Kayra terlihat semakin kurus dan pucat,
Tubunya juga semakin terkesan ringkih.
sejak ia tahu dirinya hamil, ia kehilangan nafsu makannya.
Saat tidur pun ia tak lagi bisa nyenyak.
Meski sebenarnya jabang bayi dalam kandungannya itu tidak mengganggunya apalagi merepotkannya.
Namun tetap hati dan fikirannya tetap terasa kacau.
Dan hal itu sangat berpengaruh pada tubuh dan kejiwaannya.
Apalagi ketika bu Novi menolak permintaan sang ibu untuk membawanya kembali ke kampung.
Ia seolah semakin kehilangan semangat untuk hidup.
Pagi ini bi Rahma mengajak Kayra keluar kamar.
Ia mengajak anak tirinya itu berjemur di halaman belakang sambil menemani bi Rahma menjemur pakaian.
Lama lama ia merasa tak tega juga melihat Kayra yang hanya diam terpekur di dalam kamarnya.
Kayra duduk di kursi tunggal yang terletak tak jauh dari sang ibu sedang beraktifitas.
Sebenarnya ia berniat membantu, tapi sang ibu melarangnya dan malah memintanya untuk duduk saja.
Bi Rahma melakukan aktifitasnya sambil sesekali memperhatikan Kayra.
Diam diam hatinya berdenyut nyeri melihat perubahan fisik dan sikap Kayra saat ini.
Usia kandungan Kayra baru menginjak tiga bulan.
Tapi anak tirinya itu sudah terlihat jauh lebih kurus dan pucat.
Kayra juga tak lagi banyak bicara.
Kayra cenderung diam.
" bi Rahma....ibu memanggilmu " mang Jaja memanggil bi Rahma,
Kemudian mang Jaja menatap sendu ke arah Kayra.
Bi Rahma menoleh ke arah mang Jaja.
Keningnya sedikit berkerut melihat tatapan sendu mang Jaja kepada Kayra.
" ada apa mang, kenapa melihat Kayra seperti itu ?! " tanya bi Rahma kepada mang Jaja.
" tidak ada Rahma, buruan gih...ibu memanggil kamu " jawab mang Jaja kemudian berlalu lebih dulu meningalkan tempat itu.
Raut wajah pria itu terlihat sedih dan banyak pikiran.
" iya mang...aku segera ke.sana " jawab bi Rahma cepat.
Mang Jaja hanya mengangguk saja, tapi pria terus melanjutkan langkahnya tanpa berhenti.
Kemudian bi Rahma pun mendekat kepada Kayra.
" jangan kemana mana..." pesan bi Rahma kepada Kayra sebelum pergi.
Kayra mengangguk.
Bi Rahma melangkah meninggalkan tempat itu.
Sementara Kayra.
sepeninggal sang ibu, adis itu bangkit dari duduknya dan menggantikan pekerjaan sang ibu menjemur pakaian yang masih tersisa.
panas matahati tak begitu terik, namun entah kenapa Kayra merasakan kepanasan.
Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan sang ibu yang tertunda.
Tiba tiba ia merasakan kepalanya berkunang kunang.
Pandangan matanya tiba tiba mengabur.
Kayra berusaha meraih tiang tempat jemuran namun gagal,
Tubuhnya lebih dulu terhuyung ke belakang.
Kayra memejamkan matanya dan pasrah punggungnya akan menyentuh lantai.
Namun nyatanya, ia tak junjung merasakan benturan pada punggungnya.
" sampai kapan kau akan menyandarkan tubuhmu padaku ?! Apakah tubuhku membuat mu senyaman itu ?! " sebuah pertanyaan menyapa gendang telinga Kayra.
Gadis itu sontak membuka matanya dan segera menarik tubuhnya itu.
Saat ini posisinya memang .sedang berada dalam pelukan seseorang.
Kayra menjauh.
" ada apa, apa kau sakit ?! kenapa kau pucat sekali ?! Apa ada sesuatu dengannya hingga membuatmu kesakitan begini ?! " tanya Fakry lagi.
Ya...
Seseorang itu adalah Fakry.
Kayra menggeleng dengan cepat.
"kau pucat sekali, kau harus ke dokter....aku akan mengantarmu " kata Fakry lagi
Tangan pria itu telah terulur hendak meraih jemari Kayra, tapi gadis itu menghindar.
Fakry menatap Kayra.
" kau sakit, wajahmu juga sangat pucat. Kau harus periksa ke dokter " kata Fajry lagi dengan nada lembut.
Kayra diam tak menjawab, gadis menundukkan kepalanya dalam dalam.
Berada bersama Fakry seperti ini membuatnya semakin tersiksa.
Ingatannya segera melayang pada kejadian malam itu, di mana Fakry memaksanya dan menggagahi dirinya dengan begitu brutalnya.
Tak hanya sekali,
Pria itu bahkan melakukannya berkali kali kepadanya.
Hingga tubuhnya terasaa luluh lantak dan tulang tulangnya.seolah lepas dari persendiannya.
Belum bagian intinya yang terasa perih bagai di iris iris.
Kayra bahkan seolah masih bisa merasakan hal itu dengan jelas.
Dan itu sungguh membuatnya bergidik ngeri.
Fakry hendak melangkah mendekat ke pada Kayra ketika suata bi Rahma menghentikan langkahnya.
" calon suaminya yang akan mengantarkan Kayra ke rumah sakit mas, Mas Fakry tidak perlu repot repot " kata bi Rahma.
Fakry segera menoleh ke pada bi Rahma, kening pria itu mengerut dan matanya menyipit.
" calon suami ?! Siapa ?!." tanya Fakry kemudian.
entahlah, tiba tiba ada sekelumit rasa tak terima jauh di sudut hatinya mendengar kata calon suami dari bibir bi Rahma.
Bi Rahma melangkah mendekat dan mendekap bahu Kayra.
" mas Fakry tanyakan saja sama mama mas Fakry. Tapi yang jelas..sudah ada yang akan bertanggung jawab pada Kayra jadi mas Fakry tidak perlu repot repot menawarkan bantuan " kata bi Rahma.
" bi...tapi dia " kata kata Fakry tak berlanjut, pria itu malah terdiam.
" dia apa mas ?! " tanya bi Rahma.
Fakry terdiam tak menjawab.
Tatapan mata bi Rahma telah berubah sedikit sinis.
" permisi mas, saya harus segera membawa Kayra masuk ke kamar, saya rasa dia sudah terlalu lama di luar "
" biar saya bantu "
" tidak perlu mas, seperti yang sudah saya katakan mas Fakry tidak perlu repot repot.
Permisi " kata bi Rahma lagi.
" ayo Kayra, kamu harus segea bersiap......sebentar lagi mang Jaja akan mengantarmu perisa ke bidan.
Kamu haris memeriksakan anak kamu " kata bi Rahma sedikit lirih sambil melewati Fakry.
Kening Fakry berkerut mendengar nama mang Jaja di sebut bi Rahma.
Tanpa sadar, pria itu mengikuti langkah bi Rahma yang membimbing Kayra menuju kamarnya.
" kenapa harus mang Jaja bi, biar aku yang akan mengantar Kayra periksa ke bidan " kata Fakry kemudian.
Bi Rahma menghentikan langkahnya.
Kini ia telah berada di depan pintu kamar Kayra.
" memangnya kenapa dengan mang Jaja dan kenapa harus mas Fakry yang mengantar Kayra periksa ?! " tanya bi Rahma.
Kembali Fakry tergagap.
Sekali lagi Fakry tak bisa menjawab.
Kemudian dengan wajah kesal Fakry meninggalkan tempat iti begitu saja.
Bi Rahma melanjutkan langkahnya membimbing Kayra yang hanya terdiam masuk ke dalam rumah.
Seseorang di di balik dinding yang sejak tadi melihat interaksi Kayra dan Fakry menghela nafas.
Ingatannya melayang pada perbincangannya beberapa malam yang lalu bersama sang mama.
Flass on
" biarkan aku yang akan menikahinya ma..." kata Rayyan.
Bi Novi dan pak Rosyid menatap kepada Rayyan yang telah berdiiri di ambang pintu.
" apa maksudmu ?! " tanya Bu Novi.
" jika mama tak rela Fakry menikahi gadis itu, biarkan Rayyan yang mengambil tanggung jawab itu " kata Rayyan.
Sontak bu Novi bangkit dari duduknya.
Wajahnya seketika nampak merah padam.
" apa kau sudah gila, apa kau juga ingin mama mati di hadapanmu.
Bukan Fakry atau kau masalahnya, masalahnya adalah mama tidak mau bermantukan anak seorang pembantu. Kau mengerti sekarang ?! " bentak bu Novi dengan berteriak.
" ma..sabar ma..." kata pak Rosyid sambil mendekap pundak sang istri.
" jadi Rayya....berhenti ikut campur urusan ini, urus masalahmu sendiri " sentak bu Novi lagi.
" ma...tapi...." kata Rayyan terpotong
" cukup...jangan katakan apapun lagi tentang gadis sialan itu,
Jika kau t tidak ingin mama mati di hadapanmu, maka diamlah..." kata bu Novi lagi.
Rayyan menatap bu Novi dengan tatapan penuh tanya.
" Rayyan...." panggil pak Rosyid.
Rayyan pun berlalu dari kamar itu.
Flass off.
Rayyan kembali menghela nafas.
" jadi..mang Jaja pilihan mama ?! " desis Rayyan di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
brasa tuhan ae ki si Novi maen atur jodohin sm mang Jaja 😡😡
2024-10-20
0
G** Bp
mmg mak sableng Bu Novi itu..
anaknya yg berbuat org lain yg di suruh bertanggung jawab 😠
2024-10-10
0
Sugiharti Rusli
rasanya pengen tonjok si bu Novi sih😠😠
2024-09-06
1