ini seorang laki-laki memperlakukannya dengan lembut seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Lina ciello
batu kali dipelihara.. berlian tok buang... dasarr goblo*
2023-04-12
0
Amrih Ledjaringtyas
sini w gorok dulu lu ben
2021-11-22
0
Amrih Ledjaringtyas
ada laki yg bego kaya ben gitu y
2021-11-22
0