Bab 14

Matahari mulai mengintip dari jendela dan Mia membuka mata. Sudah pagi, tapi ini bukanlah rumahnya. Rasanya sangat tidak nyaman tidur di kursi sempit yang menempel di jendela ini. Tapi, ini lebih baik daripada harus tidur satu tempat tidur dengan laki-laki yang menjadi suaminya sejak lima hari yang lalu. Kamar yang besar ini sepi sekali, tidak ... bukan kamar ini saja. Rumah besar ini sepi sekali. Biasanya Mia selalu membantu ibunya, mempersiapkan bahan untuk restorannya.

Perutnya tiba-tiba berbunyi karena semalaman tidak makan. Daripada terdiam di kamar seperti ini, lebih baik Mia pergi ke dapur dan  mencari sesuatu yang bisa dimakan. Kak Ben  terlihat masih tidur, Mia juga tidak tahu kapan suaminya itu masuk ke dalam kamar semalam. Membuka pintu perlahan, dan keluar dari kamar tanpa mengeluarkan bunyi apapun. Mia mulai terkejut dengan suasana di luar kamar.

Ternyata, di luar kamar sudah ada pembantu yang beraktivitas. Membersihkan rumah, mengurus tanaman yang ada di dalam rumah, memasak, dan berlalu lalang. Tapi, tidak terdengar suara sama sekali dari dalam kamar. Mungkin, kamar kak Benjamin memiliki lapisan dinding yang bagus sehingga tidak mendengar semua keributan ini.

"Apa Anda ingin makan? Nyonya Laura mengatakan kalau Anda belum makan dari kemarin"

Salah satu pelayan yang melihat Mia turun ke lantai bawah bertanya. Bagaimana bisa Tante Laura tahu kalau dia belum makan malam kemarin?

"Iya, terima kasih" jawab Mia tidak menolak. Dia benar-benar lapar sekarang, dan tidak lama lagi harus pergi ke Akademi karena ada kelas pagi.

"Apakah Tuan Benjamin juga menginginkan sarapannya disiapkan sekarang?" tanya pelayan itu lagi sebelum pergi ke dapur

"Tidak, sepertinya tidak" Kak Benjamin masih tidur dan sebaiknya Mia tidak mengganggu dengan alasan makan pagi.

Sesudah makan  pagi sendirian  di meja makan  yang super luas ini, Mia pergi ke dapur untuk membawa peralatan  makan  yang digunakannya. Pelayan yang tadi menyiapkan makan untuk Mia menerimanya dan mempersilahkannya untuk kembali ke kamar. Tanpa banyak bertanya, Mia segera naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar kak Benjamin lagi. Laki-laki di atas tempat tidur itu masih tidur, padahal ini sudah pukul tujuh pagi. Sebaiknya Mia segera bersiap dan berangkat ke akademi.

Saat ingin pergi, Mia melihat Tante Laura sedang duduk menghadap ke taman bunga kecil di halamannya.

"Tante Laura" sapa Mia lalu melihat wajah pucat Tante Laura. Apa penyakit jantung teman ibunya ini semakin parah?

"Apa Benjamin tidak mengantarmu?" tanya Tante Laura membuat Mia gugup.

"Kak Ben sepertinya terlalu lelah semalam, Mia pergi ke akademi dulu Tante" jawab Mia lalu pergi menjauhi wanita yang sudah resmi menjadi ibu mertuanya itu dan keluar dari rumah keluarga Clay.

Laura bangun pagi ini dan melihat Mia makan sendirian di meja makan. Terbesit rasa bersalah di hatinya telah memaksa anak sahabatnya itu untuk menikah dengan Benjamin. Dia tahu kalau Benjamin tidak akan pernah meninggalkan Olivia karena anaknya itu terlalu mencintai kekasihnya. Tapi, Laura tidak ingin kehilangan harapan anaknya akan sadar dan mencintai seseorang yang baik seperti Mia.

Benjamin akhirnya terbangun saat matahari sudah mengeluarkan sinar teriknya. Dia melihat selimut dan bantal yang tertata rapi di atas kursi tempat Mia tidur semalam. Apa Mia sudah bangun? Kemana perempuan itu? Benjamin turun dari tempat tidur dan segera pergi ke kamar mandi. Selesai memakai kemeja dan setelan jas, dia keluar dari kamar dan melihat ayah dan ibunya sedang makan pagi, tanpa Mia.

"Kau sudah bangun?' tanya ibunya

"Aku akan segera pergi ke perusahaan" jawabnya tanpa menghampiri ayah ibunya.

"Istrimu sudah pergi dari tadi, apakah kau tidak tahu tentang itu?" Ayahnya membuat Benjamin berhenti melangkah dan menoleh.

"Jemput Mia di akademi dan ajak dia makan siang. Lalu antar Mia membeli beberapa baju, ibu lihat Mia tidak membongkar kopernya di atas"

Benjamin tidak mengatakan apa-apa karena tahu kalau Mia tidak ingin membuka koper dengan alasan ingin segera keluar dari rumah ini. Akhirnya dia menyetujui permintaan ibunya dan segera pergi ke perusahaan.

Sampai di perusahaan, Benjamin melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang berdiri di depan pintu dan tidak diijinkan masuk.

"Apa yang terjadi?" tanya Benjamin ke penjaga keamanan perusahaannya.

"Ben, aku tidak diijinkan masuk ke dalam perusahaan, mereka menahanku di depan pintu dan tidak membiarkanku masuk untuk melihat set ruang tamu yang sedang dipamerkan."

Perusahaan manufakturnya memang sedang mengadakan pameran furniture di lobi perusahaan atas keinginan Benjamin. Pameran itu memang diadakan khusus untuk Olivia yang sedang memperbaiki apartemennya.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Benjamin lagi pada petugas keamanan yang melarang kekasihnya masuk.

"Maaf, Pak. Tuan besar pemilik perusahaan memerintahkan kami untuk membereskan pameran dan melarang Nona Olivia Quinn masuk ke dalam perusahaan"

Mendengar jawaban penjaga keamanan, Benjamin tidak bisa melawan perintah ayahnya dan bersikeras untuk memasukkan Olivia ke dalam perusahaan. Setelah berjanji untuk mengirim semua katalog furniture yang baru ke rumah kekasihnya, Olivia pulang dengan kesal. Benjamin masuk ke dalam lobi dan melihat beberapa orang sedang membereskan semua barang yang sengaja dipamerkannya.

Tak lama setelah duduk di dalam ruangannya, Benjamin menerima kabar bahwa dia tidak bisa mengirim semua furniture untuk Olivia tanpa ijin dari pemilik perusahaan yai;tu ayah Benjamin.

Tidak memiliki pilihan lain, Benjamin pergi ke sebuah jalan tempat akademi Mia berdiri. Ternyata, Mia belajar fotografi di tempat yang tidak terlalu bagus. Bagaimana bisa Mia tumbuh menjadi fotografer ternama kalau akademinya saja tidak terkenal.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Mia tampak berjalan keluar dari akademi bersama seorang temannya. Mereka terlihat akrab dan membicarakan sesuatu yang serius.

"Mia" panggil Benjamin membuat perempuan berambut pendek itu menoleh. Sesudah berpisah dengan temannya, Mia menghampiri Benjamin yang berdiri di dekat mobilnua.

"Ada apa Kak Ben kesini?" tanyanya seperti terganggu. Benjamin tahu kalau Mia juga merasa terpaksa dengan pernikahan mereka. Benjamin juga tahu kalau tidak ada keuntungan yang diraih Mia dengan menikahinya. Tapi, sosok Mia sendiri lah yang membuat masalah diantara Benjamin dan orang tuanya semakin meruncing.

Tidak ada jalan lain. Benjamin harus membuat Mia menjadi miliknya dan memuaskan keinginan orang tuanya. Setelah ini, tidak akan ada orang yang akan melarangnya melakukan sesuatu untuk Olivia. Dia bisa bebas melakukan apapun. Tapi usahanya menemui jalan buntu, Mia tidak ingin menerima apapun dari Benjamin. Bahkan sepotong sapu tangan-pun, Mia tidak ingin menerimanya. Benjamin menjadi kesal karena orang tuanya pasti akan menganggapnya tidak melakukan apapun untuk membahagiakan Mia.

Karena sangat kesal, sesampainya di rumah, Benjamin melemparkan istrinya di atas ranjang dan membuka paksa semua bajunya. Menerobos seorang yang masih tidak tersentuh ternyata menimbulkan sensasi berbeda untuk Benjamin, tapi ,,, dia tidak menyukainya. Perempuan yang ada di bawahnya juga sepertinya tidak menyukai pengalaman pertamanya.

Terpopuler

Comments

An-Gol

An-Gol

Thooorrr... akan di bawa kemana hub mrk?

2021-07-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!