Sari menjadi buah bibir warga desa karena tariannya semakin dikenal dan wajah terlihat begitu bersinar.Tapi banyak juga yang heran,padahal setahu mereka sebelum nya sari biasa saja tidak cantik, dan sari juga tidak bisa menari,kok tiba-tiba bisa menari lihai.
Pagi itu di rumah Bu kades,Bu Kades kaget begitu keluar rumah, ia mendapati beberapa lelaki yang mencari sari, aya naon(apa )kalian tuh kesini."
"Mau kenalan sama ponakan Bu kades,"kata salah satu dari mereka.
"Kalian punya apa mau kenalan sama ponakan saya tuh,kalau enggak punya apa-apa jangan berani dekati Sari,udah sana pulang."Bu Kades mengusir mereka semua.
"Huh .. cuma mau kenalan saja enggak boleh,habis ponakan bu Kades cantiknya enggak ketulungan,"kata salah satu dari mereka.
"Eh,suruh pergi masih disini, saya panggil kan pak kades nih," Bu Kades ingin berteriak memanggil pak Kades,tapi semua lelaki yang disana sudah kocar-kacir lari ketakutan.
Sementara Sari yang melihat dari dalam rumah tersenyum senang,"ternyata susuk itu sangat manjur aku bisa mendapatkan apapun dan lelaki manapun yang aku mau?"Batin Sari.
Sementara itu di rumah Dewi, Dewi sudah bersiap siap untuk ke sanggar untuk mengajar teman-teman nya menari, setelah selesai membantu Emak nya.
Dewi mengeluarkan sepeda nya, ketika ia akan keluar rumah ia sudah di cegat bapak nya," kamu mau kemana Dewi?"
"Mau ke sanggar pak,sama mampir ketempat Ita,Ita sakit pak,loh bapak enggak ke ladang?"
" Enggak hari ini mau ada tamu besar datang,kamu hari ini enggak usah ke sanggar, kalau mau ke Ita,ke Ita aja sana jangan latihan dulu."
"Loh kenapa pak?"
"Udah tinggal nurut saja, kebiasaan bantah,lihat teman-teman kamu ada yang sudah punya anak 2,3 nah kamu nikah saja belum,bapak malu di katakan anak bapak tidak laku perawan tua."
"Pak,kalau Allah belum ngasih mau gimana?"
"Sudah pokok nya bapak mau kamu diam di rumah untuk hari ini, karena juragan karta mau kesini meminang mu,dan kamu harus mau."
"Hah.... Dewi terkejut,"Dewi enggak mau pak,kalau bapak butuh pengorbanan Dewi silahkan bapak bunuh Dewi saja,Dewi rela kalau itu bisa membayar rasa bakti Dewi pada bapak sama emak."
"Makkkk,kurung anakmu di kamar kalau dia masih berani pergi aku pukuli dia?"bapak begitu marah, biasanya kalau bapak sudah terlalu emosi dia akan tega memukuli Dewi.
Emak cepat keluar dari kamar,"Ayo masuk kamar,Emak enggak mau lihat kamu di pukuli lagi."Emak menarik Dewi masuk kamar.
Dengan terpaksa Dewi masuk ke kamar dan kamar di kunci dari luar.
Dewi mondar mandir di kamar, tak berapa lama terdengar suara seperti suara juragan Karta,"dasar bandot tua aku tidak sudi jadi istri mu biar aku jadi perawan tua juga,"Dewi berusaha berfikir,Dewi melihat kearah jendela.
Dengan perlahan Dewi membuka jendela kamar,ia kemudian melompat keluar jendela,dengan mengendap endap Dewi meninggalkan rumah.
Dewi cepat-cepat berlari menuju sanggar tapi sebelumnya ia mampir ketempat Ita,melihat keadaannya,di tengah jalan tanpa sengaja Dewi bertemu dengan Kang Azam yang sedang mengendarai motor dengan seorang perempuan cantik,Kang Azam berhenti disitu.
"Dewi mau kemana?"
"Mau ke sanggar kang,"kata Dewi,dada nya menjadi sesak orang yang selama ini dia sukai ternyata sudah punya perempuan lain.
"Kalau begitu kamu tunggu di sini yah, Akang mau antar Bu Bidan ini ketempat pak Kades."
"Udah enggak usah Kang, Akang antar saja Bu Bidan ketempat pak kades,biar saya jalan kaki saja,"kata Sari.
"Ya udah nanti Akang nyusul kesana yah,"Azam cepat-cepat memacukan motornya pergi ketempat pak Kades.
Dewi sampai di sanggar sudah agak siang,ia mampir melihat keadaan Ita,Ita sudah membaik keadaannya setelah di obati Nek Ipah.
Tiba di sanggar Dewi sudah disambut kang Jejen,"dari mana aja kamu Dewi, jam segini baru nongol,"terlihat kang Jejen sangat kesal.
"Aku dikurung Bapak,disuruh menikah sama juragan Karta dan aku juga mampir tempat Ita Kang."
"Gelo bapak maneh mah ( gila ayah kamu ),apa yang ada di pikirannya,masa anak gadis nya mau dikasihkan sama bandot tua,silep kana harta bapak maneh mah ( tergiur karena harta ayah kamu ), terus kenapa kamu bisa sampai di sini?"
"Kabur lah kang,kumaha deui ( gimana lagi)."
"Gelo,gelo ( gila, gila), nanti rencana kamu gimana?"
"Enggak tahu kang,yah paling pulang tapi nanti sore aja."
"Terus kamu pasti di marahin habis-habisan," kang Jejen terlihat khawatir.
"Enggak di marahin lagi,di pukulin kang,nih bekas yang di pukuli waktu itu aja belum ilang,"Dewi menunjukkan bekas luka pukulan rotan bapak nya waktu itu.
"Ih dasar orang tua gelo (gila), terus rencana nya gimana, apa kamu tinggal disini saja,ngurus sanggar sama Akang."
"Aku sih senang kang,tapi nanti kang Jejen yang jadi sasaran amukan bapak,ingat enggak waktu bapak kesini terus nyuruh aku pulang,aku nya tidak mau kan sanggar akang yang di acak-acak."
"Udahlah biarkan saja,Kang ngomong-ngomong kenapa ya Ita seperti itu,Akang curiga ini kelakuan siapa?"
"Akang belum tau,tapi nanti Akang akan selidiki,walaupun itu kena jurig,tapi kalau enggak ada yang nyuruh enggak mungkin langsung begitu."
"Iya juga Kang."
Ica menghampiri Dewi,"Teteh latihan enggak nih,dari tadi gobrol aja sama kang Jejen, terus lihat Ita enggak,kok enggak kelihatan ya?"
"Iya neng geulis,hayu sok ambekan ( iya anak cantik, ayo suka ngambekan),Ita sakit, habis latihan tengokin sana."
"Hah... sakit apa teh,kemarin baik-baik saja,"Sahut Ica terkejut.
"Enggak tahu, kemarin dia ditemukan pingsan di ruang ganti baju,apa kamu lihat sesuatu Ca."
"Enggak sih teh,aku keluar duluan disana, cuma tadinya ada Teh Sari didalam sedang berhias,memang kenapa gitu Teh(kakak perempuan).Ica menatap Dewi meminta penjelasan.
Dewi dan Kang Jejen saling pandang,"enggak apa-apa,sudah ayo latihan."Dewi merengkuh bahunya,diajak ke depan.
Sementara itu di tempat pak Kades terlihat Kang Azam dan Seorang Bidan temennya dari kota sedang berbicara.
Akan ada penyuluhan dari puskesmas untuk warga desa tentang KB dan imunisasi yang banyak ditentang masyarakat di desa itu.
Sari mengintip Kang Azam yang sedang berbicara dengan Pak Kades dan Bu Bidan Neti,ia terus memperhatikan dari balik tembok belakang ruangan,"Duh Kang Azam ganteng banget sih, bikin jantung Sari berdebar-debar."
"Sari terus memperhatikan mereka,dan ketika mereka pamit Sari masuk ke kamar nya,ia merebahkan tubuhnya sambil membayangkan wajah Kang Azam.
Di tempat Kang Jejen, setelah selesai latihan Dewi bermaksud pulang ke rumah, tapi ia di halangi Kang Jejen.
"Dewi Akang temenin pulang yah, takut diapa-apain sama bapak kamu,"Kang Jejen merasa khawatir nanti Dewi diapa-apain Bapaknya.
"Enggak usah Kang makasih, nanti Dewi kabarin kalau ada apa-apa, Dewi pamit Kang,"setelah pamit pada Kang Jejen Dewi langsung mengayuhkan sepedanya pulang kerumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
paty
dewi lo sdh besar bisa2 nya dipukuli sm bpk lo tp tdk melawan lari sj lagian lo sdh kerja
2025-01-19
1
MasWan
wah bisa ka sirep sama sisari nih si azam
2025-01-10
0
Darien Gap
jaman dulu lahiran ngacir. ga takut punya anak bnyk
2024-08-21
1