"Mia, apa pekerjaan di kota sebelah akan kamu ambil?" tanya Mari, teman satu akademi fotografi.
"Iya. Aku butuh uangnya"
"Apa kamu tidak capek? Kemarin baru saja selesai mencetak prewedding dan sekarang?"
Mia tidak bisa menolak setiap pekerjaan yang ditawarkan padanya hanya karena terlalu capek. Restoran ibu sedang sepi pelanggan dan meeka harus tetap membayar biaya sewa restorannya. Merupakan keinginannya, mengambil tanggung jawab ini untuk meringankan beban ibunya.
"Tidak apa. Apa kamu mau berangkat bersamaku? Aku beri uang lembur yang lumayan" kata Mia mencoba merayu Mari. Dan dari senyum di wajah Mari, Mia bisa menyimpulkan kalau temannya itu ikut ke kota sebelah untuk melakukan pemotretan prosesi pernikahan.
Lebih dari satu tahun Mia mendirikan MY PHOTOGRAPH dan respon pelanggan sangat baik sampai ekarang. Ternyata, hobi yang dulu ditinggalkan ayah bisa membuat Mia memperoleh cukup uang untuk kehidupan mereka. Mia sangat bersyukur.
Di tempat lain, Benjamin Clay berada di depan kedua orang tuanya dan sedang makan pagi bersama. Akhir-akhhir ini, media diramaikan oleh berita tenang Olivia yang tertangkap basah sedang mengadakan pesta di hotel mewah untuk ulang tahunnya. Dan semua pengeluaran pesta termasuk gaun dan akomodasi tiap tamu berasal dari kantung Benjamin.
Kehilangan beberapa ratus juta memang bukan masalah untuk keluarga Clay, tapi ... tidak ada kabar tentang pernikahan sejak pertunangan empat tahun lalu membuat kedua orang tua beserta keluarga besar dari pihak ayahnya meradang.
"Ibu ingin beremu Olivia"
"Tidak perlu"
Jawaban Benjamin membuat Laura benar-benar kehilangan kesabaran.
"Ibu akan mendatangi rumah keluarga Quinn atau Olivia datang ke rumah ini nanti siang, ibu tidak peduli. Ibu akan membicarakan masalah pernikahan kalian yang sampai sekarang tidak ada beritanya sama sekali"
"Tidak perlu, itu urusanku"
Lagi-lagi, Benjamin menarik garis batas untuknya dan orang tuanya dalam hal Olivia. Keluarganya tidak akan pernah bisa menjelek-jelekkan Olivia dan orang tuanya. Semua ini membuat Laura semakin kesal.
"Kalau saja pertunanganmu dengan Mia tidak pernah dibatalkan, Ibu hari ini mempersiapkan pesta pernikahan kalian. Ibu tunggu sampai jam dua siang untuk Olivia datang ke rumah ini. Atau kalian tidak akan pernah menikah"
Benjamin merasa sangat bingung selama ini. Dia juga berniat menikahi Olivia secepat mungkin karena mereka sudah melampaui batas menjadi kekasih. Tapi, rencananya tidak pernah terlaksana karena Olivia belum ingin terikat dalam pernikahan. Dan selama ini Benjamin tidak pernah menjadikannya sebuah masalah, tapi tidak dengan keluarganya.
Dan nama anak kecil itu kembali disebut setiap kali ada pembicaraan masalah pernikahan. Mia, mungkin sekarang dia bukan anak kecil lagi. Terakhir mereka bertemu adalah saat peringatan satu tahun kematian ayahnya. Dan setelah itu, mereka tidak pernah bertemu lagi, sekalipun.
"Turuti ibumu. Ayah juga sudah ingin menimang seorang cucu"kata ayahnya yang selama ini selalu diam.
Benjamin pergi ke perusahaan setelah mengalami pagi yang tidak menyenangkan lalu duduk di ruangannya dan berpikir. Seandainya dia memaksa Olivia menikah dengannya, kemungkinan besar dia akan kehilangan kekasihnya. Tapi, bagaimana caranya menyenangkan ibunya dan kekasihnya secara bersamaan. Sulit sekali.
"Pak, ada Nona Olivia .." Seperti biasa, sekertaris Benjamin belum sempat bicara tapi Olivia menerobos masuk ke ruangannya.
"Ben, apa kita akan pergi ke Maldives Sabtu ini?" Benjamin melihat Olivia yang memakai gaun berpotongan pendek itu lalu menariknya ke atas pangkuannya.
"Aku tidak suka melihatmu memakai pakaian seperti ini" Olivia meredakan amarah Benjamin dengan memberikannya ciuman yang tidak dapat dielakkannya.
Benjamin melupakan urusan pernikahan dan menikmati kebersamaannya dengan kekasih hatinya. Pegawai perusahaan Benjamin malas saat Olivia masuk ke dalam ruangan bos mereka. Tidak ada pekerjaan yang beres untuk hari ini lagi. Dan seperti biasanya, mereka harus mengorbankan waktu malam mereka.
Dan benar saja, sampai sore hari waktunya semua pegawai pulang. Direktur mereka sama sekali tidak menampakkan hidungnya. Benjamin dan Olivia ada di ruangan selama lebih dari enam jam dan pekerjaan kembali terbengkalai. Disaat itulah, seseorang yang mereka hormati keluar dari lift.
Tuan dan Nyonya Clay yang merupakan orang tua Benjamin, datang bersamaan dan menuju ruangan anaknya. Para pegawai merasa ngeri dengan apa yang akan terjadi nanti.
"Apa yang kalian lakukan???" terdengar teriakan Nyonya Laura membuat pegawai terdiam dan saling berpandangan.
Laura tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat masuk ke dalam ruangan anaknya. Seharian dia menunggu kedatangan Olivia tapi ternyata ... anaknya dan perempuan itu tidur tanpa memakai apapun di sofa ruangan Direktur.
Laura marah, menumpahkan semua emosi yang pernah dia rasakan jarena ketidakpatuhan anaknya. Sedangkan ayah Benjamin menampar anaknya dengan keras.
"Pergi!! Kau tidak akan pernah menjadi menantu keluarga Clay. Pergi kau!!!" teriak Laura kepada Olivia yang sibuk memakai pakaiannya kembali.
Benjamin ingin sekali melarang ibunya melakukan itu tapi, apa daya dirinya juga belum selesai memakai setelan jasnya.
"Kau!!! Kau anak yang ... " Laura tidak selesai memarahi Benjamin lalu tiba-tiba pingsan. Benjamin dan ayahnya merasa sangat khawatir terhadap penyakit tekanan darah dan jantung yang dimiliki ibunya. Mereka segera melarikan Laura ke rumah sakit.
Setelah mendapat perawatan dari dokter keluarga, Laura bangun tapi tidak ingin bertemu anaknya.
"Panggilkan Kathy kemari, dan juga Mia. Aku ingin melihat dan tinggal bersama mereka setelah pulang dari rumah sakit" pinta Laura membuat suaminya bingung.
"Kathy dan Mia pasti sedang bekerja sekarang. Apa kau ingin membuat mereka berhenti mencari uang dan datang menjemputmu?"
Laura menangis mendengar perkataan suaminya yang dianggapnya benar. Tidak mungkin dia menghubungi Kathy lalu menyuruhnya menutup restoran dan datang kemari.
"Benjamin ingin bertemu denganmu"
"Aku tidak ingin melihat anak itu. Dia melakukan hal yang memalukan"
Dan seperti itulah, Laura melarang Benjamin menemuinya. Besok paginya, Kathy datang setelah mendengar kabar dari suami Laura. Kathy segera menutup restorannya dan pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan sahabatnya. Dan Kathy juga melihat Benjamin yang duduk di depan kamar perawatan ibunya, menunduk dalam-dalam.
"Kemana Mia? Aku ingin melihatnya"
"Mia sedang bekerja di kota sebelah. Mungkin nanti sore sudah kembali" Kathy dengan sabar menyuapi sahabatnya jeruk yang dibawanya tadi.
"Aku sudah membesarkan seorang anak yang memalukan. Pertama dia membuat kita terpecah dan sekarang rasanya aku tidak ingin memanggilnya anak lagi"
Kathy tidak tahu masalah apa yang dialami sahabatnya, tapi tampaknya kali ini sangat serius.
"Jangan seperti itu. Aku tahu kalau kau sangat mencintai Ben dengan sepenuh hatimu" Laura menangis mendengar perkataan sahabatnya yang benar.
Bagaimanapun, anak brengsek itu adalah anak kandungnya. Satu-satunya penerus keturunan keluarganya.
"Aku ingin meminta bantuanmu dan Mia untuk menyadarkannya. Tolonglah aku"
Melihat Laura menangis dan memohon membuat Kathy sedih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
kavena ayunda
najiss dapet ben bekasss olivia
2022-11-23
2
Ely
Benjamin. Mia. mama kathy. mama laura ......
2021-07-21
1
Maida Abidah
jgn mau lah ama ben ... mia ben nya kek gt ..
2021-07-17
1