Ini untuk pertama kalinya Tim Ribut kumpul di luar sekolahan, entah sejak kapan keempat gadis tersebut menyetujui jika mereka juga termasuk anggota dari Tim Ribut yang dibentuk oleh Yusuf.
"Gue juga pengen di izinin naik mobil kayak lo, Bil." seru Renata.
"Gue aja penuh perjuangan buat ngrayu Ayah tau!" gerutu Abilla.
"Gue mau naik sepeda kayak Nafysa, tapi rumah gue jauh jadi gue naik angkot aja" ujar Erika.
"Alasan aja, bukannya lo gk bisa naik sepeda" saut Renata.
Yusuf tertawa mendengar kebenaran tentang Erika, "Naik sepeda aja gak bisa, malu-maluin aja" ledek Yusuf.
"Serah gue lah, yang gak bisa naik sepeda kan gue kenapa lo yang sewot" gerutu Erika.
"Er sebenernya gue pengen anter jemput lo, gue tuh kasihan kalo lo sekarang naik angkot semenjak putus dari Rendi, apalagi daerah sini tuh rawan kejahatan, kemarin aja waktu gue pulang jalan kaki, gue lihat ada pria yang ditodong" ujar Abilla.
"Lo jangan nakut-nakutin gue, Bil."
"Rumah Lo kan searah sama Ucup, kenapa lo gak nebeng dia aja sih" saran Renata.
"Bener tuh" ucap Abilla.
"Ogah" jawab Yusuf dan Erika bersamaan.
"Kenapa sih kalian gak bisa akur" gerutu Abilla, "Gue tuh--" Abilla menghentikan ucapannya ketika ia melihat pegawai restoran yang ia kenal tengah keluar dari arah dapur membawa nampan yang berisi makanan yang mereka pesan.
"Kenapa, Bil?" tanya Nafysa.
"Gue ke kamar mandi dulu ya guys" belum sempat teman-temannya mengiyakan ucapannya, Abilla segera berlalu dari tempat duduknya.
"Kenapa tuh bocah" tanya Yusuf.
***
Abilla berdiri di depan wastafel, kedua telapak tangannya mengadah pada kucuran air yang mengalir pada kran wastafel kemudian ia usapkan kewajahnya beberapa kali. Abilla menatap ke cermin yang berada di depannya beberapa saat sebelum ia mengambil tisu untuk mengeringkan wajahnya.
"Apa dunia ini selebar daun kelor ya?" gumam Abilla dalam hati, "Kenapa gue harus ngehindar, lagian belum tentu dia mengenaliku" duganya kemudian.
Setelah ia merasa sedikit tenang karena berbagai macam asumsi yang ia mengganggu pikirannya, Abilla keluar dari dalam toilet. Abilla mengambil ponselnya yang ia taruh di dalam saku seragam sekolah, dilihatnya ada beberapa notif chat dari Tim Ribut yang sedang menyuruhnya untuk segera kembali ke meja makan.
BRUKKK...
"Ahh... Maaf maaf...." ucap Abilla dan seorang karyawan restoran pria.
"Kenapa bisa dia lagi sih, percuma tadi gue ngehindar kalo akhirnya juga ketemu lagi" gerutu Abilla dalam hati ketika ia melihat seseorang yang sedang bertabrakan dengan dirinya.
"Maaf Mbak, saya tadi kurang fokus berjalan karena sedang mengecek ponsel" ucap pria tersebut.
"Saya juga minta maaf, tadi saya juga gak memperhatikan jalan" jawabnya sembari mengambil ponselnya yang jatuh ke lantai.
Abilla berlalu meninggalkan pria tersebut setelah ia meminta maaf padanya.
"Mbak" panggil pria tersebut hingga menghentikan langkah Abilla dan menoleh ke arahnya, pria tersebut berjalan mendekatinya.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya.
"A-anu... Umm..." Abilla gelagapan, sorot matanya mencoba menghindari tatapan pria tersebut yang seperti tengah membaca pikirannya.
"Sepertinya tidak, saya baru kali ini lihat anda" bantah Abilla.
"Ohh... Maaf, karena saya merasa pernah bertemu dengan anda"
"Mungkin dijalan anda pernah berpapasan dengan saya" elak Abilla.
"Anda benar, mungkin saya pernah berpapasan dengan anda dijalan" ucapnya dengan tersenyum dan Abilla pun juga ikut tersenyum dengan canggung.
"Apa masih ada yang ingin anda tanyakan?"
"Sepertinya sudah tidak ada, maaf kalo saya mengganggu waktu anda dan maaf juga karena tadi terlalu fokus sama ponsel sampek lupa memperhatikan jalan hingga menubruk anda"
"Tidak apa-apa, tadi saya juga fokus pada ponsel, jadi bukan salah anda sepenuhnya"
"Kalo begitu saya permisi dulu" Abilla berpamitan. Setelah pria tersebut mengiyakan, Abilla segera melangkahkan kakinya untuk kembali bersama teman-temannya yang sedari tadi menunggunya.
"Lo lama banget sih, Bil"
"Ngapin aja lo di toilet?"
"Gue laper banget nih gara-gara jamuran nungguin elo"
"Lo ketiduran di toilet, Bil?"
Ocehan dari teman-temannya serasa sangat mengganggu pendengarannya, "Kalian bisa diam gak? Suara kalian tuh mencemari lingkungan tau" jawab Abilla jengah.
***
Ditempat tidur seperti biasanya Abilla selalu mendengarkan musik di radio setelah belajar, entah kenapa ia sebegitu cintanya dengan radio padahal jika ingin mendengar musik, ia tinggal memainkannya saja lewat ponsel tanpa harus menelpon penyiar radio.
Abilla ingin request sebuah lagu kepada penyiar radio kemudian ia mengambil ponsel miliknya yang ia letakkan di atas nakas kemudian ia menekan tombol yang terletak pada samping kanan ponsel.
Abilla terbelalak ketika melihat layar ponsel tersebut. "Astaga..." ucapnya seraya menepuk jidatnya, "Kenapa gue selalu berurusan sama laki-laki itu lagi sih“ gerutunya.
Abilla membolak-balikan ponsel tersebut berulangkali, "Kenapa bisa sama persis begini, sih?" gumamnya, "Pantesan saja waktu di perempatan jalan lampu merah gue melakukan hal yang memalukan" Abilla teringat kejadian waktu di perempatan lampu merah ketika ia berangkat ke sekolah naik ojek online, saat itu ponsel milik pria tersebut yang berdering namun Abilla mengira bahwa ponselnya yang berdering.
Abilla keluar dari kamar tidurnya, ia mencari keberadaan ibundanya, "Bun ... Bunda ...." Teriaknya ketika baru membuka pintu kamar miliknya.
"Iya sayang, Bunda di ruang tengah" saut Diah menjawab panggilan sang putri tersayangnya itu.
Abilla yang mendengar jawaban sang Bunda langsung saja menghampiri bundanya ke ruang tengah, ia melihat ibundanya sedang menonton televisi kemudian ia langsung mendudukkan tubuhnya tepat disamping bundanya.
"Kenapa belum tidur" ucap Diah seraya membelai rambut Abilla, "Ada apa?" lanjutnya kemudian.
"Bun, Billa pinjem ponsel" ucap Abilla mengutarakan keinginannya.
"Buat apa? Ponsel Billa kemana?"
"Billa mau nelpon orang karna ponsel Billa ketuker" jawab Abilla dengan mengerucutkan bibirnya.
"Kok bisa?" tanya Diah dengan mengerutkan keningnya.
Abilla menunjukan ponsel yang ia bawa kepada Diah, kemudian Abilla menceritakan kronologinya yang menyebabkan ponselnya ketukar. Diah mengambil ponsel miliknya dan memberikan kepada Abilla, tanpa pikir panjang Abilla langsung menelpon ponselnya yang ia yakini dibawa oleh pria yang bekerja di restoran tempat Abilla dan teman-temannya dari tim ribut nongkrong.
Abilla mengerutkan dahinya karena tak mendapat jawaban dari ponselnya, ia mencoba kembali untuk menelpon ponselnya namun hasilnya tetep sama hingga ia menelponnya berulang kali hingga terdapat puluhan panggilan keluar, Abilla begitu geram karena tidak ada jawaban dari ponselnya hingga ia memilih mengetikkan pesan singkat ke nomor ponsel miliknya.
"Ini, Bun." Abilla mengembalikan ponsel milik bundanya tersebut.
"Mungkin dia udah tidur, lagian ini udah malem" tutur Diah menenangkan Abilla yang terlihat sangat kesal. "Ya udah sana kamu tidur, besok kamu sekolah, loh."
"Billa tidur dulu, Bun." Diah mencium kening Abilla kemudian mengusap lembut punggung Abilla.
***
Drrrttt... Drrrttt...
Abilla tengah asyik membenarkan dasi di kerah bajunya, ketika ia mendengar suara dering ponsel yang ia letakkan di atas nakas ia langsung mengambilnya, ada satu pesan namun Abilla ragu untuk membukanya.
"My love" gumam Abilla ketika membaca nama yang tertera pada layar ponsel tersebut
"Gimana nih? Kekasihnya mengirim pesan apa gue baca aja ya" pikir Abilla, "Enggak, Ah! Entar gue dikira lancang lagi" Abilla kembali meletakkan ponsel tersebut namun panggilan masuk kembali ia dapatkan dari ponsel itu lagi.
"Duh, gimana nih" Abilla sedikit cemas, "Pasti kekasihnya panik mencari kabar cowoknya, tapi kalo dia denger suara gue entar gue dikira pelakor dong"
"Gue angkat aja deh, entar bisa dijelasin" Abilla menggeser tombol warna hijau pada layar ponsel tersebut namun dering panggilan telah berakhir sebelum Abilla menuntaskan gerakan tangannya.
"Yahh... Keburu mati deh, Sial! Kelamaan mikir sih" gerutunya, namun tanpa menunggu lama ponsel tersebut kembali berdering dan dengan segera ia menggeser ikon tombol warna hijau dan menempelkan ponsel tersebut ke telinganya.
"H-hallo..." ucapnya sedikit ragu.
"Hallo, Mbak" Abilla mengernyitkan keningnya kemudian menatap kembali layar ponsel tersebut untuk memastikan tulisan nama yang tertera dalam panggilan tersebut, ia tidak salah membaca karena memang di layar telpon tersebut bertuliskan my love.
"Kok suaranya laki-laki, apa jangan-jangan dia gay" Abilla membulatkan matanya dengan sempurna ketika ia tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Mbak? Hallo Mbak, apa anda bisa mendengar saya?"
"Aah... I-iya" jawabnya ketika ia tersentak dari lamunannya.
"Mbak, apa kita bisa bertemu untuk menukar ponsel kita yang tertukar?"
"APA?" Abilla sedikit kaget karena ternyata yang menghubungi dirinya adalah pemilik ponsel itu sendiri.
"M-maaf, maksudku adalah bagaimana kalo kita nuker ponselnya nunggu aku pulang sekolah aja, nanti aku akan ke restoran tempatmu bekerja"
"Baiklah, Mbak. Sampai ketemu nanti siang"
Setelah mengakhiri panggilannya, Abilla kembali merapikan seragam sekolahnya dan segera menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orangtuanya kemudian berangkat ke sekolah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a Novel by : DEAN RESMA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lullaby
Rangganya muncul nih😌
2020-11-09
2
Istrinya Sougo Okita
itu si Rangga thor?
2020-10-15
4