Pagi itu tubuh Dewi menggigil, ia merasakan tubuh nya sangat panas,setelah mimpi itu Dewi jatuh sakit,"Mak panas,Mak."
"Sabar ya Neng,nanti Emak panggil kan dokter,"Di usap nya kepala Dewi, Emak kemudian keluar dari kamar Dewi ia masuk ke kamar nya sendiri.
" Plak...plak..
Emak memukul Bapak yang masih tertidur,"Pak bangun pak, Dewi sakit."
"Hemmm,"Bapak hanya menggeliat,kemudian ia tertidur kembali.
"Plak..plak..plak..
Emak kembali memukuli tubuh bapak dengan tangan nya.
Bapak bangun dengan marah,"apa sih Mak,pagi-pagi sudah ngajak ribut,saya kan masih ngantuk."
"Hudang atuh pak( bangun pak), Dewi sakit,sana panggilkan Dokter Yuga."
Dengan terpaksa Bapak bangun, dengan mata yang merah karena masih ngantuk dan marah karena dibangunkan Bapak beranjak dari tempat tidur,ia melotot pada Emak dan pergi ke kamar Dewi.
"Kamu kenapa Neng?"Bapak memeriksa dahi Sari sambil terkantuk-kantuk,ia terkejut kepala nya sangat panas,"ini nih akibat melawan sama orang tua,sakit kan,"bukannya kasian malah Dewi kena omel.
"Ai bapak gimana ( bapak giman sih),orang sakit bukannya dicarikan obat atau dipanggilkan Dokter,eh malah di marahin,dasar gelo( dasar gila)," Emak marah sama bapak.
"Ya iya kalau bukan kualat,apa coba namanya,"Bapak masih juga ngomel,tapi ia pergi juga untuk memanggilkan dokter setelah cuci muka terlebih dahulu.
Sementara Dewi hanya diam,ia malas berdebat dengan bapak nya,merasakan tubuhnya saja sudah tidak karuan,boro-boro mau menanggapi ucapan bapak nya.
Emak hanya bisa mengelus dada,ia tidak mengerti jalan pikiran suaminya,anak sakit bukannya kasian malah dimarahin.
Emak hendak beranjak kembali ke kamar,tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.
"Tok..tok..tok...Dewi, Dewi."
"Loh,Nek Ipah,"Emak bergegas membuka kan pintu.
"Ceklek...
"Nek Ipah,kapan datang,katanya lagi ngobatin desa yang sedang pagebug,"Emak menyalami Nek Ipah dan menyuruh nya masuk.
"Tadi malam,udah bisa ditangani makanya aku bisa pulang,"Setelah duduk Nek Ipah menanyakan Dewi,"anak mu mana wartiah?"
"Ada di kamar lagi sakit Nek."
Nek Ipah bangun,dia langsung menuju kamar Dewi,"kamu kenapa Neng?"Nek Ipah memperhatikan seluruh tubuh Dewi.
"Enggak tahu Nek,bangun tidur langsung begini."
"Sudah berapa lama kamu mimpi seperti itu,"Nek Ipah meminta segelas air putih sama Emak.
"Udah seminggu Nek."Dewi terkejut Nek Ipah tahu ia suka bermimpi buruk.
"Wartiah,ambil kan aku air putih segelas,lalu garam kasar dan lada yang masih utuh."
Emak bergegas mengambil kan apa yang di minta Nek Ipah,ia segera kembali dan menyerahkan pada nek Ipah,"ini Nek."
Nek Ipah menerima semua barang tersebut,ia kemudian meletakan biji lada pada tangan Dewi,"genggam Neng."
Setelah itu ia melempar kan garam kasar ke seluruh ruangan kamar Dewi,"buka jendela kamarnya cepat,"Nek Ipah menyuruh emak membuka jendela kamar.
Emak dan Dewi terkejut seperti ada asap hitam tipis yang keluar dari kolong tempat tidur Dewi dan bergerak keluar.
Nek Ipah kemudian mengambil air putih di gelas,mulut nya komat kamit,entah apa yang di bacanya.
"Ini akan sakit dan panas,kamu tahan yah,"Nek Ipah menciprat cipratkan air ke seluruh tubuh Dewi.
Tubuh Dewi menggeliat,"sakit mak, sakit mak,panas...akhhhh, Emak....," Dewi berteriak-teriak kesakitan dan kepanasan.
"Sabar neng,nanti sebentar lagi juga adem," terakhir Nek Ipah membasuh wajah Dewi dengan air tersebut dan sisa air nya ia cipratkan di seluruh ruangan kamar Dewi.
Setelah Beberapa saat Dewi terlihat mulai tenang,rasa sakit dan panas di tubuhnya berangsur-angsur hilang.
Nek Ipah tersenyum,kamu hampir saja kena santet,untung juga khodam aki mu selalu mendampingi mu,ia mendatangi ku untuk segera menolong mu,mulai sekarang kamu harus berhati-hati,"Nek Ipah keluar dari kamar Dewi.
"Wartiah aku pulang dulu,aku lelah sekali energiku hampir terkuras,kekuatannya begitu besar,"Nek Ipah duduk di kursi bambu sambil mengatur nafasnya.
"Iya Nek makasih, Nek Ipah baik-baik saja?"Emak khawatir melihat Nek Ipah seluruh tubuh nya basah oleh keringat dan nafas nya sedikit tersengal.
"Aku tidak apa-apa,nanti juga pulih,aku pulang dulu,jaga anak mu baik-baik dan di mana si Darso gelo tuh ( kemana Darso gila itu).
"Lagi manggil dokter Nek."
"Ya sudah aku pergi dulu,dan gali dibawah jendela kamar Dewi,kalau ada bungkusan atau benda bakar saja,aku pamit." Nek Ipah pulang dari rumah Dewi di jemput cucu nya Akhmad.
Tak berapa lama bapak datang bersama Dokter Yuga dan Kang Azam,ia langsung mengajak mereka masuk ke rumah.
"Ayo silahkan Azam, Pak Dokter mari masuk,"Bapak mengajak mereka masuk ke rumah.
Ketika sampai didalam Bapak terkejut melihat Dewi sudah bisa duduk dan wajah nya terlihat segar,"loh,kamu sudah sembuh,"Bapak memegang kening Dewi,"udah dingin."
"Iya tadi nek Ipah kesini,untung dia sudah pulang,kalau enggak ada Nek Ipah,enggak tahu gimana keadaan Dewi,"kata Emak,"eh Pak Dokter dan Azam, masuk silahkan duduk sini zam, Pak Dokter,ayo mari."
"Iya makasih Mak,Dewi sakit Mak?"tanya kang Azam.
"Iya badannya panas,terus tadi ada Nek Ipah kesini,tuh sekarang bisa duduk lagi makan,"Azam sama Pak Dokter masuk saja,Emak siapin kopi dulu."
Kang Azam dan Dokter Yuga masuk ke kamar Dewi,terlihat Dewi sedang asyik melahap makanannya.
"Ekhm... Kang Azam membuat suara.
"Eh, Kang Azam Pak Dokter," Dewi meletakkan makanannya dimeja kecil,Dewi terlihat malu
"Kata nya sakit?"Kang Azam mendekati Dewi dan duduk ditepi tempat tidur.
"Iya Kang,tapi sekarang udah enakan,"sahut Dewi.
"Sini aku periksa dulu untuk memastikan,"Dokter Yuga mengeluarkan alat dan memeriksa dada,kening Dewi,"iya enggak apa-apa, normal semua,"kata dokter Yuga sambil menyimpan stetoskop.
"Aneh,"kata Dokter Yuga,"sudah lah,yang penting kamu sembuh," Dokter Yuga menyadari kalau di daerah terpencil seperti ini banyak penyakit yang tidak bisa dijelaskan dengan medis
"Jadi gimana nih Kang Azam, kita pulang sekarang?"Dokter Yuga menatap kang Azam.
"Baru juga ketemu,ah Dokter enggak bisa di ajak kompromi." Kang Azam berbisik kepada Dokter Yuga.
"Tapi mau ngapain kita disini, kan Dewi nya juga udah sehat," Dokter Yuga balik berbisik.
"Pura-pura aja,periksa apa gitu," kata Kang Azam masih sambil berbisik n
"Eh kenapa bisik-bisik,"Dewi menatap kang Azam dan dokter Yuga.
"Enggak ini kang Azam minta pulang,kata nya mau ada yang di kerjakan,"sahut Dokter Yuga.
Kang Azam melotot pada Dokter Yuga,sementara Dokter Yuga tanpa rasa bersalah membereskan alat-alat nya.
"Dewi kami permisi dulu,kalau ada apa-apa tinggal panggil saja,saya sekarang tinggal didekat balai desa,ayo Kang Azam,sudah belum."
"Iya Pak dokter terimakasih kasih, Kang Azam terimakasih juga.
"Iya Neng sama-sama,kalau ada apa-apa Akang siap membantu,"kata Kang Azam sambil tersenyum mata nya tak lepas menatap wajah cantik Dewi.
"Ekhm... ayo Kang,udah belum lepas kangen nya."
Ucapan Dokter Yuga membuat Dewi tertunduk malu dan Kang Azam melihat ke arah lain.
"Akang pulang dulu Neng,"Kang Azam sekali lagi menatap wajah Dewi sebelum ditarik Dokter Yuga keluar.
Emak keluar dari dapur membawa ubi rebus dan kopi dan disimpan dimeja.
"Loh Azam,Pak Dokter mau kemana,ini ubi rebusnya sudah matang,ayo duduk dulu nikmati kopi dan ubi rebusnya.
"Iya Mak makasih,setelah minum kopi dan makan ubi rebus mereka pun pamit pulang.
Ketika Emak sedang beres-beres,bekas kopi dan ubi rebus kang Azam dan dokter Yuga,tiba-tiba di depan pintu sudah berdiri Kang Jejen sedang menatap Emak."
"Loh kang Jejen kenapa berdiri saja, ayo masuk?"Emak mempersilahkan Kang jejen masuk.
"Iya Mak,makasih,"kang Jejen duduk di kursi bambu, Kang Jejen terlihat gelisah,"Mak Dewi ada saya mau ada perlu.
"Ada nanti Emak panggil kan, Dewi,Dewi ada kang Jejen." Emak memanggil Dewi untuk keluar dari kamar.
Dewi keluar dari kamar duduk di depan kang Jejen,"ada apa Kang tumben?"
"Ehm anu Neng,apa kamu mau ikut nari malam ini untuk manggung,Sari tidak tahu ada dimana, Akang sudah menerima uang DP nya,mau ya.
Dewi diam ia menghela nafas panjang,"tidak tahu Kang, rasanya sakit ketika kita dibuang."
"Maafkan akang Dewi,Sari memaksa Akang, Akang tidak berdaya,karena ada dia sekarang sanggar rame panggilan,kalau tidak dituruti Akang takut sanggar kita bangkrut dan tutup,banyak orang yang bergantung pada sanggar itu Dewi."
Dewi terdiam,ia termenung," Baik ah kang,Dewi akan datang, sekarang mending Akang pulang saja."
Kang Jejen sebenarnya ingin berbicara banyak hal seperti dulu, tapi terlihat Dewi segan, dengan kecewa kang Jejen pergi dari rumah dewi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ
kang Azam sama pak dokter
galii ituu. asal santett
jangan di biarinn balik lagii
2024-12-12
0
MasWan
dasar gelo sia darso
2025-01-10
0
FiaNasa
Mak Dewi nih pasti lua disuruh gali dibawah kamar Dewi malah gak dikerjakan
2024-10-13
1