"Kau baru saja pulang dari luar kota, istirahatlah" kata ibu Mia membuatnya duduk di rentoran dan dihidangkan beberapa daging panggang.
"Apa ibu tidak lelah melakukan hal ini terus menerus?" tanya Mia
"Memangnya Mia pikir, ibu sudah tua renta? Ibu tidak hanya melakukan hal ini. Ibu juga mengikuti les dansa dan memiliki beberapa teman untuk berkumpul di hari libur. Mia-lah yang membuat ibu khawatir"
"Kenapa juga ibu khawatir pada Mia?'
"Laura sudah sehat sekarang, bukankah ini saatnya Mia meminta cerai dari Benjamin? Sepertinya kedua orang tua Benjamin juga sudah mulai menerima Olivia dalam lingkaran keluarga mereka"
Yah, memang. Mia yang menjabat sebagai istri sah laki-laki itu tidak pernah sekalipun muncul di muka publik. Olivia-lah yang selalu datang di tiap acara yang diadakan keluarga Clay serta beberapa undangan penting. Lalu, kenapa juga dia meneruskan semua ini?
"Apa ibu pikir, mereka akan melepasku begitu saja?"
Ibu membingkai wajah Mia dengan tangannya dan membelai lembut rambutnya.
"Tentu saja. Laura akan membebaskanmu dari keluarganya dan laki-laki brengsek yang memintamu menikahinya itu"
Benar. Kehadirannya di dalam rumah itu kini tidak berarti lagi. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya dan Mia bisa meneruskan hidupnya sendiri.
"Aku akan membicarakannya pada tante Laura sesegera mungkin. Dan setelah bercerai, Mia ingin bersekolah lagi dan memperdalam ilmu seni"
"Benarkah?" Ibunya merasa senang saat Mia mengatakan impiannya yang kini bertambah.
"Iya, Mia sudah melihat-lihat beberapa Universitas yang memiliki fakultas seni yang bagus"
Mereka berbincang cukup lama dan menyantap makan malam bersama sebelum Mia terpaksa harus pulang ke rumah Clay lagi
"Kalau Mia tidak sanggup meminta cerai, ibu yang akan pergi ke Laura" Mia tersenyum dan pergi dengan mobil kecil yang dibelinya untuk keperluan pekerjaan.
Sampai di rumah keluarga Clay, Mia melihat suami yang tidak pernah datang ke rumahnya, pulang. Benjamin bodoh itu sepertinya sedang marah dan menghadapi kedua orang tuanya dengan tidak hormat. Tentu saja, mungkin karena keinginannya untuk membuat kekasihnya, Olivia menjadi istri sahnya. Dan hal itu adalah kabar gembira untuk Mia. Kecuali kalau Tante Laura sakit lagi karena masalah ini.
"Mia. Pergilah ke kamar dengan Mamamu." perintah paman Jon membuat Mia merasa seperti dilindungi dari sesuatu yang tak perlu..Sebenarnya, Mia menunggu saat untuk bertemu dengan suami di atas kertasnya untuk membahas perceraian yang sangat diinginkannya. Tapi, Mia juga tidak bisa melawan paman Jon yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.
"Mama minta maaf, Mia. Mama minta maaf" kata Tante Laura ketika mereka berada di dalam kamar.
Entah sejak kapan, Mia mulai menganggap Tante Laura dan Paman Jonathan sebagai keluarganya sendiri. Mungkin itu karena mereka bertiga diharuskan tinggal bersama untuk waktu yang lama. Dan tidak tahu sejak kapan juga, Mia mendapatkan kesan bahwa Tante Laura sebenarnya ingin membuat dia berpisah dengan anaknya karena merasa kasihan.
"Mama tidak perlu meminta maaf karena Mia yang masuk sendiri ke dalam rumah ini. Ibu juga sudah menyuruh Mia untuk segera bercerai dari Benjamin" kataku membuat tante Laura terkejut.
"Mia ... tidak ... seharusnya tidak begini"
"Tidak apa, tante. Mia masih muda dan menikmati pekerjaan yang Mia lakukan sekarang" kata Mia membuat Tante Laura memeluknya dengan erat.
Mia tidak tahu kalau seseorang sedang mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu kamar. Benjamin terdiam mendengarkan semua yang Mia dan ibunya katakan.Saat ibunya keluar dari kamar, Benjamin dapat melihat Mia dengan girang menghubungi seseorang. Pasti ibunya. Ternyata perempuan ini tidak sabar untuk segera berpisah dengannya. Tapi, Benjamin-lah yang sebenarnya sudah muak dengan pernikahan palsu ini. Lagipula, Olivia telah menjalani perannya sebagai menantu keluarga Clay dengan baik. Benjamin juga membawa perusahaan berada di puncaknya, sehingga permintaannya akan didengar oleh ayah dan ibunya.
"Apakah kau sesenang itu akan berpisah denganku?' tanya Benjamin membuat wajah itu menghadap ke arahnya. Wajah gadis polos yang tidak disukainya.
"Iya" jawab Mia singkat lalu kembali melihat ponselnya yang terus menerus berbunyi.
"Akhirnya, kehadiranmu disin tidak berarti apa-apa" kata Benjamin lalu keluar dari kamarnya sendiri.
Mia mendengar pernyataan Benjamin yang membuatnya menjadi tidak nyaman. Laki-laki itu yang membuatnya datang kemari karena mengkhawatirkan ibunya. dan sekarang dia seperti dibuang begitu saja karena tidak berharga lagi. Posisinya akan segera digantikan dengan mudah oleh Olivia, tidak ada kejutan.
Mia memilih untuk tidur dan tidak memikirkan tentang Benjamin dan segala urusan dengannya. Esok paginya, dia pergi ke tempat kerjanya seperti biasa dan menyapa Mari. Mereka mulai meninjau proyek selanjutnya dan harus bertemu klien nanti malam. Bekerja memang mampu membuat pikiran jernih. Mereka mulai disibukkan dengan persiapan portofolio yang harus diajukan kepada klien. Saat makan siang, Mia memilih mengajak Mari makan di restoran ibunya untuk menghemat uang. Lagipula, ibunya meminta Mia datang karena ada hal penting yang harus dibicarakan.
"Lihat ini" Ibunya menyerahkan sebuah map tebal kepada Mia.
Dia mengambil map itu dan mulai membukanya. Ternyata, map in berisi foto dan biodata banyak sekali laki-laki yang bahkan tidak Mia kenal.
"Apa ini Tante? Tante ingin Mia menikah?"
Sebenarnya Mia tidak tertarik dengan masalah laki-laki, terutama karena dia masih dalam sebuah ikatan pernikahan resmi.
"Tidak, tentu saja tidak. Tapi, ibu ingin Mia memiliki pandangan untuk sekedar berkencan dengan salah satunya"
"Ibu ... aku ... tidak ingin melakukan ini"
"Kenapa?"
Mari mengambil map itu dan mulai membalik setiap halamannya dengan semangat.
"Wah, semuanya memiliki pekerjaan tetap dan mapan. Tante sangat baik dalam melakukan pencarian calon suami untuk Mia" puji Mari untuk ibu Mia. Membuat Mia tidak nyaman
"Tentu saja, Tante melakukan penelitian menyeluruh dibantu oleh teman-teman ibu"
Senang sekali melihat ibunya sangat bersemangat, tapi Mia tidak akan pernah bertemu laki-laki di dalam daftar itu. Mia ingin menyelesaikan urusan perceraian dengan Benjamin lalu segera keluar dari rumah keluarga Clay.
"Sudah, ibu. Aku dan Mari harus kembali bekerja lagi. Ibu bisa menyimpan katalog ini untuk sekitar tiga tahun lagi" Mia segera mengajak Mari meninggalkan restoran daging panggang agar tidak terjebak dalam rayuan ibunya. Seperti yang diduga, Mari tertawa mengejeknya karena katalog itu sampai mereka kembali ke kantor.
"Seharusnya kau melihatnya. Ibumu benar-benar menulis detail informasi para pria itu. Termasuk ukuran ****** ***** dan jumlah kekayaannya. Dia ingin anaknya segera menikah" Mia mulai bosan mendengar semua ejekan Mari dan mmeilih untuk menemui klien sendiri malam ini.
"Iya ... iya ... maaf. Aku tidak akan mengejek lagi" Percuma, Mari akan terus tertawa sampai dia merasa kalau itu cukup. Mia menyalakan lagu di mobil dan meblokir suara tertawa Mari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Putri Ayu Indri Hapsari
lanjut thor...
2021-07-17
0