"Mia, apa kau tahu kalau ayah lebih senang memotretmu daripada ibu?"
"Apa?Jadi aku tidak cantik menurutmu?"
Mia hanya bisa tertawa melihat ayah dan iunya bertengkar dan saling menggoda satu sama lain. Dalam perjalanan ke rumah keluarga Benjamin dan tante Laura, Mia tidak memiliki perasaan sedih atau marah. Pertunangan yang mereka lakukan bahkan tidak ada di dalam ingatan Mia, Dan pembatalan pertunangan ini merupakan keuntungan besar untuk Mia. Menikah dengan pria berumur sepuluh tahun lebih tua bukanlah pilihan menarrik untuknya.
Gerbang besar menyambut keluarga Hazel saat mereka sampai. Istana besar dan megah membuat Mia tidak bisa mengedipkan mata. Ya, Tuhan. Ternyata memang ada orang yang tinggal di rumah seperti ini. Bagi Mia, semua yang ada di depannya sangatlah menarik. Termasuk dua air mancur dengan patung dewi yang ada di samping istana besar itu. dan tidak perlu menyebutkan taman yang sangat luar biasa luas dengan rumput hijau terhampar.
"Mia, ayo masuk" ajak ibunya membuat Mia tersadar lalu melangkah di tangga dan masuk ke dalam istana itu.
"Wah, besar sekali, Bu. Ada macam-macam peralatan kristal dipajang dan lukisan itu. Wahhh" Mia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya saat duduk di atas kursi berhiaskan ukiran emas dan karpet persia tebal dan lembut itu.
Seseorang muncul dengan gaun rumah yang melambai mewah, Tante Laura, sangat cantik.
"Selamat datang, Mia. Kau cantik sekali" Pasti tante Laura memiliki penyakit di matanya. Bagaimana bisa Mia yang memilii wajah tembam dan badan agak gemuk ini dibilang cantik.
"Selamat siang, Tante. Apa kabar?" Aku berusaha sopan saat Tante laura memelukku dan ibu secara bergantian.
"Ben dan Ayahnya sangat sibuk dan mereka menghadiri rapat yang tidak bisa diwakilkan. bagamana kalau kita makan siang dulu lalu menunggu mereka datang" ajak Tante Laura dengan anggunnya. Apa dia tidak capek berkata seperti itu?
"Sepertinya masalah pembatalan pertunangan ini tidak perlu menunggu kehadiran mereka. Bisakah kita menyelesaikan semuanya sekarang?" ajak ibu.
"Kau marah padaku, Kathy? Maafkan aku, Benjamin ternyata memiliki pilihan sendiri dan tiba-tiba saja berita itu muncul begitu saja"
"Ohh. Tidak. tentu saja aku tidak marah. Hanya saja, kami sudah berjanji pada Mia akan mengajaknya ke taman hiburan karena hari ini libur" ucap ibu tenang lalu memegang tangan sahabatnya.
"Wah, sungguh menyenangkan. Aku tidak pernah ke taman hiburan sejak kita berumur 25 tahun" kata Tante Laura, membuat kami merasa tidak enak.
"Apakah kami harus membuat surat pernyataan atau apa?" sela ayah tidak sabar.
Tak lama Tante Laura memanggil seseorang dan muncullah pria berpakaian serba hitam membawa map. dia meletakkannya di depan ayah dan ibu dengan sopannya, lalu meninggalkan ruangan. Ayah mulai membuka map dan melihat kertas bertuliskan surat pernyataan yang dibuat oleh Benjamin Clay.
"Tidak akan mengingkari janji dan menuntut sejumlah uang kepada keluarga Clay?"
"Tidak akan pernah mengatakan kepada media tentang pertunangan sebelumnya dan mendapatkan keuntungan dari itu?" Ayah dan ibu mulai membaca dan merasa tidak percaya dengan semua tulisan yang ada di atas kertas itu.
"Laura, apa ini tidak keterlaluan?" tanya ibu dengan nada sedikit agak marah.
"Kathy, maaf. Benjamin yang membuatnya. Dia takut kalau pertunangan antara dia dan Mia akan membuat masalah di masa depannya nanti"
Ibu terlihat marah lalu melemparkan kertas itu di atas meja.
"Memangnya kalian pikir kami itu siapa? Laura, aku tidak percaya dengan semua ini"
Terlihat kalau Tante Laura juga tidak menyuaki semua ini tapi, dia kalah dengan anaknya. Benjamin memang merupakan pewaris satu-satunya dari perusahaan manufaktur mereka dan berita tentangnya dijaga dengan baik. Tapi, kabar tentang pertunangan Ben dan Mia tidak pernah keluar kepada siapapun. Keluarga Hazel juga telah menganggapnya hanya gurauan pada masa kecil.
"Sudah, kita tanda tangan saja dan semuanya tidak menjadi masalah bagi kita" kata ayah berusaha menahan emosi ibu yang terlanjur tersulut.
"Tapi lihat. Ini ada sejumlah uang yang akan diberikan pada kita untuk tutup mulut. Sejauh mana kita mau direndahkan anak kecil itu?" Ibu benar-benar marah dan tidak suka pada seseorang yang berani merendahkannya.
"Anggap saja uang itu untuk kuliah Mia. Benjamin yang menyiapkan semuanya"
"Baiklah, kami akan menandatangani surat ini. Tapi, kami tidak akan menerima uang itu. Karena, seperti yang kau lihat, kami masih sanggup bekerja dan membayai Mia" kata-kata ayah benar-benar terdengar sangat bijak. Ibu yang tadinya emosi menjadi tenag tapi tidak bagi Tante Laura. Dia merasa gelisah entah karena apa.
Setelah menadatangani surat itu, ayah dan ibu mengajakku segera keluar dari rumah bak istana ini. Tentu saja aku hanya mengikuti mereka dari belakang dan tidak mengatakan apapun.
"Kathy, biasakah kita bertemu nanti malam atau besok siang?" tanya Tante Laura yang menyusul kepergain kami ke taman depan.
"Sepertinya kita tidak bisa bertemu lagi sementara waktu ini, Laura. Aku merasa terhina karena kelakuan anakmu"
Ternyata Tante Laura merasa tersiksa karena dia akan kehilangan satu-satunya sahabat yang dimilikinya. Tangisan sedih meluncur di pipinya tapi ibu seperti tidak peduli tentang itu. Kami keluar dari rumah keluarga Clay dengan suasana hati yang tidak menyenankan. Dan semua berubah saat kami pergi ke taman wisata.
ibu mengajakku menaiki semua wahana dan hari itu berubah menyenangkan. Ayah dan ibu terus menerus tertawa menjadikan hari ni menyenagkan. Sangat menyenangkan. Kami pulang setelah makan malam dengan daging panggang lalu beristirahat dengan teh dan kopi pahit di rumah yang hangat.
"Aku benr-benar tidak percaya dengan Benjamin yang melakukan semua itu" kata ibu saat aku pergi ke dapur.
"Sudahlah, semuanya sudah berlalu. Kita harus membesarkan Mia dengan baik lalu menikahkannya" jawab ayah tenang.
"Iya, Kita nikahkan Mia dengan pria yang baik dan sederhana"
Ayah, ibu dan aku menikmati malam setelah hari melelahkan. Tidak ada lagi yang membahas tetang keluarga Clay atau kelakuan Benjamin yang mengesalkan.
Sedangkan di rumah keluarga Clay, Laura mengeluarkan kemarahannya yang sejak siang terbendung.
"Puas kau merendahkan sahabat ibu? Mereka tidak menerima uangmu dan menandatangani suratnya dengan sukarela"
Kepala keluarga Clay yang memiliki sifat keras berusaha menenangkan istri yang sangat dicintainya. Tapi Laura terlanjur marah. Dia kehilangan sahabat yang disayanginya sejak kecil hanya karena keinginan Benjamin menikahi Olivia yang memiliki banyak masalah kepribadian itu.
"Aku tetap akan menikahi Olivia dan ibu tidak bisa menghentikannya. Aku akan mengantar uang ini pada keluarga Hanzel besok dan memastikan mereka menerimanya" ucap Benjamin lalu pergi ke lantai dua untuk beristirahat.
"Mereka tidak akan menerimanya karena mereka orang baik. Tidak seperti keluarga Olivia yang memanfaatkanmu" teriakan Laura hanya bergema di rumah itu tanpa balasan. Tangis lalu jatuh lagi di pipinya karena hatinya terasa tersiksa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nuranita
start to read....hope I will enjoy it...cos the firt episode make me keep continue to read it......
2022-10-20
1
Ida Ismail
Benjamin sinting
2021-11-21
0
R⃟_nDia😎
is is is egois kau yamin , kaga pantes loh di panggil Ben 🤣🤣🤣
2021-07-25
0