Bab. 15.

Mobil keluarga Andien lebih dahulu sampai di hotel karena orang tua Andien sangat ingin segera mendapat jawaban dari cara menyelamatkan Andien dari kejaran Jin. Syahrul pun segera masuk ke dalam kamar untuk bersembahyang.

Mobil yang membawa keluarga Pak Hasto pun telah tiba di halaman hotel.. Mereka semua pun menunggu Syahrul selesai sembahyang. Dan Pungki segera masuk ke dalam kamar sambil menunggu waktu Pungki pun ikut sembahyang di samping Syahrul.

Beberapa waktu kemudian Syahrul telah selesai sembahyang. Setelah menyimpan lagi keris kecilnya ke dalam tas ranselnya. Syahrul segera melangkah keluar dari kamar untuk menemui orang tua Andien dan juga keluarga Hasto yang menunggu dirinya. Mereka semua menunggu di salah satu ruang vip yang ada di dalam hotel itu..

“Bagaimana Rul?” tanya Pak Hasto yang juga sangat penasaran, saat Syahrul masuk ke dalam ruang itu diantar oleh salah satu karyawan hotel. Syahrul segera duduk di salah satu sofa yang ada di antara mereka.

“Fatima lebih baik jangan ikut masuk ke kerajaan jin itu. Pangeran Jin masih ada rasa cinta pada Fatima. Saat ini dia sedang menata hati untuk gadis lain. Jika Fatima muncul di sana dia bisa saja marah. Mungkin tidak akan memperistri Fatima karena Fatima sudah tidak gadis, tetapi dia akan menyandera Fatima di sana.” Ucap Syahrul sambil menatap Fatima.

“Nah benar kan Sayang kamu tidak usah muncul di sana, itu akan mengorek luka hati Pangeran Jin itu.” Ucap Ndaru sambil menggenggam tangan Sang istri tercinta.

“Terus bagaimana dengan Andien?” tanya Papa dan Mamanya Andien..

“Yang terpenting sekarang kita menjemput Andien dengan selamat. Hati Pangeran Jin itu belum begitu terpikat pada Andien tetapi justru Sang Ratu yang sangat ingin menjadikan Andien sebagai menantunya. Karena dari silsilah keluarga Andien, menurut dia akan sempurna untuk keturunannya bisa menguasai alam nyata dan alam gaib. Andien sekarang di sana dalam keadaan pingsan yang dikhawatirkan alam bawah sadar Andien sudah dikuasai oleh Sang Ratu, dan setelah sadar justru Andien yang tidak ingin pulang.” Ucap Syahrul dengan nada serius sambil menatap kedua orang tua Andien.

Mendengar ucapan Syahrul itu Mama nya Andien pun menangis lagi...

“Pa, Andien anak kita satu satunya Pa.. Aku tidak ingin kehilangan Andien apalagi dengan cara seperti ini hu....hu....hu.....” ucap Mamanya Andien sambil menangis tersedu sedu.

“Meskipun Andien akan punya anak yang bisa menguasai dua alam aku tetap tidak mau punya menantu jin huu... huu...huu...” ucap Mamanya Andien lagi.

“Iya Ma..” ucap Papanya Andien sambil memeluk tubuh Sang istri dari samping. Setelah itu dia menatap Syahrul dengan serius.

“Kalau begitu cepat kita ke sana jemput Andien sebelum Andien jiwa dan raganya benar benar dikuasi jin itu. Kamu jangan khawatir tentang biaya semua aku tanggung, aku dan Mamanya Andien akan ikut ke sana.” Ucap Papanya Andien.

“Benar Rul, biar Ndaru pesankan tiket dan segala keperluan di sana.” Ucap Pak Hasto karena Ndaru dulu yang memesankan segala kebutuhan akomodasi dan transportasi di sana.

“Kita masih ada waktu, di sana masih menyiapkan pesta pernikahan itu. Jika kita berdoa, itu bisa sebagai sarana untuk membuat pekerjaan mereka akan menjadi lama.” Ucap Syahrul sambil menatap Pak Hasto dan Papanya Andien yang tampak masih panik.

“Iya tapi yang aku khawatirkan keburu jiwa Andien dikuasai oleh Sang Ratu dan dia tidak mau pulang..” ucap Papanya Andien dengan tidak sabar. Dia pun mengambil hand phone dari saku kemejanya untuk mengecek sendiri penerbangan menuju ke Nusa Tenggara Barat.

“Om lebih baik malam ini kita masih istirahat di sini saja. Kita pikirkan juga kesehatan kita. Toh juga sudah tidak ada penerbangan malam hari. Ada sore hari itu pun transit transit. Justru kita capek dan buang buang waktu saja. Dan waktu kita pun tidak sampai untuk mengejar jadwal pesawat itu.” Ucap Ndaru yang sudah mengecek jadwal penerbangan dan menghubungi hotel tempat mereka dulu menginap di Nusa Tenggara Barat.

“Benar Om, kita cek out besuk pagi dan ikut jadwal penerbangan yang siang.” Ucap Rico yang juga sibuk dengan layar hand phone miliknya untuk mengecek jadwal penerbangan.

“Baiklah.” Ucap Papanya Andien yang menyetujui saran dari dua anak muda itu. Selanjutnya keluarga Andien pun memesan kamar di hotel yang sama untuk beristirahat.

Syahrul pun pamit kembali ke kamar, untuk mengabari Pungki sebab saat tadi dia keluar dari kamar Pungki masih khusyuk berdoa.

Di saat Syahrul sudah masuk ke dalam kamar tampak sosok Pungki duduk berdoa di atas karpet..

“Tumben Pungki bisa tahan sembahyang lama.” Gumam Syahrul dalam hati sambil mendekati Pungki..

“Pung.” Ucap lirih Syahrul sambil memegang kening Pungki. Dia khawatir jika Pungki sakit..

“Istirahatlah dulu, nanti bisa dilanjut lagi...” ucap Syahrul lagi..

Pungki pun mengakhiri doanya..

“Mas Syahrul kenapa menghentikan doaku? Aku sedang berusaha untuk menjalani laku batin ini dengan ikhlas. Aku mohon bantuan dari Allah untuk itu..” ucap Pungki sambil menoleh ke arah Syahrul.

“Bagus itu Pung, kamu harus ikhlas juga jika syarat untuk Andien tidak seperti syarat buat Fatima. Maaf aku sudah menghentikan doa kamu. Aku khawatir kamu sakit dan aku mau kasih tahu kalau besok pagi kita cek out dari sini.” Ucap Syahrul yang masih duduk di dekat Pungki.

“Bentar .. bentar Mas.. maksudnya apa syarat buat Andien tidak seperti syarat buat Fatima?” tanya Pungki sambil menatap serius wajah Syahrul..

“Aku khawatir kamu berharap seperti Ndaru mensyarati Fatima itu.., berharap bisa menjadi suami Andien.” ucap Syahrul sambil menatap juga wajah Pungki, Pungki pun tampak berkedip kedip matanya... sesaat kemudian..

“Iya Mas.. Aku harus ikhlas membantu Andien tanpa pamrih..” ucap Pungki selanjutnya.. Dan Syahrul pun tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepalanya dan menepuk nepuk pelan pundak Pungki..

Dan waktu pun terus berlalu di dalam kamar Syahrul dan Pungki kini terdengar adzan maghrib.. Dua pemuda itu sudah mandi dan sudah berpenampilan rapi dengan kain sarung dan kemeja..

“Alhamdulillah...” gumam Pungki dengan penuh rasa syukur akhirnya dia bisa menjalani puasa hari ini, lalu dia mengambil segelas air mineral di atas meja.

“Mas, makan kunyit nya kapan?” tanya Pungki pada Syahrul.

“Sekarang Pung. Kamu kan sudah boleh buka.” Jawab Syahrul..

“Okey Mas.” Ucap Pungki tampak biasa biasa saja tidak merasa berat untuk mengawali berbuka nya dengan kunyit mentah.. Syahrul justru menatap Pungki dengan penuh heran. Pungki terus melangkah menuju ke mini pantry yang ada di dalam kamar hotel itu.

Terpopuler

Comments

Îen

Îen

semangat up nya kk author😘😘😘😘😘

2024-07-15

1

Îen

Îen

ya allah jd terharu sm pungki.ada apaan tuh dia tbtb bs berubah🤭🤭🤭🤭🤭

2024-07-15

1

Tuxepos Jasmine

Tuxepos Jasmine

haduhhh gimana nih....kayanya gw mulai suka sm karakter si pungki yg dulunya tengil jd meresahkan skr🤭🤭🤭🤭

2024-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!