Kematian Ita

Pagi itu Dewi sudah bersiap siap pergi,setelah membantu Emak nya di dapur,ia sudah sepeda nya bermaksud ke tempat Ita.

Dari dalam kamar bapak nya keluar,"Neng, Bapak bagi uang nya,uang bapak sudah habis kemarin."

Dewi menghela nafas panjang,"Pak kan baru kemarin Dewi kasih uang ke bapak, masa uang 10 ribu udah habis dalam satu hari,lagian Dewi sudah tidak punya uang Pak, sekarang kan dari saweran dan bayaran menari cuma dapat sedikit,sudah Pak hentikan kebiasaan judi Bapak."

"Brukh... Bapak mengebrak meja yang ada didekatnya, sampai kopi yang masih panas di meja tumpah,"kamu ngajari orang tua,sudah hebat kamu, berani kamu,"Bapak melotot pada Dewi.

"Ampun pak,bukan seperti itu, Dewi hanya tidak mau bapak membuang uang percuma kasian Emak,coba Emak kerja seharian diladang uang nya diambil bapak buat judi,belum nanti uang Dewi juga bapak ambil,sampai kapan pak."

"swinggg piring berisi singkong rebus melayang ke arah kepala Dewi,Dewi berusaha menghindar tapi pelipis nya terkena sedikit sehingga mengeluarkan darah,"prangg.. suara piring jatuh ke lantai tanah.

"Akhhhh.. "Dewi memegang pelipisnya yang berdarah,Emak berlari dari dapur mendengar suara piring pecah.

Ia terkejut melihat piring pecah di lantai dan pelipis Dewi berdarah,"Aya naon ieu( ada apa ini)Dewi,bapak!"Emak memeriksa pelipis Dewi.

"Ajari anak itu sopan santun sama orang tua,jangan songong( enggak sopan)," bapak masih marah dan menunjuk pada Dewi.

"Aya naon Neng,"( ada apa nak) Emak mengajak Dewi ke dapur dan duduk di bale-bale,"kenapa bisa begini Neng."

"Bapak minta duit lagi mak, Dewi sudah tidak punya duit, duit Dewi udah dikasihkan ke Emak sama bapak semua, sekarang mah semua orang hanya ingin menari dengan Sari, Dewi jarang dapat saweran Mak,tapi bapak maksa Mak, malah lempar piring."

"Dasar gelo,( dasar gila),Emak membersihkan luka dipelipis Dewi.

Terdengar suara di luar Ica memanggil Dewi,sepertinya ia memanggil sambil menangis,"Teh Dewi,Teh Dewi.."

Dewi dan Emak cepat-cepat keluar rumah,walaupun ada Bapak diruang tamu Bapak seperti tidak perduli ada orang yang datang.

"Ada apa ca,"Dewi melihat Ica menangis.

"Ica, ayo duduk dulu,"Emak membimbing Ica duduk di bale-bale didepan rumah.

"Dewi, Emak.. "dengan suara terbata-bata,Ica berusaha menyampaikan sesuatu,"Mak, Ita..itu Ita."

"Iya kenapa Ita,"dada Dewi berdebar-debar mendengar nama Ita di sebut,"coba bicara, ada apa dengan Ita,"Dewi mengguncangkan tubuh Ica.

"Ita.. Ita.. meninggal Teh,"tangis Ica kembali pecah."

Tubuh Dewi seketika jatuh terduduk di tanah,ia seperti tidak percaya,ia masih berusaha mencerna ucapan Ica,"Ita meninggal,Ita meninggal,"Dewi seketika menangis.

Emak memeluk Dewi, berusaha menenangkan,Ica turun dari bale ikut memeluk Dewi berusaha menenangkan Dewi, yang berteriak teriak histeris.

Bapak keluar mendengar tangisan dan teriakkan Dewi," orang mati saja heboh,maot nya maot,geus rek di kumaha keun deui( mati ya mati, mau di gimana in lagi),"tanpa perasaan bapak berkata seperti itu pada Dewi.

Dewi berdiri mata nya merah,ia sudah kesal dengan kelakuan bapak nya jadi marah,"Bapak ini tidak punya perasaan ya,Bapak ini terbuat dari apa hati nya, tega ya bapak ngomong seperti itu,tega bapak,sok rek ngomong naon deui ( silahkan mau ngomong apa lagi),"Dewi menghampiri bapak nya,mata nya nyalang menatap kearah bapak nya.

"Eh Darso,kalau tidak bisa ngomong yang baik,sana pergi, atau nanti saya adukan kelakuan Bapak sama nek Ipah, mau Bapak begitu?"Emak berteriak marah,memanggil bapak hanya dengan namanya.

"Huh,bisa na ngadu wae ( bisa nya cuma ngadu aja) kemudian Bapak pergi sambil meracau.

"Udah ayo Neng kita kesana, Emak juga mau kesana,enggak usah didengarkan perkataan Bapak kamu,"Emak menuntun Dewi untuk duduk lalu ia masuk mengambil beras dimasukkan ke dalam baskom.

"Ayo Neng,kita pergi,kita jalan kaki saja,"Emak mengajak Dewi dan Ica berangkat ke rumah Ita.

Mereka telah sampai didepan rumah Ita,disana sudah banyak yang datang melayat tapi mereka tidak mau masuk, bahkan tidak ada yang mau masuk dan membaca kan Yasin untuk nya.

Dewi,Emak dan Ica masuk, terlihat Emak nya Ita dan Bapak nya duduk didekat jenazah Ita wajah mereka kusut.

"Mak,"Dewi mendekati emaknya Ita,sedangkan Emak nya Dewi langsung ke belakang membantu didapur.

Begitu melihat Dewi dan Ica, Emak Ita langsung menangis dan memeluk Dewi,"Neng, kenapa secepat ini Ita harus pergi,harusnya Emak yang di ambil bukan Ita,biar kan Emak yang sudah tua ini saja yang pergi,kenapa harus Ita,"Emak Niti menangis pilu,apalagi kematian Ita seperti ini.

"Sabar Mak,saya juga tidak percaya tapi semua sudah takdir,kita tidak bisa berbuat apa-apa."Dewi berusaha menghibur Mak Ita,padahal hati sendiri pedih,ia tidak rela Ita meninggal seperti ini.

"Mak Dewi mau ambil wudhu dulu,Dewi mau baca Yasin buat Ita biar dia bisa tenang disana," Dewi melepas pelukan Emak Ita,ia kemudian mengajak Ica untuk mengambil wudhu dan ngaji.

Setelah selesai membaca Yasin, Dewi keluar bersama Ica,ia duduk didepan bersama yang lain,disana ada juga Kang jejen, Kang Azam dan dokter Yuga.

Kang Azam mendekati Dewi," sabar ya,"direngkuh nya tubuh Dewi dalam pelukan nya,Dewi menangis di pelukan Kang Azam.

"Kang, apakah Nek Ipah sudah pulang?"

"Belum Neng, Akang tidak bisa menemukan desa itu."Kang Azam kembali memeluk Dewi menguatkan nya.

Sari yang baru datang kesal melihat Dewi di peluk Kang Azam,ia langsung duduk didekat dokter Yuga sambil menyindir Dewi,"orang lain berduka,eh ini malah asyik pelukan."

Semua yang ada di situ terkejut, termasuk dokter Yuga,"Neng Sari yang paling cantik,Kang Azam cuma sedang menenangkan Dewi,Eneng Sari kalau mau dipeluk,nanti biar di peluk saya gimana,"Dokter Yuga berusaha merengkuh bahu Sari tapi Sari menepiskan nya.

"Enggak mau,aku ingin Kang Azam yang memelukku,"Sari kemudian pergi dari situ menuju ketempat para penari lain.

Menjelang sore jenazah Ita sudah di kubur kan,semua orang yang membantu sudah pulang ke rumah masing-masing,tinggal beberapa orang,termasuk Sari.

Mata Dewi tak lepas selalu memperhatikan sari,ia yakin kematian Ita adalah ulah dari sari.

Kang Azam mengajak Dewi pulang,ia melihat wajah Dewi sedikit pucat,"Dewi,Neng pulang yuk,kamu harus beristirahat lagian kamu juga belum makan."

"Iya kang aku pamit dulu pada Emak Ita,"Dewi beranjak untuk berpamitan,setelah itu,ia menghampiri Kang Azam,tapi ketika ia melihat Sari sedang sendiri Dewi langsung mendekatinya.

"Aya naon maneh( ada apa kamu)?"kata Sari melihat Dewi mendekatinya.

"Heh,aku tahu apa yang Ita alami adalah karena ulah mu kan?Kamu yang mengirimkan santet pada nya,ingat apa yang kamu lakukan sekarang itu akan berbalik padamu nanti nya, camkan itu,"setelah puas mengeluarkan kekesalannya Dewi pergi meninggalkan Sari.

Sari hanya tersenyum sinis,"tunggu saja giliranmu Dewi,aku akan membuat kamu merasakan lebih dari yang Ita rasakan."

Kang Azam terkejut melihat Dewi berbalik dan pergi mendekati Sari,dia khawatir akan terjadi keributan,tapi terlihat Sari hanya tersenyum sinis ketika Dewi bicara.

Ketika Dewi sudah dekat,Kang Azam menanyakan apa yang tadi Dewi katakan pada Sari,"kamu tadi bicara apa sama Sari?"

"Enggak apa-apa Kang,ayo kita pulang kang,aku lelah sekali."

"Ayo,loh pelipis mu kenapa?" ta

"Dilempar piring sama Bapak."

"Masya Allah tega sekali Bapak kamu,sama anak perempuan kok begitu sih,sakit enggak Neng?"

"Udah enggak Kang,paling perih sedikit,tapi nanti juga hilang."

"Ya udah ayo pulang,"Kang Azam naik ke motor diikuti Dewi yang bonceng dibelakang tangan nya dilingkarkan pada pinggang Kang Azam.

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ

bapaknya kolotan
udah g mau nyarii duit doyan nya judii mulu

2024-12-11

0

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

ih, si bapak kasar amat

2024-11-19

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ

Gedeg sama sari
ada gitu manusia model bgtu

2024-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Dewi dengan Kang Azam
2 Mencari tempat Mbah Jarwo
3 Sari melakukan ritual
4 Susuk Nyi ronggeng
5 Kepulangan Sari
6 Kembalinya Sari
7 Dewi dijodohkan dengan juragan Karta
8 Dewi di pukulin bapak nya
9 Santet untuk Ita
10 Ita kena santet
11 Mencari obat untuk Ita
12 Dewi kembali ke sanggar
13 kesempurnaan Ilmu pelet Sari
14 Manggung di tempat juragan Karta
15 Ita sakit aneh
16 Derita Ita
17 Kematian Ita
18 Dewi disantet
19 permintaan Kang Jejen
20 Mbah jarwo
21 Perseteruan Dewi dan Sari
22 Ambisi Sari
23 Bab 23 Malam perjanjian
24 Ica jatuh dari atas panggung
25 Kang Azam kena pelet
26 Kematian Dokter Yuga
27 Malam kematian Dokter Yuga
28 Kepedihan Dewi
29 Dewi pergi ke tempat nek Ipah
30 Hilangnya pengaruh pelet Sari pada Kang Azam
31 Sari berusaha mencelakai kang Azam dan Dewi
32 Dewi di lamar kang Azam
33 Dendam dan kecemburuan Sari
34 Santet untuk Nek Ipah
35 Nek Ipah terkena santet
36 Guna-guna untuk Azam
37 Kang Azam terkena guna-guna
38 Membawa Kang Azam ke Cirebon
39 Perjalanan Menuju Cirebon
40 Sampai di pesantren
41 Dewi mencari obat untuk Nek Ipah
42 Pembukaan sanggar nyai Sari
43 Tumbal untuk nyi ronggeng
44 Kematian ponakan juragan Karta
45 Kematian Mamad
46 Dewi dan pak ustadz diminta menemui Mbah Jarwo
47 Mbah Jarwo pergi menemui kyai Basir
48 Mencari cara melawan Nyi ronggeng
49 mencari cara melawan Nyi ronggeng (memangil dukun)
50 Mencari cara melawan Nyi ronggeng( tewasnya Dukun)
51 Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng
52 Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng (pulangnya Kang Azam)
53 Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (mengadakan ronda)
54 Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (pernikahan Azam dan Dewi )
55 Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng ( pengakuan Sari )
56 Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kang Azam dan kang Jejen masuk hutan)
57 Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kemarahan warga)
58 Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (Kematian Sari)
59 Memusnakan tempat nyi ronggeng (pengakuan Ica)
60 Akhir dari nyi ronggeng
61 Akhir kisah
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Pertemuan Dewi dengan Kang Azam
2
Mencari tempat Mbah Jarwo
3
Sari melakukan ritual
4
Susuk Nyi ronggeng
5
Kepulangan Sari
6
Kembalinya Sari
7
Dewi dijodohkan dengan juragan Karta
8
Dewi di pukulin bapak nya
9
Santet untuk Ita
10
Ita kena santet
11
Mencari obat untuk Ita
12
Dewi kembali ke sanggar
13
kesempurnaan Ilmu pelet Sari
14
Manggung di tempat juragan Karta
15
Ita sakit aneh
16
Derita Ita
17
Kematian Ita
18
Dewi disantet
19
permintaan Kang Jejen
20
Mbah jarwo
21
Perseteruan Dewi dan Sari
22
Ambisi Sari
23
Bab 23 Malam perjanjian
24
Ica jatuh dari atas panggung
25
Kang Azam kena pelet
26
Kematian Dokter Yuga
27
Malam kematian Dokter Yuga
28
Kepedihan Dewi
29
Dewi pergi ke tempat nek Ipah
30
Hilangnya pengaruh pelet Sari pada Kang Azam
31
Sari berusaha mencelakai kang Azam dan Dewi
32
Dewi di lamar kang Azam
33
Dendam dan kecemburuan Sari
34
Santet untuk Nek Ipah
35
Nek Ipah terkena santet
36
Guna-guna untuk Azam
37
Kang Azam terkena guna-guna
38
Membawa Kang Azam ke Cirebon
39
Perjalanan Menuju Cirebon
40
Sampai di pesantren
41
Dewi mencari obat untuk Nek Ipah
42
Pembukaan sanggar nyai Sari
43
Tumbal untuk nyi ronggeng
44
Kematian ponakan juragan Karta
45
Kematian Mamad
46
Dewi dan pak ustadz diminta menemui Mbah Jarwo
47
Mbah Jarwo pergi menemui kyai Basir
48
Mencari cara melawan Nyi ronggeng
49
mencari cara melawan Nyi ronggeng (memangil dukun)
50
Mencari cara melawan Nyi ronggeng( tewasnya Dukun)
51
Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng
52
Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng (pulangnya Kang Azam)
53
Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (mengadakan ronda)
54
Hilangkan tusuk konde Nyi ronggeng (pernikahan Azam dan Dewi )
55
Hilangnya tusuk konde Nyi ronggeng ( pengakuan Sari )
56
Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kang Azam dan kang Jejen masuk hutan)
57
Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (kemarahan warga)
58
Hilangnya tusuk konde nyi ronggeng (Kematian Sari)
59
Memusnakan tempat nyi ronggeng (pengakuan Ica)
60
Akhir dari nyi ronggeng
61
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!