Santet untuk Ita

Siang itu di tempat kang Jejen terlihat sudah banyak penari berkumpul,tapi Dewi belum terlihat juga terlihat,kang Jejen keheranan tidak biasanya Dewi seperti itu.

"Eh Ita kamu datang,apa kamu sudah sembuh?"Kang Jejen memeriksa luka di wajah Ita.

"Sedikit lagi,kata Nek Ipah asal diobati rutin bekasnya tidak akan terlihat.

Ica menghampiri Ita,"Ita kangen, kenapa sih kamu sampai seperti itu?"Ica memeluk Ita sangat erat.

"Eh,kalian lihat Dewi enggak,kok dia enggak datang lagi,masa sampai 3 hari,Akang khawatir terjadi apa-apa."

"Enggak tahu kang,kerumah nya saja Kang,"kata Ita dan Ica.

"Iya juga,cuma ini siapa yang latih narinya,Dewi nya tidak ada."

"Saya aja kang,saya lebih pintar dari Dewi,"Sari tiba-tiba sudah ada didepan sanggar.

"Iya atuh sok,kebeneran kamu datang."

Sementara Ita menatap wajah Sari penuh dendam,"aku tidak mau Kang,kalau dia yang ngajarin mending aku pulang lagi.

"loh kenapa memang?"Kang Jejen heran melihat ekspresi wajah Ita.

"Eh kenapa tidak mau,aku lebih jago dari Dewi."Sari marah merasa diremehkan.

"Iya Ita kenapa kamu jadi seperti ini?"Kang Jejen terlihat kesal.

"karena,karena,dia adalah.."

Belum sempat Ita memberi tahu Kang Jejen,Sari sudah menimpali ucapan Ita,"alah kalau enggak mau jangan banyak alasan,ngomong aja, pake alasan ini itu,saya juga enggak sudi ngajarin kamu."

"Saya juga tidak sudi diajarin sama iblis seperti kamu," Ita membalas tatapan Sari.

Sari terlihat sangat marah matanya menjadi merah,"Eh ari sia( kamu yah),"Sari kesal ingin menarik tangan Ita.

"Cicingggg (diam)," Kang Jejen berteriak kesal,"ayo saling memaafkan,enggak boleh begitu, kita satu tim."

"Teu sudi,mending balik(tidak mau),"Ita beranjak dari hadapan kang Jejen dan Sari.

"Ita mau kemana,sini kita selesai masalah nya,main pergi aja."Kang Jejen berteriak kesal.

"Males,saya enggak mau deket dengan perempuan iblis seperti dia,"Ita menunjuk pada Sari.

Ucapan Ita membuat semua orang terkejut,Kang Jejen terdiam tidak bisa mengerti apa yang Ita ucapkan,ia shock Ita bisa berkata seperti itu.

Sari yang mulai tersulut emosi nya ingin mendekati Ita,tapi satu suara berbisik ditelinganya,"jangan diteruskan, biarkan saja dulu nanti kita akan membalasnya."

Sari tertegun,ia kemudian berbalik pergi meninggalkan sanggar Kang Jejen sambil emosi.

"Sari mau kemana kamu, kenapa semuanya jadi begini?"Kang Jejen berteriak marah.

Sari tetap pergi tanpa memperdulikan ucapan Kang Jejen,sementara Ita pun bergegas pergi.

Kang Jejen heran melihat sikap Ita yang tidak seperti biasanya,ia curiga seperti ada sesuatu yang Ita sembunyikan tentang Sari.

Semua penari hanya tertegun melihat perseteruan mereka, baru kali ini penari berseteru sampai begitu, biasanya paling cuma saling ejek.

Kang Jejen memegang kepala nya yang berdenyut sakit,"Sudah sekarang,kalian semua pulang saja,besok kita latihan,Akang mau menjenguk Dewi dulu.

"Iya kang," kata mereka serentak.

Kang jejen pergi mengambil sepeda nya,ia kemudian menuju ke tempat Dewi tapi sebelumnya ia mampir mengajak Azam bersama nya.

Di tempat Dewi Emak sedang mengoleskan ramuan dari Nek Ipah,terlihat luka-luka Dewi sudah mengering,tapi Dewi masih merasakan sakit dan demam akibat luka tersebut.

"Neng nurut saja kalau bapak ngomong,biar kamu tidak diginiin lagi,Emak diam atau ikut memarahi mu karena emak tidak mau bapak memukuli mu."

"Mak,apa selama ini Dewi suka membantah bapak, apa selama ini protes uang Dewi diambil semua sama bapak, apa selama ini Dewi nuntut! Enggak kan Mak,"tapi untuk menikah Dewi pengen sekali seumur hidup,Dewi pengen bahagia, bagaimana Dewi bisa bahagia kalau jadi istri ke 6,apalagi dia pantasnya jadi kakek Dewi."

"Betul sih,tapi kan kamu tahu tabiat bapak mu, Emak enggak mau lihat kamu menderita terus menerus."

"Apa menikah dengan bandot tua itu bukan penderitaan,coba Emak bayangkan,nanti kalau ada yang muda lagi dia akan menikah lagi,terus Dewi dibiarkan begitu saja kayak yang lain,Emak mau hidup Dewi begitu."

"Hehhhh...,Emak Juga bingung, mana bapak mu suka judi lagi, uang yang dia minta dari kamu selalu habis dalam sekejap, belum uang Emak hasil kerja di ladang Juga dia minta,kumaha ieu (gimana ini)."

"Assalamualaikum...

"Tok tok tok tok... Dewi, Emak."

"Itu siapa mak,seperti suara kang Jejen mak."

"Waalaikum salam,iya sebentar,mungkin ia mencari kamu,kan udah 3 hari enggak datang ke sanggar,udah Emak ke depan dulu,"Emak segera bangun dari samping Dewi.

Emak membuka pintu,didepan pintu terlihat Kang jejen berdiri bersama kang Azam.

"Jejen,Azam,ayo masuk."Emak membuka pintu lebar-lebar.

"Dewi lagi sakit,maaf Emak belum sempat ngabarin Jen."

"Sakit Mak, sakit apa?"Kang Jejen dan Kang keheranan padahal sebelumnya Dewi baik-baik saja.

"Lihat saja sendiri,dia dikamar tidak bisa bangun,sok masuk aja tapi nanti jangan kaget lihat keadaannya ya."

Dengan penuh keheranan Kang Jejen dan Kang Azam masuk ke kamar Dewi, begitu sampai di kamar mereka lebih terkejut melihat keadaannya.

"Astaghfirullah... Dewi kenapa Mak,"kang jejen terkejut melihat punggung Dewi penuh luka, begitu pun kang Azam.

Dengan suara lirih Emak berkata,"di pukulin bapak nya Jen, Dewi menolak di jodohkan sama juragan Karta malah kabur."

"Gila itu si Darso,awas aja kalau ketemu,aku hajar dia,"Kang Jejen mengepal kan tangan,terlihat begitu marah begitu pun dengan kang Azam.

Sedangkan Dewi hanya bisa meneteskan airmata ia tidak berani menatap wajah kang Azam dan kang Jejen.

"Dewi kamu gimana keadaan nya,"kang Azam mengusap rambut Dewi.

Terdengar Isak tangis Dewi,ia masih tidak berani melihat wajah Azam.

"Lihat Akang atuh Dewi?"Kang Azam memalingkan wajah Dewi.

"Dewi malu kang?"terdengar isak tangis Dewi makin kencang.

"Enggak usah malu,Akang akan menerima Dewi apa adanya,Akang cinta sama Dewi.

"Dewi juga cinta sama Akang, tapi Dewi malu dengan keadaan Dewi sekarang."Dewi menatap Kang dengan sedih.

"Tidak usah malu akang akan menerima keadaan Dewi, bagaimana pun itu,"Kang Azam menggenggam erat tangan Dewi sedangkan tangan satunya mengusap airmatanya.

Emak tak kuasa menahan tangis,ia segera keluar,begitu pun kang Jejen,ia tidak mampu berkata-kata,dada nya sesak melihat keadaan Dewi.

Tanpa mereka sadari sedari tadi bapak sebenarnya sudah pulang,tapi ia tidak berani masuk, ia takut sama Kang Jejen,begitu terdengar suara langkah kaki keluar dari kamar Dewi,bapak bergegas kabur lewat pintu belakang.

"Apa itu,"Kang Jejen terkejut.

"Mungkin tikus Jen,udah biarin emang banyak tikus disini," Emak mengajak Jejen duduk di kursi bambu.

Sementara itu malam mulai merayap datang, Sari sedang berada di tempat Mbah Jarwo.

"Mbah ini sesaji yang Mbah minta, ada rujak wuni,ayam cemani kembang 7 rupa yang lainnya semua ada disitu."

"Baiklah, tapi ini bayaran sangat mahal,"Mbah Jarwo menatap Sari.

"Berapapun akan aku bayar Mbah,"Sahut Sari.

"Aku tidak mau uangmu,tapi aku mau tubuhmu,"sahut Mbah Jarwo sambil menyalakan dupa.

Sari terdiam,apakah ini akan langsung, Mbah minta bayaran yang begitu besar,aku ingin jaminan,"Sari yang sudah dipenuhi dendam sudah tidak perduli apapun.

"Kamu bisa lihat hasilnya besok pagi,kamu ingin dia dibuat seperti apa."

"Aku ingin dia lumpuh dan sekujur tubuhnya penuh koreng yang sangat menjijikan, setelah aku puas menyiksanya aku ingin membunuhnya."

"Hem,gampang itu besok pagi kamu akan melihat hasilnya,"Mbah Jarwo segera melakukan ritual, darah ayam cemani sudah dia tampung.

Sementara di tempat Ita, Ita terlihat gelisah,ia membolak balikan tubuhnya, malam ini ia merasakan suasana nya beda.

Ita menghampiri kamar Emak dan Bapak nya,terlihat mereka tidur sangat pulas.

Ita kembali kekamarnya entah kenapa sejak sore tadi hatinya selalu was-was.

Ita berusaha memejamkan matanya,tapi ia kesulitan untuk tidur.

Tak berapa lama terdekat suara jendela diketuk, Ita terkejut tengah malam kok ada yang mengetuk jendela kamar nya.

Ita membalikan tubuhnya, tapi ia terkejut sudah ada pocong yang tidur disebelah nya.

" Po po pocong... Ita ingin berlari tapi tubuhnya kaku, sementara dibelakang Ita terdengar suara gamelan dan nyanyian.

Ita menangis berusaha meminta tolong,tapi lidah nya Kelu, Ita berusaha berdoa dalam hati dan setelah itu sosok pocong dan suara nyanyian juga hilang.

Ita menatap kesekeliling,ia begitu ketakutan.

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Wkt awal,,, wlu tuh Dukun ngilerr liat dada Sari yng bsr tapi msh nahan diri karna Sari gak cantik,klo skrng kan Sari terlihat cantik stlh pakai susuk Nyai Ronggeng,secara gak lngsng tuh dukun skrng kpincut jga kali y ,mknya saat Sari mau nyantet Ita,tuh dukun cabul minta bayarin nya bobok bareng 😏😏,dan gak mau dibyr duit 🤪🤪

2024-12-27

0

AngelKiss

AngelKiss

Mana adegan Sari dan dukun nya /Angry/

2025-02-20

1

AngelKiss

AngelKiss

Ku kira iman tuh dukun kuat.. Ternyata oh... ternyata

2025-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Dewi dengan Kang Azam
2 Mencari tempat Mbah Jarwo
3 Sari melakukan ritual
4 Susuk Nyi ronggeng
5 Kepulangan Sari
6 Kembalinya Sari
7 Dewi dijodohkan dengan juragan Karta
8 Dewi di pukulin bapak nya
9 Santet untuk Ita
10 Ita kena santet
11 Mencari obat untuk Ita
12 Dewi kembali ke sanggar
13 kesempurnaan Ilmu pelet Sari
14 Manggung di tempat juragan Karta
15 Ita sakit aneh
16 Derita Ita
17 Kematian Ita
18 Dewi disantet
19 permintaan Kang Jejen
20 Mbah jarwo
21 Perseteruan Dewi dan Sari
22 Ambisi Sari
23 Bab 23 Malam perjanjian
24 Ica jatuh dari atas panggung
25 Kang Azam kena pelet
26 Kematian Dokter Yuga
27 Malam kematian Dokter Yuga
28 Kepedihan Dewi
29 Dewi pergi ke tempat nek Ipah
30 Hilangnya pengaruh pelet Sari pada Kang Azam
31 Sari berusaha mencelakai kang Azam dan Dewi
32 Dewi di lamar kang Azam
33 Dendam dan kecemburuan Sari
34 Santet untuk Nek Ipah
35 Nek Ipah terkena santet
36 Guna-guna untuk Azam
37 Kang Azam terkena guna-guna
38 Membawa Kang Azam ke Cirebon
39 Perjalanan Menuju Cirebon
40 Sampai di pesantren
41 Dewi mencari obat untuk Nek Ipah
42 Pembukaan sanggar nyai Sari
43 Tumbal untuk nyi ronggeng
44 Kematian ponakan juragan Karta
45 Kematian Mamad
46 Dewi dan pak ustadz diminta menemui Mbah Jarwo
47 Mbah Jarwo pergi menemui kyai Basir
48 Mencari cara melawan Nyi ronggeng
49 mencari cara melawan Nyi ronggeng (memangil dukun)
50 Mencari cara melawan Nyi ronggeng( tewasnya Dukun)
51 Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng
52 Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng (pulangnya Kang Azam)
53 Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (mengadakan ronda)
54 Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (pernikahan Azam dan Dewi )
55 Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng ( pengakuan Sari )
56 Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kang Azam dan kang Jejen masuk hutan)
57 Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kemarahan warga)
58 Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (Kematian Sari)
59 Memusnakan tempat nyi ronggeng (pengakuan Ica)
60 Akhir dari nyi ronggeng
61 Akhir kisah
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Pertemuan Dewi dengan Kang Azam
2
Mencari tempat Mbah Jarwo
3
Sari melakukan ritual
4
Susuk Nyi ronggeng
5
Kepulangan Sari
6
Kembalinya Sari
7
Dewi dijodohkan dengan juragan Karta
8
Dewi di pukulin bapak nya
9
Santet untuk Ita
10
Ita kena santet
11
Mencari obat untuk Ita
12
Dewi kembali ke sanggar
13
kesempurnaan Ilmu pelet Sari
14
Manggung di tempat juragan Karta
15
Ita sakit aneh
16
Derita Ita
17
Kematian Ita
18
Dewi disantet
19
permintaan Kang Jejen
20
Mbah jarwo
21
Perseteruan Dewi dan Sari
22
Ambisi Sari
23
Bab 23 Malam perjanjian
24
Ica jatuh dari atas panggung
25
Kang Azam kena pelet
26
Kematian Dokter Yuga
27
Malam kematian Dokter Yuga
28
Kepedihan Dewi
29
Dewi pergi ke tempat nek Ipah
30
Hilangnya pengaruh pelet Sari pada Kang Azam
31
Sari berusaha mencelakai kang Azam dan Dewi
32
Dewi di lamar kang Azam
33
Dendam dan kecemburuan Sari
34
Santet untuk Nek Ipah
35
Nek Ipah terkena santet
36
Guna-guna untuk Azam
37
Kang Azam terkena guna-guna
38
Membawa Kang Azam ke Cirebon
39
Perjalanan Menuju Cirebon
40
Sampai di pesantren
41
Dewi mencari obat untuk Nek Ipah
42
Pembukaan sanggar nyai Sari
43
Tumbal untuk nyi ronggeng
44
Kematian ponakan juragan Karta
45
Kematian Mamad
46
Dewi dan pak ustadz diminta menemui Mbah Jarwo
47
Mbah Jarwo pergi menemui kyai Basir
48
Mencari cara melawan Nyi ronggeng
49
mencari cara melawan Nyi ronggeng (memangil dukun)
50
Mencari cara melawan Nyi ronggeng( tewasnya Dukun)
51
Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng
52
Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng (pulangnya Kang Azam)
53
Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (mengadakan ronda)
54
Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (pernikahan Azam dan Dewi )
55
Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng ( pengakuan Sari )
56
Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kang Azam dan kang Jejen masuk hutan)
57
Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kemarahan warga)
58
Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (Kematian Sari)
59
Memusnakan tempat nyi ronggeng (pengakuan Ica)
60
Akhir dari nyi ronggeng
61
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!