Icha kini berada di kampusnya dan sudah berkumpul dengan kedua sahabatnya setelah pikirannya sudah tenang. Icha terus membayangkan punggung Juna dari belakang. Dan dia membenarkan apa yang dikatakan Juna padanya.
Icha memutuskan untuk kuat menghadapi semuanya. Dia tidak ingin semua orang melihat dia seperti orang yang lemah. Dia sudah menekankan dirinya untuk tidak mau memikirkan ibunya lagi dan tidak ingin bertemu dengan ibunya. Jalan satu-satunya Icha Icha pergi dari rumah itu. Icha sebenarnya sudah memiliki rumah sendiri, rumahnya itu dibeli dengan uangnya sendiri.
Dia membeli rumah yang disamping rumah Isabella ,sahabatnya itu. Supaya ketika dia bosan sendiri dirumah itu, dia bisa bermain kerumah sahabatnya itu.
" Mulai besok, aku akan tinggal dirumah ku sendiri!" ucap Icha. Isabella dan Romi yang sedang asik berdebat, mereka sangat kaget dengan apa yang diucapkan sahabat mereka.
Merekapun hanya menatap Icha yang lagi asik minum jusnya. Mereka tahu kenapa sahabatnya itu memutuskan akan pindah dari rumah ayahnya itu. Sebenarnya dari dulu mereka menyuruh Icha untuk keluar dari rumah ayahnya.
"Apa ada yang perlu kami bantu?" tany Isabella.
"Selesai kita kuliah, bantu aku angkat barang-barang ku, ya! Selagi mereka tidak dirumah!" ucap Icha.
"Oke!" jawab Isabella dengan senyum. Sedangkan Romi hanya mengangguk kepalanya.
Sesuai dengan kesepakatan, Icha dan kedua sahabatnya pergi kerumah Icha.
"Eh, nona sudah pulang? Tumben pulang cepat, non!" ucap satpam rumahnya, yang bingung melihat nona nya pulang lebih awal.
"Iya, pak!" jawab Icha dengan senyum.
Icha dan kedua sahabatnya itu masuk kedalam rumah, dia melihat keadaan dalam rumahnya sangat sepi. Icha pun langsung cepat melangkah ke kamarnya, dan diikuti kedua sahabatnya itu.
Icha, membawa baju-baju yang dibeli dengan uangnya, sendiri. Sedangkan baju, yang pernah dikasih mama dan adiknya tidak dibawanya. Dia tahu baju yang diberikan mamanya itu karena Raisa yang mengingatkan mamanya, untuk juga membeli bajunya untuknya. Semua foto kenangan dia dengan papanya dan buku-bukunya semua dibawanya. Piala dan piagam yang selama ini didapatkannya selama sekolah juga dibawanya, hanya satu piagam yang ditinggalkannya, yaitu piagam sewaktu dia berlomba membuat puisi untuk mamanya. Dia tidak ingin satu kenangan tentang mamanya dibawanya, karena dia tidak ingin mengingat mamanya lagi.
Icha sebenarnya sakit dan sedih meninggalkan rumah dimana ada kenangan bersama papanya. Tapi kalau dia tinggal disitu terus, akan membuat dia mengingat tentang rasa sakit yang ditorehkan mamanya padanya.
Semua barangnya dimasukkan kedalam, kotak dan dimasukkan kedalam mobil Romi. Saat mereka membawa kotak barang-barang Icha, Pembantu yang sudah kelihatan tua, yang sudah dianggap Icha sebagai ibunya.
"Non, mau bawa kemana barang-barangnya?"
"Bibi Mey!" ucap Icha, Icha pun langsung meletakkan barangnya kelantai.
"Kalian, masukkan saja dulu!" ucap Cinta kepada kedua sahabatnya. Kedua sahabatnya itu pun langsung menganggukkan kepalanya. Icha pun langsung mendekati bibi Mey.
"Bi, Icha akan pindah dari rumah ini. Icha, sudah menyerah bi, melihat sifat mama yang selalu mengabaikan Icha!" ucap Icha dan langsung memeluk bibi Mey.
Bibi Mey pun merasakan kesedihan apa yang dirasakan Icha. Dia hanya bisa mengeluarkan punggung nona nya itu saja. Dia tahu, kalau nyonya nya tidak pernah sekalipun menyayangi Icha, semenjak Icha lahir ke dunia ini. Jadi di mengerti, kalau saat ini Icha pergi dari sini.
"Apa boleh bibi tahu, non tinggal dimana?" tanya bibi Mey.
Icha pun langsung melepaskan pelukannya dari bibi Mey, Icha langsung mengeluarkan hpnya dan langsung mengirim alamatnya ke nomor bibi Mey.
"Icha sudah mengirim alamat Icha. Tapi, Icha mohon pada bibi pada bibi, jangan pernah kasih tahu alamat Icha pada mereka. Dan jangan kasih tahu pada mereka kalau Icha pergi. Biarkan saja, mereka menyadarinya sendiri.
"Baik, non!" ucap Bibi Mey.
"Icha pergi dulu ya, bi! Kalau bibi datang, pintu rumah Icha selalu terbuka untuk bibi Mey dan keluarga bibi!" ucap Icha.
"Iya, non! Non, jaga kesehatan ya!" ucap Bibi Mey lagi. Icha pun mengangguk kepalanya dan memeluk bibi Mey sekali lagi. Setelah itu Icha pun langsung pergi membawa barangnya. Bibi Mey sangat sedih melihat nona mudanya pergi dari rumah ayahnya sendiri. Tidak ada satupun pembantu yang tahu kalau Icha pergi, karena mereka sibuk didapur.
***
Icha dan kedua sahabatnya itu sudah berada didalam rumah Icha. Meskipun rumah itu tidak pernah ditempati Icha rumah itu tampak bersih, sekali 3 hari Icha selalu memanggil orang untuk membersihkan rumah Icha.
Isabella memberi tahu pada orang tuanya, kalau Icha akan tinggal dirumah yang dibeli Icha sendiri, rumah yang disamping rumah Isabella. Orang tua Isabella sangat senang mendengarnya, karena mereka sudah tahu apa yang terjadi pada sahabat anak mereka.
Papanya Isabella adalah seorang dokter spesialis dalam, jadi sangat sibuk dengan pasien nya, sehingga dia tidak bisa ikut menyambut dan membantu Icha. Hanya mamanya Isabella saja yang bisa membantu Icha. Kedua orang tua Isabella sudah menganggap Icha seperti puteri mereka sendiri. Begitu juga kedua orang tua Romi yang sudah menganggap Icha dan Isabella sebagai anaknya.
"Tante sangat senang kamu tinggal disini! Berarti ada teman Tante yang bisa membantu Tante masak!" ucap Silla, mamanya dari Isabella sambil merapikan barang-barangnya Icha.
"Hahaha. Iya, Tante Icha akan bantu Tante. Memang putri Tante tidak mau membantu Tante masak?" tanya Icha sambil menggoda sahabatnya itu.
"Ya, ampun boro-boro mau membantu masak, Pegang pisau saja tidak bisa!" ucap Silla sambil ketawa dengan melirik putrinya yang juga lagi sibuk membantu menyusun barang Icha.
Hahahaha
"Ya, ampun Bel! Kamu itu perempuan! Masa pegang pisau saja tidak tahu!" ledek Romi pada Isabella.
Tok...
Kepala Romi dipukul Isabella, karena Romi berada didekatnya.
"AW...sakit tahu!" ucap Romi sambil mengelus kepalanya dengan wajah kesal.
"Makanya, jangan ketawa!" ucap Isabella dengan kesal juga.
"Mama, Jagan jelek kan anaknya Napa, sih!" ucap Isabella sambil menghentakkan kakinya kelantai dengan muka merenggut.
"Hahaha. Memang kenyataan sayang!" ucap Silla sambil tersenyum.
"Sudah tidak usah protes, kalau kenyataannya. Sudah kerjakan tugas mu!" ucap Romi lagi sambil berlari menjauh dari Isabella, dia takut kepalanya kena tokok lagi dari Isabella.
"Romi!" jerit Isabella dengan kesal.
***
Raisa dan mamanya pergi ke butik yang sangat terkenal di kota mereka. Mereka sangat sibuk mencari gaun untuk Raisa. Mamanya tidak pernah peduli dengan harga gaun itu, Yanng penting putrinya harus kelihatan sangat cantik.
"Bagaimana dengan ini, ma?" tanya Raisa setelah keluar dari ruang ganti.
"Wah, Putri mama sangat cantik! Mama suka!" ucap Mamanya.
"Ya, sudah Raisa pilih yang ini yah, ma!" ucapnya dengan manja.
"Oke sayang!" jawab mamanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ilan Irliana
mngkin dlu mama m papa'y icha korban prjodohn x y...mama icha g cnt m papa icha....mama icha cnt'y m papa raisya x....mk'y mama icha bnc m icha..
2021-07-18
0
malirisia
kasian ibu kandung seperti ibu tiri
2021-01-27
0
Lindra Yadi Ilin
mama icha gila ya
2020-12-27
1