Bab 8.

Restoran ibu Mia sangat laris dalam satu bulan terakhir. Mia yang awalnya tidak membutuhkan bantuan untuk melayani pelanggan mulai merasa tidak sanggup lagi. Dan pada suatu hari di bulan Desember, restoran ibu tiba-tiba menjadi sepi.

Tidak ada pelanggan yang datang ke restorannya dari pagi sampai malam. Dan tidak hanya hari itu saja, kejadian berlangsung. Dalam satu minggu selanjutnya, keadaan masih sama. Tidak ada, sama sekali tidak ada pelanggan yang datang untuk makan di restoran ibu. Tentu saja Mia merasa sangat aneh. Bagaimana bisa restoran yang tadinya penuh pelanggan, hanya dalam satu hari berhenti menerima pemasukan.

"Semua ini pasti ulah Laura" kata ibunya membuat Mia tidak percaya. Bagaimana ibu mencurigai sahabatnya sendiri.

"Ibu, jangan khawatir. Aku ada pekerjaan di dekat sini. Nanti, kita akan pikirkan caranya menyelamatkan restoran" Mia berusaha menyemangati ibu yang lesu sejak seminggu lalu.

"Iya, jangan pikirkan masalah restoran. Ibu sudah siap dengan semuanya" jawab ibu Mia membuatnya semakin sedih. Ada apa sebenarnya dengan restoran ibu? Kenapa tiba-tiba tidak ada pelanggan sama sekali setelah begitu ramai. Dan kenapa ibu mencurigai Tante Laura sebagai dalang dibalik semua ini?

Selesai belajar di akademi, Mia pulang ke rumah dan masih berpikir tentang masalah restoran ibu. Tak lama, langkahnya terhenti karena seorang pria menghentikan langkah dan memberi arahan agar Mia masuk ke mobil hitam yang terlihat mewah.

"Hai, Mia. Sudah satu bulan kita tidak bertemu" suara Tante Laura datang dari dalam mobil dan Mia melihat wajahnya sekilas.

"Ada apa Tante kesini? Kenapa tidak ke rumah?" tanyanya polos.

"Masuklah, Tante ingin berbicara denganmu"

Tanpa curiga, Mia masuk ke dalam mobil dan melihat wajah pucat Tante Laura. Tangannya gemetar dan rasanya sungguh tidak nyaman melihatnya srperti ini.

"Tante memberitahu ibumu tadi, kalau ingin restorannya ramai lagi maka Mia harus menikah dengan Benjamin, akhir bulan ini"

Hah

Apa Mia tidak salah dengar? Ternyata ... perkiraan ibu benar. Tante Laura-lah dibalik semua ini. Pantas saja restoran ibu tiba-tiba ramai tanpa jeda lalu pelanggan hilang dan tidak ada yang datang sama sekali.

"Sepertinya ibu menolak usul Tante Laura?" tanya Mia.

Tante Laura terlihat sedikit gugup lalu mengiyakan pertanyaannya. Berarti, tadi ibu sempat bertemu dengan sahabatnya dan memberikan penolakan keras terhadap semua ini. Dan keadaan ibu sekarang pasti tidak begitu baik di rumah. Lebih baik Mia segera pulang.

"Mia akan menjawab besok. Tapi, bisakah Mia berbicara dengan kak Benjamin sebelum memberikan jawaban? Karena masalah ini tidak bisa diputuskan oleh Mia sendiri" jawabnya membuat Tante Laura menunjukkan sedikit geliat senang di wajahnya.

"Baiklah. Bibi akan membuat janji minum kopi atau teh besok untukmu dan Benjamin. Antarkan putri menantuku pulang" Mia sungguh tidak mengerti tentang jalan pikiran Tante Laura. Bukankah anaknya sudah memiliki tunangan dan akan menikah? Kenapa juga Mia harus terseret di dalam masalah ini hanya karena Kak Benjamin dan tunangannya melakukan hubungan suami istri di kantor.

Tak lama sampai di rumah, Mia melihat ibu membersihkan restorannya. Segera dia masuk ke dalam dan membantu ibu dengan senyum. Ibunya seperti ingin bicara pada Mia tapi lidahnya tertahan dan tidak jadi mengatakan apapun. Pasti sekarang ada perang terjadi di hati dan kepala ibu. Padahal, Mia bisa memutuskan pilihannya sendiri.

Besok paginya, Mia mendapatkan pesan dari Tante Laura yang menyebutkan nama sebuah tempat minum kopi yang terkenal di kota. Dia menarik napas panjang dan melihat ke arah foto ayahnya yang selalu berdiri di meja. 'Ayah, kali ini lindungi Mia dan ibu.' kata Mia dalam hati.  Dengan langkah pasti, dia pergi ke arah cafe itu dan menemukan kalau kak Benjamin sudah ada disana.

"Selamat pagi, kak Ben" sapanya ketika sampai di kursi tempat kak Benjamin duduk

"Mia?" Dia terlihat terkejut melihat Mia datang. Apakah kak Ben tidak tahu kalau Mia akan datang ke tempat ini.

"Aku tidak tahu kalau Mia benar-benar akan datang hari ini. Ibu me ... Apakah ibu yang menyuruhmu kesini?"

Mia mengangguk lalu melihat wajah kak Benjamin yang terlihat lebih kurus dari biasanya.

Tanpa menghabiskan waktu lama, Mia ingin mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya secepatnya sekarang. Dia tidak ingin ibunya terlalu lama karena keadaan restorannya.

"Tante Laura mengatakan kalau aku mau menikah dengan kak Benjamin, pelanggan restoran ibu akan kembali seperti semula"

Benjamin tersenyum mendengar perkataan Mia.

"Ibu juga mengatakan, aku akan mendapatkan posisiku kembali sebagai Direktur Utama kalau menikah dengan Mia"

Rupanya, Tante Laura sudah mengatur segalanya sampai seperti ini. Tidak ada jalan lain dan jalan mundur untuk keputusan yang akan kubuat.

"Bagaimana kalau kita menikah saja?"

Sebagai seorang perempan, sebenarnya Mia merasa aneh mendengar perkataannya sendiri. Dia sedang melamar laki-laki yang berusia sepuluh tahun lebih tua. Walaupun aneh, salah satu dari mereka harus mengawalinya. Entah itu Mia atau kak Benjamin.

"Apa Mia serius?"

"Tentu saja, atau kak Ben memiliki jalan lain yang tidak bisa Mia pikirkan"

Kak Ben sepertinya mulai mempertimbangkan satu-satunya pilihan yang kami miliki ini.

"Tidak ada. Tapi tidak akan ada kontrak diantara kita. Kita akan benar-benar menikah sampai memutuskan untuk berpisah secara bersama-sama"

Baru saja Mia akan mengeluarkan kertas kontrak pernikahan, tapi dibatalkannya karena perkataan kak Ben yang seperti itu.

"Kenapa seperti itu?" tanya Mia heran.

'Bukankah kak Benjamin memiliki tunangan yang dicintainya dan kami hanya menikah karena permintaan Tante Laura?' pikir Mia.

"Ibuku akan tahu kalau kita hanya menikah karena terpaksa dan itu pasti menimbulkan masalah di masa depan. Aku tidak menyukainya. Aku tidak akan menyentuhmu karena Mia bukan tipeku. Bagaimana, apa Mia setuju atau ragu karena pilihanmu sendiri?"

Tentu saja Mia ragu. Bagaimana bisa Mia melindungi dirinya sendiri kalau tidak ada perjanjian diantara mereka.. Walaupun kak Benjamin mengatakan tidak akan pernah menyentuhnya, janji itu terasa kurang meyakinkan untuk Mia. Lalu, apa dia harus membatalkan perkataanku. Bagaimana bisa Mia menolong restoran ibu Mia kalau begini?

Tidak, semua akan baik-baik saja untuknya. Kak Benjamin memiliki Olivia dan Mia masih sibuk bekerja. Tidak akan ada kejadian yang melibatkan perasaan diantara mereka.

"Baiklah. Mia setuju"

Kak Benjamin tersenyum mendengar jawaban ia dan wajahnya tiba-tiba terlihat lain di mataku. Tidak, tidak mungkin. Aku hanya terlalu terbawa perasaan. Pernikahan ini hanyalah cara menyelamatkan restoran ibu. Tidak ada alasan lain dibaliknya.

"Kalau begitu, Mia pulang dulu. Ada pekerjaan yang harus Mia lakukan besok di taman kota"

"Aku akan mengantarmu pulang" Meskipun tawaran kak Benjamin baik, Mia terpaksa menolaknya. Ibunya akan sangat marah melihat Mia keluar dari mobil kak Benjamin.

"Tidak perlu. Mia bisa pulang sendiri. Dan masalah pernikahan seharusnya bisa kita bahas melalui ponsel" Mia meninggalkan kak Benjamin di tempatnya dan melangkah menuju halte bus.

Terpopuler

Comments

Lina ciello

Lina ciello

wahh kelakuane sopo iki curang ngunu

2023-04-12

0

Yatima Mauluddin

Yatima Mauluddin

klo jadi Mia,aq pasti menolak karna Mia dah kerja dan kehidupan mereka yg sederhana tidak membutuhkan restoran lagi,ibux juga jelas² menentang hal ini

2022-12-01

0

kavena ayunda

kavena ayunda

maless bgt dapett bekasaan comberan kayak ben najiss

2022-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!