Susuk Nyi Ronggeng
Setelah sholat Isya Dewi sudah bersiap siap, ia memasukkan pakaian tari nya ke dalam tas yang sudah anggak lusuh.
Wartiah ibunya menghampiri Dewi," kamu sudah mau berangkat Neng?"
"Iya mak, ada tanggapan di pinggir kampung, memang kenapa Mak?"Dewi menatap Emak nya dengan lekat.
" Heh.... apa kamu akan terus begini," Emak menghela nafas panjang.
"Maksudnya gimana Mak?" Dewi duduk disamping Emak wartiah di kursi bambu.
"Anak seumuran mu sudah menikah semua, hanya tinggal kamu, bahkan temanmu Siti sudah punya dua anak, apa kamu tidak ada niatan untuk menikah?"
" Mak, bukan aku tidak mau, tapi belum ada jodoh yang tepat saja," Dewi menatap Emak sambil mengelus tangan nya.
Pak Darso, Bapaknya Dewi keluar dari dapur, ia menghampiri Dewi dan Emak wartiah."Bukan belum ketemu jodoh, tapi kamu yang pilih-pilih, setiap lelaki yang datang kamu tolak, apa enggak malu dikatakan perawan tua."
Dewi hanya menunduk, bila bapak nya sedang berbicara, ia tidak berani membantah, karena dianggap tidak sopan.
"Coba kamu terima pinangan juragan Karta, tentu hidup mu sudah enak sekarang."Kata bapak Darso.
"Bapak kok tega ngomongnya begitu, kalau juragan Karta belum punya istri, ya enggak tahu pak, umurnya saja sudah 65 istri nya sudah 5, apa bapak tega nanti aku dijadikan istri ke 6." Sahut Dewi sambil memandang wajah bapak nya.
"Anak goblok, seenggaknya hidup mu akan enak, kamu bisa punya rumah bagus, baju bagus perhiasan, dibilangin orang tua enggak nurut," bapak nya melotot pada Dewi.
Dewi segera menunduk,ia tidak bisa berkata apa-apa, bila amarah bapak nya meluap bisa-bisa ia akan kena pukul.
Mak Dewi berangkat dulu." Dewi menyalami Emak nya, ia kemudian menghampiri bapak nya yang sedang menghisap rokok kelebotnya (rokok daun kawung)," Dewi pamit pak," Dewi ingin menyalami bapak nya tapi ditepiskan.
Dewi menjinjing tas nya, ia menengok Emak dan bapak nya."Mak, Pak, Dewi pamit assalamualaikum."Dewi keluar dari rumah bilik tersebut.
Masih terdengar ocehan bapak nya."Anak tidak tahu diuntung, kalau dia menikah sama juragan Karta, hidup kita juga pasti enak."
"Pak sudah nanti kita bujuk dia lagi."sahut Emak.
Dewi berjalan menyusuri jalanan desa yang sepi ketempat sanggar kang jejen, sesampainya disana semua sudah berkumpul dan sebagian sudah berganti kostum dan berdandan.
" Teh Dewi." Ica dan Ita menghampiri nya begitu melihat Dewi datang.
" Neng-neng geulis ini sudah siap ya, kenapa lari-lari nanti make up nya luntur."Dewi memeluk mereka berdua, tasnya ia cangklong kan dipundak.
" Teh Dewi tahu enggak kalau ada penari baru, tapi ia sombong nya minta ampun, mending kalau cantik, ini mah cantik enggak, bisa nari enggak, eh sombong." kata Ita sambil ikut mensejajarkan kakinya dengan langkah Dewi.
"Oh jadi kalian iri nih ceritanya." Sahut Dewi.
"Hah kita iri pada dia, enggak yah, mending kita-kita, dia kan 2 tahun lebih tua dari kita, karena dia ponakan pak Kades saja kang Jejen mau menerima dia." Sahut Ica.
" Iya tuh bener teh ."( sebutan kakak perempuan) kata Ita membenarkan.
" Udah ah jangan suka ngomongin orang enggak baik, mending sekarang kita masuk!!" Dewi mengiring keduanya masuk ke sanggar.
"Belum tahu aja." Ica berbisik pada Ita.
" Huss...cicing ( diam)."Dewi memberi tanda dengan telunjuk tangannya yang ditempel di bibir.
Kang Jejen ketika melihat Dewi langsung menghampirinya."Ayo cepat kamu sudah telat, jangan lama-lama, sebentar lagi mobil pick up nya datang." Sahut kang Jejen sambil mendorong Dewi masuk.
Dewi bergegas kedalam salah satu ruangan buat berhias dan ganti baju.
Dewi berganti baju dengan cepat dan ia juga minta Ica dan Ita merias dirinya agar cepat, karena sudah telat.
Ketika selesai berhias masuk seorang penari yang tidak dikenal Dewi, Dewi melihat kearahnya."Apakah ini yang namanya Sari yang diceritakan Ita dan Ica."Ia datang bersama Lilis, penari yang suka usilin urusan orang.
"Kenapa lihat-lihat, aku cantik ya jadi terkesima." Kata Sari sambil tersenyum sinis pada Dewi.
"Cantik dari mana, cantik kan teh Dewi." Sahut Ica yang langsung bersembunyi dibalik punggung Dewi.
"Kurang ajar yeh budak ( ini anak)." Sari ingin menarik Ica tapi dihalangi oleh Dewi.
"Iyah aku terkesima lihat kecantikan wajahmu, aku belum pernah lihat kecantikan yang seperti ini, udah dia cuma anak kecil umur nya aja baru 15/16 tahunan jadi tidak mengerti orang cantik itu seperti apa, maaf ya!"Dewi menakupkan tangannya pada Sari.
"Gitu atuh(begitu),kan enak dengar nya,"Sari beranjak keluar diikuti Lilis.
"Ayo kita keluar Neng,nanti dimarahin Kang Jejen."Dewi menarik tangan Ica dan Ita keluar ruangan.
Mereka sampai didepan halaman sanggar disitu sudah ada mobil pick up sewaan untuk membawa mereka ketempat hajatan karena tempat nya jauh, para pemain musik sudah menaikkan semua alat musik dan sedang menaikkan satu persatu penari, karena mereka memakai kain jadi susah untuk naik mobil.
"Dewi cepat."Kang Jejen menyuruhnya naik kedepan bersama pesinden, ketika Dewi akan masuk Sari sudah mendahului nya duduk di depan.
" Loh, ini buat Dewi sari." Kang Jejen, Dewi dan yang lain nya terkejut.
" Enggak mau aku mau disini bersama sinden."Sahut Sari tanpa mau beranjak.
"Udah enggak apa-apa Kang, saya dibelakang saja dengan yang lain," Dewi pindah kesisi belakang mobil."Kang tolong aku dinaikan," sahut Dewi pada kang Asep tukang gendang.
"Loh kan biasanya Neng Dewi didepan sama sinden, kok disini." Kang Asep turun ia kemudian mengangkat tubuh Dewi keatas dibantu teman-temannya.
"Enggak apa-apa kang lagi pengen dibelakang adem." Sahut Dewi ia kemudian duduk disamping Ita dan Ica, mereka berdesakan dengan alat dan penabuh musik.
Jumlah penari nya ada 8 jumlah pemusik ada 6.
Mereka mulai berangkat karena sebenarnya mereka harus ada dilokasi jam 8,dan sekarang sudah mau jam 8 mereka baru berangkat.
Mereka sampai di rumah hajat jam 8 lebih karena jarak nya memang agak jauh dan Jalan nya juga tidak begitu baik.
Bapak dan ibu yang punya hajat menghampiri dengan rasa kesal."Kamu gimana sih Kang, masa jam segini baru datang."
Kang jejen menakupkan tangan nya."Maaf akang, teteh, mobil nya lama datangnya."kang jejen memberi isyarat untuk naik kepanggung dan memulai pembukaan dengan musik.
"Ya udah cepat, rugi saya kalau kayak gini."Ibu yang punya hajat langsung meninggal kan Kang Jejen sambil marah.
Kang Jejen cepet-cepet naik ke atas panggung,ia langsung membuka acara.
Karena sudah malam, pembukaan acara nya hanya diberikan singkat oleh kang Jejen, sambil ia memanggil Dewi untuk maju kedepan menjadi penari pembuka, semua orang bertepuk tangan riuh ketika dewi melenggak-lenggok menari, tubuh nya yang lemah gemulai membuat tarian terasa hidup.
Kemudian tarian disambung dengan penari lain,dan begitu seterusnya dan ketika mereka harus bertiga dan satu persatu penonton naik sawer pada penari.
Yang paling banyak diajak menari adalah Dewi,banyak dari mereka berebut ingin menari bersama Dewi.
Sari yang melihat itu menjadi Iri, ia berbisik pada Lilis."Pake susuk apa sih dia kok laris banget padahal disini yang paling cantik kan aku."Sahut Sari.
"Memang dia begitu,tiap manggung yang dicari teh Dewi, kalau teh Dewi enggak ikut pasti sepi, enggak serame ini." sahut Lilis,mata nya terus menatap kedepan melihat banyak orang berebut ingin menari.
Lalu seorang lelaki menarik Lilis dengan selendang nya, Lilis berdiri ia ikut menari bersama lelaki tersebut.
Satu persatu mereka bergantian dikalungkan selendang, hanya Sari dari tadi yang belum mendapat ajakan menari.
Terlihat sari sangat kesal,ia mendengus kesal wajah nya di tekuk.
Dewi yang kelelahan istirahat dan duduk di samping Sari.
"Maju atuh sari biar dapat saweran."kata Dewi.
"Enggak mau,mata mereka pasti kelilipan masa aku secantik ini tidak terlihat."Sari mengomel sendiri.
"Maka nya kamu maju biar mereka tahu."Sahut Dewi.
Sari hanya terdiam menahan kesal, kemudian ada seorang pemuda yang cukup tampan menghampiri mereka.
Sari terlihat senang ia pikir pemuda tersebut akan mengajaknya menari, tapi selendang itu malah di kalung kan ke leher Dewi.
"Ayo Dewi temani aku menari." pemuda itu menarik selendang nya.
"Maaf Kang saya capek sekali, dengan Sari saja yah."Dewi menolak dengan halus.
"Maaf kalau dengan dia aku tidak mau, aku tunggu kamu selesai istirahat saja."lelaki tersebut pergi turun dari panggung.
Sari kesal ia turun dari panggung sambil ngomel-ngomel, Dewi ingin mengejar nya tapi di tahan kang Jejen."Biarkan saja dia, aku kesel sama dia."Kata kang Jejen, akhirnya Dewi kembali ke panggung.
Dewi menari bersama lelaki itu,"namanya siapa Neng?" lelaki itu tersenyum pada Dewi.
"Dewi Kang!"
"Nama yang cantik, secantik orang nya," kemudian lelaki tersebut berbisik pada Dewi."Kenalkan aku Azam dari kota, Guru baru disini."
"Iya Kang, tapi jangan bisik-bisik, nanti disangka kita lagi ngapain."Sahut Dewi, sambil mundur sedikit menjaga jarak.
"Iya, maaf Neng Dewi."Setelah selesai lagu, Dewi hendak balik ke tempat nya, tapi tangan Kang Azam menahannya."Pulang Akang antar ya."
"Boleh Kang,"kemudian Dewi kembali ketempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Delita bae
hebat bagus dan udah banyak 😁👍👍🙏
2024-11-02
0
FiaNasa
ada orang kayak.sari yg pedenya setinggi langit Sampek nabrak pesawat nabrak satelit nabrak bintang nabrak bulan bahkan nabrak planet pluto 🤣🤣🤣🤣
2024-10-12
1
Choi Jaeyi
sambil nunggu cerita sebelah update, mampir sini deh🤭☺️
2024-10-03
0