Setelah sholat Isya Dewi sudah bersiap siap, ia memasukkan pakaian tari nya ke dalam tas yang sudah anggak lusuh.
Wartiah ibunya menghampiri Dewi," kamu sudah mau berangkat Neng?"
"Iya mak, ada tanggapan di pinggir kampung, memang kenapa Mak?"Dewi menatap Emak nya dengan lekat.
" Heh.... apa kamu akan terus begini," Emak menghela nafas panjang.
"Maksudnya gimana Mak?" Dewi duduk disamping Emak wartiah di kursi bambu.
"Anak seumuran mu sudah menikah semua, hanya tinggal kamu, bahkan temanmu Siti sudah punya dua anak, apa kamu tidak ada niatan untuk menikah?"
" Mak, bukan aku tidak mau, tapi belum ada jodoh yang tepat saja," Dewi menatap Emak sambil mengelus tangan nya.
Pak Darso, Bapaknya Dewi keluar dari dapur, ia menghampiri Dewi dan Emak wartiah."Bukan belum ketemu jodoh, tapi kamu yang pilih-pilih, setiap lelaki yang datang kamu tolak, apa enggak malu dikatakan perawan tua."
Dewi hanya menunduk, bila bapak nya sedang berbicara, ia tidak berani membantah, karena dianggap tidak sopan.
"Coba kamu terima pinangan juragan Karta, tentu hidup mu sudah enak sekarang."Kata bapak Darso.
"Bapak kok tega ngomongnya begitu, kalau juragan Karta belum punya istri, ya enggak tahu pak, umurnya saja sudah 65 istri nya sudah 5, apa bapak tega nanti aku dijadikan istri ke 6." Sahut Dewi sambil memandang wajah bapak nya.
"Anak goblok, seenggaknya hidup mu akan enak, kamu bisa punya rumah bagus, baju bagus perhiasan, dibilangin orang tua enggak nurut," bapak nya melotot pada Dewi.
Dewi segera menunduk,ia tidak bisa berkata apa-apa, bila amarah bapak nya meluap bisa-bisa ia akan kena pukul.
Mak Dewi berangkat dulu." Dewi menyalami Emak nya, ia kemudian menghampiri bapak nya yang sedang menghisap rokok kelebotnya (rokok daun kawung)," Dewi pamit pak," Dewi ingin menyalami bapak nya tapi ditepiskan.
Dewi menjinjing tas nya, ia menengok Emak dan bapak nya."Mak, Pak, Dewi pamit assalamualaikum."Dewi keluar dari rumah bilik tersebut.
Masih terdengar ocehan bapak nya."Anak tidak tahu diuntung, kalau dia menikah sama juragan Karta, hidup kita juga pasti enak."
"Pak sudah nanti kita bujuk dia lagi."sahut Emak.
Dewi berjalan menyusuri jalanan desa yang sepi ketempat sanggar kang jejen, sesampainya disana semua sudah berkumpul dan sebagian sudah berganti kostum dan berdandan.
" Teh Dewi." Ica dan Ita menghampiri nya begitu melihat Dewi datang.
" Neng-neng geulis ini sudah siap ya, kenapa lari-lari nanti make up nya luntur."Dewi memeluk mereka berdua, tasnya ia cangklong kan dipundak.
" Teh Dewi tahu enggak kalau ada penari baru, tapi ia sombong nya minta ampun, mending kalau cantik, ini mah cantik enggak, bisa nari enggak, eh sombong." kata Ita sambil ikut mensejajarkan kakinya dengan langkah Dewi.
"Oh jadi kalian iri nih ceritanya." Sahut Dewi.
"Hah kita iri pada dia, enggak yah, mending kita-kita, dia kan 2 tahun lebih tua dari kita, karena dia ponakan pak Kades saja kang Jejen mau menerima dia." Sahut Ica.
" Iya tuh bener teh ."( sebutan kakak perempuan) kata Ita membenarkan.
" Udah ah jangan suka ngomongin orang enggak baik, mending sekarang kita masuk!!" Dewi mengiring keduanya masuk ke sanggar.
"Belum tahu aja." Ica berbisik pada Ita.
" Huss...cicing ( diam)."Dewi memberi tanda dengan telunjuk tangannya yang ditempel di bibir.
Kang Jejen ketika melihat Dewi langsung menghampirinya."Ayo cepat kamu sudah telat, jangan lama-lama, sebentar lagi mobil pick up nya datang." Sahut kang Jejen sambil mendorong Dewi masuk.
Dewi bergegas kedalam salah satu ruangan buat berhias dan ganti baju.
Dewi berganti baju dengan cepat dan ia juga minta Ica dan Ita merias dirinya agar cepat, karena sudah telat.
Ketika selesai berhias masuk seorang penari yang tidak dikenal Dewi, Dewi melihat kearahnya."Apakah ini yang namanya Sari yang diceritakan Ita dan Ica."Ia datang bersama Lilis, penari yang suka usilin urusan orang.
"Kenapa lihat-lihat, aku cantik ya jadi terkesima." Kata Sari sambil tersenyum sinis pada Dewi.
"Cantik dari mana, cantik kan teh Dewi." Sahut Ica yang langsung bersembunyi dibalik punggung Dewi.
"Kurang ajar yeh budak ( ini anak)." Sari ingin menarik Ica tapi dihalangi oleh Dewi.
"Iyah aku terkesima lihat kecantikan wajahmu, aku belum pernah lihat kecantikan yang seperti ini, udah dia cuma anak kecil umur nya aja baru 15/16 tahunan jadi tidak mengerti orang cantik itu seperti apa, maaf ya!"Dewi menakupkan tangannya pada Sari.
"Gitu atuh(begitu),kan enak dengar nya,"Sari beranjak keluar diikuti Lilis.
"Ayo kita keluar Neng,nanti dimarahin Kang Jejen."Dewi menarik tangan Ica dan Ita keluar ruangan.
Mereka sampai didepan halaman sanggar disitu sudah ada mobil pick up sewaan untuk membawa mereka ketempat hajatan karena tempat nya jauh, para pemain musik sudah menaikkan semua alat musik dan sedang menaikkan satu persatu penari, karena mereka memakai kain jadi susah untuk naik mobil.
"Dewi cepat."Kang Jejen menyuruhnya naik kedepan bersama pesinden, ketika Dewi akan masuk Sari sudah mendahului nya duduk di depan.
" Loh, ini buat Dewi sari." Kang Jejen, Dewi dan yang lain nya terkejut.
" Enggak mau aku mau disini bersama sinden."Sahut Sari tanpa mau beranjak.
"Udah enggak apa-apa Kang, saya dibelakang saja dengan yang lain," Dewi pindah kesisi belakang mobil."Kang tolong aku dinaikan," sahut Dewi pada kang Asep tukang gendang.
"Loh kan biasanya Neng Dewi didepan sama sinden, kok disini." Kang Asep turun ia kemudian mengangkat tubuh Dewi keatas dibantu teman-temannya.
"Enggak apa-apa kang lagi pengen dibelakang adem." Sahut Dewi ia kemudian duduk disamping Ita dan Ica, mereka berdesakan dengan alat dan penabuh musik.
Jumlah penari nya ada 8 jumlah pemusik ada 6.
Mereka mulai berangkat karena sebenarnya mereka harus ada dilokasi jam 8,dan sekarang sudah mau jam 8 mereka baru berangkat.
Mereka sampai di rumah hajat jam 8 lebih karena jarak nya memang agak jauh dan Jalan nya juga tidak begitu baik.
Bapak dan ibu yang punya hajat menghampiri dengan rasa kesal."Kamu gimana sih Kang, masa jam segini baru datang."
Kang jejen menakupkan tangan nya."Maaf akang, teteh, mobil nya lama datangnya."kang jejen memberi isyarat untuk naik kepanggung dan memulai pembukaan dengan musik.
"Ya udah cepat, rugi saya kalau kayak gini."Ibu yang punya hajat langsung meninggal kan Kang Jejen sambil marah.
Kang Jejen cepet-cepet naik ke atas panggung,ia langsung membuka acara.
Karena sudah malam, pembukaan acara nya hanya diberikan singkat oleh kang Jejen, sambil ia memanggil Dewi untuk maju kedepan menjadi penari pembuka, semua orang bertepuk tangan riuh ketika dewi melenggak-lenggok menari, tubuh nya yang lemah gemulai membuat tarian terasa hidup.
Kemudian tarian disambung dengan penari lain,dan begitu seterusnya dan ketika mereka harus bertiga dan satu persatu penonton naik sawer pada penari.
Yang paling banyak diajak menari adalah Dewi,banyak dari mereka berebut ingin menari bersama Dewi.
Sari yang melihat itu menjadi Iri, ia berbisik pada Lilis."Pake susuk apa sih dia kok laris banget padahal disini yang paling cantik kan aku."Sahut Sari.
"Memang dia begitu,tiap manggung yang dicari teh Dewi, kalau teh Dewi enggak ikut pasti sepi, enggak serame ini." sahut Lilis,mata nya terus menatap kedepan melihat banyak orang berebut ingin menari.
Lalu seorang lelaki menarik Lilis dengan selendang nya, Lilis berdiri ia ikut menari bersama lelaki tersebut.
Satu persatu mereka bergantian dikalungkan selendang, hanya Sari dari tadi yang belum mendapat ajakan menari.
Terlihat sari sangat kesal,ia mendengus kesal wajah nya di tekuk.
Dewi yang kelelahan istirahat dan duduk di samping Sari.
"Maju atuh sari biar dapat saweran."kata Dewi.
"Enggak mau,mata mereka pasti kelilipan masa aku secantik ini tidak terlihat."Sari mengomel sendiri.
"Maka nya kamu maju biar mereka tahu."Sahut Dewi.
Sari hanya terdiam menahan kesal, kemudian ada seorang pemuda yang cukup tampan menghampiri mereka.
Sari terlihat senang ia pikir pemuda tersebut akan mengajaknya menari, tapi selendang itu malah di kalung kan ke leher Dewi.
"Ayo Dewi temani aku menari." pemuda itu menarik selendang nya.
"Maaf Kang saya capek sekali, dengan Sari saja yah."Dewi menolak dengan halus.
"Maaf kalau dengan dia aku tidak mau, aku tunggu kamu selesai istirahat saja."lelaki tersebut pergi turun dari panggung.
Sari kesal ia turun dari panggung sambil ngomel-ngomel, Dewi ingin mengejar nya tapi di tahan kang Jejen."Biarkan saja dia, aku kesel sama dia."Kata kang Jejen, akhirnya Dewi kembali ke panggung.
Dewi menari bersama lelaki itu,"namanya siapa Neng?" lelaki itu tersenyum pada Dewi.
"Dewi Kang!"
"Nama yang cantik, secantik orang nya," kemudian lelaki tersebut berbisik pada Dewi."Kenalkan aku Azam dari kota, Guru baru disini."
"Iya Kang, tapi jangan bisik-bisik, nanti disangka kita lagi ngapain."Sahut Dewi, sambil mundur sedikit menjaga jarak.
"Iya, maaf Neng Dewi."Setelah selesai lagu, Dewi hendak balik ke tempat nya, tapi tangan Kang Azam menahannya."Pulang Akang antar ya."
"Boleh Kang,"kemudian Dewi kembali ketempatnya.
Sari pulang dengan rasa kesal, ia marah pada Dewi selain dapat saweran banyak, Dewi juga mendapat kenalan seorang lelaki tampan. Sampai dirumah pak Kades, ia membanting tas pakaiannya.
Pak Kades Kasim dan Bu Kades Dede terkejut."Kamu kenapa Sari?"Bu Kades mengambil tas baju Sari yang tergeletak di lantai.
Sari menghempaskan tubuhnya dikursi sambil menatap Bu Kades Bibi nya."Bi, siapa sebenarnya Dewi? Kenapa ia begitu terkenal dan digandrungi?"
"Oh, Dewi penari, anak nya Mak Wartiah? Dia memang jago menari dan cantik, kenapa gitu?"
"Sari sebel sama dia, masa yang diajak nari dan di sawer banyakkan dia, apa sih hebat nya dibanding saya?"
"Ya hebat dia atuh Sari,kamu mah nari kaku, wajah pas-pasan, ya udah belajar lagi narinya."Sahut Bu Kades Dede.
"Iya Sari, udah tinggal minta diajarin nari sama Dewi, biar bagus kayak dia, biar banyak dapat saweran."Pak Kades menimpali ucapan istri nya.
Ucapan Bibi dan Mamang nya semakin membuat Sari marah, ia menghentakkan kakinya, lalu pergi ke kamar.
"Brukhhh... Sari masuk sambil membanting pintu kamar.
"Ya Allah, gelo sia Sari (Gila kamu Sari),"Bu Kades terkejut, ia memegang dadanya. Sementara Pak kades hanya geleng-geleng kepala lalu masuk ke kamarnya.
Pagi nya, Sari belum juga keluar dari kamar, Mumun anaknya Bu Kades yang disuruh membangunkan sampai marah. Mumun menghampiri Emak sama Bapaknya.
"Mak, enggak bangun-bangun, males, Emak aja sana!"Mumun ikut duduk disamping Emak dan bapak nya yang sedang menikmati kopi dan pisang goreng.
"Sana kamu aja Mak."Pak Kades menyuruh istrinya melihat keadaan Sari dikamar.
"Heh, saya lagi, saya lagi,"Walaupun sambil menggerutu Bu kades pergi juga kekamar Sari.
"Tok tok tok tok...
"Sari,Sari ini Bibi! Buka pintu nya."Bu Kades menunggu di depan pintu kamar tapi tidak ada sahutan sama sekali.
"Sari, Sari!"Bu Kades kembali mengetuk dan memanggil Sari tapi tidak ada sahutan dari dalam.
Bi Siti datang dari arah dapur, ia mendengar Bu kades memanggil Sari berkali-kali.
"Bu Kades mencari Neng Sari?"Bi Siti mendekati Bu Kades.
"Iya Bi Siti, Kok jam segini belum bangun juga."
"Tadi pagi sehabis subuh Bibi lihat dia pergi.
"Bi Siti tau dia mau kemana?"
"Enggak Bu."
"Oh, ya sudahlah biarkan kan saja paling dia pulang kerumah orang tua nya.
Sementara itu Sari yang kesal dan tidak bisa tidur pagi-pagi jalan-jalan menyusuri jalan desa. Matahari pagi dan kabut masih menyelimuti desa.
Sari berhenti didepan sebuah rumah, ia melihat lelaki yang kemarin bersama Dewi sedang mengeluarkan motornya.
"Pagi Kang,"Sari bergegas menghampiri nya.
"Pagi Neng, mau kemana?"Kang Azam balik menyapa Sari sambil tersenyum.
"Jalan-jalan Kang, Akang orang baru yah?"
"Iya Neng, saya Azam, Guru baru di desa ini."
"Saya Sari Kang, ponakan Pak Kades, kalau Akang butuh bantuan apa-apa ngomong aja ke saya?"
"Iya Neng makasih."Sahut Kang Azam.
Ketika mereka asyik gobrol, tiba-tiba Dewi datang menghampiri mereka."Kang Azam, ini saya mau mengembalikan jaket Akang yang tadi malam saya pinjam.
"Oh, simpan aja Neng, buat Neng Dewi aja, biar selalu ingat Akang."Sahut Kang Azam sambil tersenyum menggoda.
"Enggak ah Kang, makasih, ini pasti mahal takut rusak."Dewi menyimpan jaket Kang Azam di motor nya.
"Ekhm..." Sari yang merasa tersisihkan membuat suara.
Dewi dan Kang Azam melihat kearahnya.
"Eh ada Sari, ya punten atuh (maaf ya)menggangu, mangga (pamit)saya permisi dulu."
"Iya atuh kaditu indit (benar, sana pergi), menggangu aja maneh teh (kamu tuh)."
"Ya maaf kalau begitu, permisi."Dewi yang merasa tidak enak akhirnya pergi mengayuh sepedanya meninggalkan mereka.
"Neng Sari jangan begitu, kan kasian Dewi nya."Kang Azam berlari mengejar Dewi,"Neng Dewi tunggu."
Dewi berhenti, ia menunggu Kang Azam mendekatinya."Ada apa Kang?"
Kang Azam memegang sepeda Dewi agar tidak pergi lagi,"Maafkan Sari yah, kita cuma sedang gobrol biasa kok, Neng Dewi mau masuk dulu enggak, kita gobrol didalam."
"Makasih Kang lain kali aja, saya juga mau ketempat Kang Jejen, mari Kang."Dewi pergi mengayuh sepedanya meninggalkan Kang Azam.
Sari yang melihatnya menjadi kesal, ia mendekati Kang Azam."Kang aku pulang dulu."Sari terlihat marah, ia pergi meninggalkan Kang Azam, tapi dalam hati nya, ia berharap Kang Azam memangilnya kembali, seperti yang dilakukan pada Dewi.
Sari mengayuh sepedanya pelan-pelan, tapi tak ada suara Kang Azam memanggil nya, ia kemudian berhenti dan melihat ke arah belakang, ternyata Kang Azam sudah tidak ada disana.
Sari kesal ia pulang kembali ketempat pak kades, Sari menyimpan sepedanya begitu saja, kemudian menghempaskan tubuhnya di kursi dekat Bu kades Bibinya.
"Naon maneh (kenapa kamu)?" Bu Kades melihat wajah Sari ditekuk.
"Sebel Bi, Bi ada dukun yang bisa masukin arwah orang bisa nari ketubuh Sari enggak?"
"Hah, gelo sia (gila kamu), buat apa?Kalau mau pintar menari seperti Dewi, ya belajar, aneh kamu mah (sih)."Bu kades, Bibi nya geleng-geleng kepala."
"Biarin Bi, apapun akan aku lakukan asal aku bisa menari, biar seperti Dewi?"
"aya-aya wae maneh (ada-ada saja kamu tuh), tapi sebentar kalau enggak salah, Bibi pernah denger ada dukun sakti bisa pasang susuk nyi ronggeng, katanya selain nanti pintar menari dia juga akan terlihat cantik."
"Bibi tahu tempatnya tidak?" Sari menjadi penasaran.
"Mau apa kamu nanya nanya tempat nya, jangan berfikiran untuk mendatanginya.
"Memangnya kenapa Bi?"
"Pernah ada kejadian entah tahun berapa, ada perempuan pakai susuk Nyi ronggeng, tapi kemudian dia mati secara mengenaskan, wajah dan tubuh nya penuh luka koreng dan kulit nya menjadi keriput seperti tua."
"Itu kan mungkin karena dia punya penyakit kulit saja."Sahut Sari.
"Jangan bilang kamu mau mencari dukun itu, bahaya ada ditengah hutan."
"Tau ah,"Sari kemudian masuk ke dalam rumah.
"Ih, budak kalau dikasih tau maen pergi saja."Bu kades menatap kepergian Sari.
Sore itu, tanpa sepengetahuan siapapun Sari pergi kehutan, dengan hanya berbekal senter, Sari pergi menyusuri pinggiran sungai, untuk sampai ia harus melewati sungai.
Sari mulai masuk kehutan, karena ia tidak tahu jalannya dan hanya berbekal informasi dari warga kalau dukun itu ada di sebelah barat dan deket Curug, ia kebingungan.
"Kemana ini,"Sari tidak tahu jalan,ia melihat arah sinar matahari sore, karena pepohonan yang lumayan rapat sinar matahari hanya sedikit yang masuk.
"Duh ini jalannya kok banyak semaknya begini sih,"Sari melihat sekeliling, ia menyesal telah tidak menanyakan letak pasti nya tempat dukun tersebut.
Entah sudah berapa lama Sari berjalan,ia belum menemukan tempat dukun nya, bahkan tempat Curug nya belum ia temukan.
Sampai menjelang malam Sari belum juga menemukan tempat nya,"waduh gimana ini,"Sari menatap sekeliling hutan yang mulai gelap, suara hewan malam bersahutan mulai terdengar.
"Emak, Bapak tolongin Sari, Sari takut."Sari mulai ketakutan, ia mengeluarkan senter dari tas nya dan mengarahkan di sekelilingnya.
Sari meneruskan perjalanan nya sambil menatap sekeliling, pohon-pohon kecil mulai melukai kaki dan tangannya, hari sudah mulai gelap, tiba-tiba terdengar suara tertawa perempuan yang datang dari arah pinggir Sari.
"Hihihi hihihihi...
Sari terkejut dan mulai ketakutan,ia arahkan senter kebagian kiri nya, disebelah kiri disebuah batang pohon bertengger sosok kuntilanak yang sedang melempari Sari dengan batu kerikil.
"Hihihihi hihihi....Mau kemana Neng."Sosok itu menyeringai dan tertawa, wajah nya yang rusak menampakkan darah yang terus mengucur.
Sari tertegun, ia menatap kuntilanak itu tanpa berkedip, se "Setannn... Sari berlari menjauhi tempat itu sambil berteriak-teriak minta tolong.
"Tolong ada setan, tolong."Sari tidak sadar kalau dia berada di hutan dan tidak mungkin ada yang menolong nya.
"hah hah hah... dengan nafas tersengal Sari pun berhenti ia tidak mendengar suara kuntilanak tadi.
Sari menatap ke sekelilingnya, ia melihat ada cahaya di kejauhan, dalam hati Sari bersorak senang, ia segera berlari dan mendatangi cahaya tersebut.
Ketika Sari sudah dekat dengan cahaya itu,ia begitu heran, itu adalah api yang berputar-putar di udara,"Apa itu."Sari mundur dengan pelan sambil menahan nafas berusaha pergi menjauhi bola api tersebut.
Sari berbalik terkejut,ia mendengar suara perempuan dibelakang Sari yang menyapa."Mau kemana lagi Neng hihihi..."
"Akhhhh... Tolonggg,"Sari begitu ketakutan ketika melihat sosok perempuan itu melayang mendekatinya sambil menyeringai, dan bola api yang dari arah belakang terlihat melesat mendekat.
"Akhhhh.. tolong,ampun, Emak, Bapak Sari takut."Sari menangis,ia berlari kembali tapi bola api dan sosok kuntilanak itu malah mengejar nya.
Karena ketakutan Sari jatuh terguling,"Akhhhh...lalu ia tak sadarkan diri.
Sari terbangun ketika merasakan ada air di ciptakan diwajahnya, ia langsung duduk dan menatap sekelilingnya.
"Dimana aku,"Sari menatap sekeliling nya.
Ditempatku, kamu sudah sadar?"Seorang lelaki berperawakan tegap duduk sambil menghadapi tempat dupa dan sesaji.
Sari menatap laki-laki itu,"Apakah ini yang namanya Mbah Jarwo?"Batin Sari.
"Kamu mau cari mati, malam-malam masuk hutan, goblok."laki-laki itu melinting rokoknya dan menyalakannya.
"Saya mencari orang yang bernama mbah Jarwo."sahut Sari.
Lelaki yang ada didepannya terkejut, kemudian dia menghisap rokok nya dalam-dalam."Mau apa mencarinya.
Sari menatap lelaki tersebut," aku ingin pasang susuk nyi ronggeng,bbiar aku pintar menari dan jadi cantik.
"Apakah kamu tahu, apa itu susuk Nyi ronggeng?
Apakah kamu tahu apa itu susuk Nyi ronggeng?"Mbah Jarwo menatap Sari dengan lekat.
Sari hanya menggeleng, dia tidak tahu apa itu susuk Nyi ronggeng.
"Sudahlah istirahatlah, tubuhmu terluka semua, untung aku menemukan mu, kalau tidak kamu sudah dimakan binatang buas."Mbah Jarwo kemudian keluar dari kamar dan membiarkan Sari sendiri.
Sudah 2 hari Sari berada di tempat Mbah Jarwo, luka-luka disekujur tubuhnya sudah mulai sembuh.
Mbah Jarwo yang baru datang mendatangi Sari yang sedang berdiri menunggu kedatangan nya.
"Apakah kamu tidak berniat pulang?"Mbah Jarwo duduk di bale-bale depan gubuk.
Sari ikut duduk disamping Mbah Jarwo sambil menatap ke arahnya,"Mbah aku ingin mendapatkan susuk itu, agar tarianku terlihat bagus dan semua mata hanya menatap padaku.
Mbah Jarwo terdiam, ia kemudian menatap wajah Sari sekilas,"untuk apa?resikonya besar, apa kamu sanggup menanggung nya?"
Dengan cepat Sari menjawab pertanyaan mbah Jarwo,"Saya sanggup Mbah apapun resiko nya."
Mbah Jarwo tersenyum kecut,"Terserah kamu kalau begitu,nanti malam kita bisa memulainya,dan ingat jangan salah kan aku kalau ada apa-apa, aku ini hanya perantara."
"Baik Mbah."
"Pulang lah,nanti sore nanti kamu balik kesini membawa sesaji dan bawa ayam cemani, kembang tujuh rupa,dan kelapa muda warna hijau, kemenyan dan juada (jajanan)pasar."
"Baik Mbah."Setelah itu Sari langsung pulang,setelah sebelumnya diberi petunjuk jalan yang harus dilalui untuk keluar dari hutan.
Sari pulang sambil melihat kesekeliling dan menghafalkan jalan,ia memberi tanda pada pohon agar bila ia kembali gampang untuk mencari jalan.
Sari sampai dirumah Bu Kades menjelang siang hari, ia langsung masuk ke kamarnya.
Bu Kades dan pak Kades yang sedang berada disamping rumah terkejut mendengar pintu kamar Sari dibuka. Pak Kades memberi isyarat agar cepat menghampirinya.
Bu Kades menghampiri kamar Sari.
"Tok tok tok tok.... Sari, Sari.
"Apa sih Bi, aku capek mau istirahat dulu,"Sari hanya menyahut tanpa membukakan pintu kamar.
"Bibi mau nanya, kamu selama 2 hari ini kemana? Bu Kades masih tetap berada didepan pintu kamar Sari.
"Sari kerumah Pulang kerumah bapak, udah ah Bi Sari capek ngantuk.
"Ya sudah lah, terserah kamu."Bu Kades pergi dari depan kamar Sari.
Sorenya Sari sudah bersiap siap untuk pergi kehutan tempat Mbah Jarwo.
"Sari keluar dari kamar bertemu dengan Bu kades yang sedang duduk diruang tamu."Loh Sari kamu mau kemana lagi?"Bu Kades heran melihat Sari membawa tas baju.
"Mau nginep ketempat Bapak, paling cuma beberapa hari."Sari pamit kepada Bibinya, kemudian ia keluar dari rumah.
Sari mencari jalan yang sepi agar tidak bertemu warga, ia sekarang sudah sampai ditepi hutan, menunggu seseorang untuk mengantarkan pesanan nya.
Dari kejauhan terlihat satu sepeda mendekati area hutan, dan berhenti didepan Sari."Neng ini pesanan nya,"Seorang lelaki mengantarkan pesanan sari.
"Iya Mang makasih, ini uang nya,awas jangan bilang siapa-siapa."Sari memberikan sejumlah uang,setelah lelaki itu pergi,ia bergegas pergi ke hutan.
Sari cepat-cepat masuk kehutan,ia ingin cepat sampai di tempat Mbah Jarwo, karena sebelumnya ia sudah memberikan tanda ketika pulang,Sari sampai di tempat Mba Jarwo dengan mudah,bau kemenyan yang menyengat mulai tercium, Sari melihat sekeliling bulu kuduk nya langsung berdiri.
" Mbah..mbah ini saya sari."Sari cepat-cepat mengetok pintu pintu rumah Mbah Jarwo.
"Masuk saja,"terdengar sahutan dari dalam rumah.
Sari bergegas masuk ke dalam, bulu kuduk berdiri semua,ia merasa seperti ada yang mengawasi.Di dalam terlihat Mbah Jarwo sedang duduk menghadap baskom dengan penuh bunga dan dupa.
"Kamu sudah bawa persyaratan?"Mbah Jarwo melihat kearah Sari.
"Sudah semua mbah,"Sari duduk sambil melihat ke sekeliling."Mbah kok seperti ada yang mengawasi."
"Biarkan saja,kamu sedang disambut,sudahlah ayo ikuti aku." Mbah Jarwo berdiri lalu keluar dari rumah, diikuti Sari yang ketakutan.
Mereka keluar menuju sisi hutan disebelah lain, disana terdapat makam seorang ronggeng yang terkenal, ada di dalam sebuah Gua.
Tak berapa lama mereka sampai dimulut sebuah Gua, Sari terkejut,Gua tersebut tertutup tanaman merambat dan terlihat mulut Gua juga kecil.
"Mbah apa ini tempat nya,kok seram ya,"Sari mengkerut ketakutan.
Udah diam,kamu mau mundur atau terus,mumpung kita belum masuk,"mbah Jarwo menatap tajam kearah Sari.
"Terus Mbah,"Sari tergagap ketakutan ditatap mbah Jarwo seperti itu.
Setelah menyingkirkan tanaman rambat mbah Jarwo masuk ke dalam Gua.
Sari terkejut,dari depan gua terlihat kecil tapi didalam sangat luas dan ditengah-tengah gua ada makam.
Mba jarwo mengambil tempat sesaji,"bawa sini semua sesaji nya.
Sari memberikan sesaji yang ada ditangannya pada mbah Jarwo.
Mbah Jarwo menata sesaji di dekat makam, kemudian ia membakar kemenyan dan mengambil Ayam cemani yang dibawa Sari Mbah Jarwo mengambil wadah seperti mangkok,ia kemudian mengambil pisau dan menyembelih ayam tersebut darahnya ditampung dalam wadah.
Setelah itu mbah Jarwo menatap Sari,"ganti baju mu dengan ini,"Mbah Jarwo melempar selembar kain batik.
"Sekarang Mbah,"Sari terkejut.
"Sekarang goblok,sudah ganti saja,"Mbah Jarwo menatap tajam ke arah Sari.
Dengan gemetar Sari mencopot bajunya dihadapan mbah Jarwo, lalu berganti dengan kain.
Melihat tubuh Sari tanpa sehelai benangpun membuat mata Mbah Jarwo menatap nyalang, apalagi dengan dua buah dadanya yang besar yang bergelayut tanpa memakai apapun.
"Mbah,"Sari ketakutan melihat tatapan mata Mbah Jarwo.
"Sudah sini,"Mbah Jarwo menyuruh Sari mendekat, kali ini suaranya lebih halus dari sebelumnya.
Dengan takut-takut Sari mendekati Mbah Jarwo dan duduk disampingnya.
"Dengar! Kamu akan disini selama 3 atau 7 hari tergantung keberuntungan mu, nanti akan hadir beberapa sosok tapi jangan takut, biarkan saja, ini mantra yang harus kamu baca, setiap hari aku akan kesini mengantarkan makanan dan mengecek keadaan mu.
Mata mbah Jarwo tidak lepas dari buah dada yang besar dan menyembul dibalik kain yang di pakainya.
Kemudian Mbah Jarwo mengajak Sari duduk disebuah tikar didepan makam nyi ronggeng.
"Kamu diam disini, fokus pada keinginan mu, jangan takut pada apapun, kalau kamu lari,berarti kamu gagal."Mbah Jarwo memberikan arahan pada Sari.
Mbah jarwo kemudian meninggalkan Sari sendirian, ia bergegas keluar dari dalam Gua.
Sari melihat sekeliling ruangan Gua,ia merasakan bulu kuduk nya mulai berdiri, Sari duduk mulai merapalkan mantra yang diberikan Mbah Jarwo.
Tiba-tiba hawa dingin mulai menyelimuti Gua, Sari duduk didepan makam sambil membakar kemenyan dan merapalkan mantra.
Sari melihat sekeliling ruangan Gua, ia merasakan seperti ada mata yang mengawasi, bulu kuduknya berdiri semua, Sari sengaja mengencangkan suara bacaan mantra nya,keringat dingin bercucuran, ketika ia mendengar suara geraman dibelakangnya.
"Geurrrrrr......
"Geurrrrrr.....
Sari merasakan ada langkah berat mendekatinya,"waduh apa ini, Mak, Bapak?"Sari berusaha menutup matanya.
"Brughhh...
"Brughhh...
"Brughhh.....
Tiba-tiba, ruangan dalam Gua bergetar, Sari beranjak ingin berlari keluar dari Gua, tiba-tiba ia teringat kata-kata Mbah Jarwo,"kalau kamu keluar dari dari Gua, kamu akan gagal."Sari kembali duduk, dipejamkan matanya.
Setelah beberapa saat suasana kembali tenang, Sari menatap sekeliling Gua, sambil terus membaca mantra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!