Nafysa suka dengan tempat yang tenang seperti perpustakaan, karena ditempat inilah ia bisa fokus belajar tanpa gangguan dari dua sahabatnya yang cerewet, yaitu Renata dan juga Erika.
"Hai, Naf. Sendirian aja!" sapa Arham. "Lo nggak bareng Billa? kemana Billa?" tanyanya lagi.
"Kak Arham..." Nafysa sedikit terkejut, karena hampir setiap hari Arham selalu menyapanya dengan tiba-tiba. "Katanya dia lapar, jadi dia mau kekantin sebentar habis gitu nyusul kesini" Jawab Nafysa seraya tersenyum.
"Gue temenin, gimana?" tanya Arham
"Silahkan kak" jawab Nafysa.
"Gimana persiapan Olimpiadenya?" tanya Arham basa-basi.
"Umm... Sedikit nervous tapi gue udah siap buat berperang"
"Perang?" Arham mengernyitkan keningnya.
"Maksudnya, siap buat ngerjain soal Olimpiade gitu, Kak!" jawab Nafysa terkekeh.
"Ada-ada aja lo" saut Arham tersenyum. "Harus semangat dong, entar gue sumbangin energi semangat gue buat elo biar nggak nervous lagi" serunya.
"Makasih" jawab Nafysa sembari tersenyum, terlihat rona pipinya berubah warna menjadi merah seperti tomat, namun ia berusaha untuk tidak terpancing ucapan Arham.
Konsentrasi Nafysa terpecah ketika dirinya secara tidak sengaja melihat Arham yang sedang fokus membaca buku yang diletakkan diatas meja. Tanpa ia sadari bahwa dirinya sesekali tersenyum membayangkan Arham melepas kacamatanya "Pasti tampan" pikirnya.
Sedangkan didepan pintu masuk perpus ada Abilla yang sedang memperhatikan Nafysa tengah asyik menatap lekat wajah Arham, ia mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam.
***
Didalam kelas terlihat Abilla, Renata dan juga Erika sedang tertawa, mereka asyik bercanda hingga tidak menyadari keberadaan Nafysa.
"Hai guys" sapa Nafysa hingga membuat ketiga temannya menoleh kearahnya.
"Hey..." jawab Erika dengan hebohnya.
"Bil, lo kok gak nyusul gue keperpus?" tanya Nafysa.
"Tadi gue ke toilet lama banget, sorry gue lupa ngasih kabar ke elo."
"Bukannya tadi elo sudah lama ada di--" Abilla melototkan matanya kearah Renata, hingga membuat Renata menghentikan ucapannya. Sepertinya Renata paham dengan situasi saat ini.
"Kenapa?" tanya Nafysa penasaran.
"Gapapa, cuman tadi itu--"
"Silahkan duduk kebangku masing-masing" ucap guru mata pelajaran yang menghentikan percakapan semua siswa, dan segera Renata dan Erika kembali ke tempat duduknya masing-masing yang berada di belakang Nafysa dan juga Abilla.
Ketika sedang mengerjakan tugas, terbesit dipikiran Nafysa untuk menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya, ia hanya menatap Abilla yang sedang serius akan tugasnya, Nafysa nampak ragu ingin berbicara pada Abilla.
"Kenapa, Naf?." Tanya Abilla yang heran dengan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Nafysa, kemudian Nafysa mengulas senyum kepada Abilla.
"Gue mau nanya sama lo!" seru Nafysa.
"Tanya aja, memangnya ada apa?" tanya Abilla balik namun ia masih fokus mengerjakan soal-soal yang baru saja diberikan oleh Guru mata pelajaran
"Seberapa deket lo sama Kak Arham?" seketika Abilla mengerutkan keningnya.
"Kenapa Nafysa bertanya seperti itu?" Ucap Abilla dalam hati.
"Gue sama Kak Arham itu cuma sebatas teman, Kak Arham pernah bilang sama gue, kalo gue itu sudah seperti adik yang harus dijaga baik-baik oleh kakaknya" Jawab Abilla.
"Lalu perasaan lo sendiri?"
"Huuuft... Memangnya kenapa sih?" tanya balik Abilla sopan.
"Gak papa sih, cuma gue heran aja sama kalian berdua" cetus Nafysa.
"Heran kenapa?" tanya Abilla yang tidak mengerti dengan ucapan Nafysa.
"Udah ahh, entar tugasnya nggak selesai-selesai kalo kita ngobrol terus" sergah Nafysa menghentikan percakapan mereka.
"Yeee... Kan elo yang ngajakin ngobrol duluan" gerutu Abilla dan disambut kekehan Nafysa.
Trinngg...
suara pesan masuk terdengar dari saku Abilla, dan segera ia membuka isi pesan tersebut dan membacanya.
"Bil, pulang sekolah kita makan di restoran biasa yuk, ada sesuatu yang ingin gue bicarain sama lo" ~Arham
"Dari siapa?" tanya Nafysa.
"Dari seseorang yang gue suka"
Nafysa menaikan sebelah alisnya. "Siapa?" tanyanya.
"Operator Telkomsel" seketika mereka berdua terkekeh sendiri, beruntungnya guru mata pelajaran sedang keluar jadi membuat semua siswa sedikit leluasa bertingkah.
***
Seperti yang sudah dikatakan Arham lewat pesan singkatnya, sekarang mereka berdua berada disebuah restoran tempat nongkrong Arham biasanya.
"Bil" Panggil Arham menghentikan makannya.
"Mau cerita apa?" tanya Abilla sembari mengunyah makanannya.
"Umm... Nafysa suka bunga apa coklat?". Abilla tersedak mendengar ucapan Arham.
"Bil, kalo makan pelan-pelan dong, nih minum!"
"Astaga, maksudnya Kak Arham apa?, sepertinya bener dugaan gue kalo Kak Arham juga suka sama Nafysa" gumam Abilla dalam hati.
"Kak Ham suka sama Nafysa?" tanya Abilla.
"Umm... gimana, yah!" ucap Arham seraya menggaruk alisnya yang tidak gatal, "Gue bingung mau cerita dari mana" ujar Arham sambil tersenyum.
"Cerita aja, gue dengerin kok"
"Gue sebenarnya udah suka lama sama Nafysa" lanjut Arham.
"Sejak kapan?" tanya Abilla.
"Semenjak kegiatan MOS kalian waktu itu" jawab Arham. Abilla sangat terkejut mendengar penuturan Arham.
"Lo tau alasan gue sering ke perpustakaan? karena gue sengaja biar bisa bertegur sapa dengan Nafysa. Awalnya gue gak berani menyapa dia karena kita nggak sedekat itu hingga tiap hari harus bertegur sapa, tapi semenjak lo menjadi temannya dia--"
"Kak Arham manfaatin kesempatan iti buat deketin Nafysa" saut Abilla memotong ucapan Arham, dan Arham menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan opini Abilla.
"Gue mau minta bantuan lo biar gue bisa deket sama dia, lo mau kan? entar gue traktir elo, gimana?" pinta Arham dengan raut wajah yang sedikit serius.
"Lo tau sendirikan, gue itu gak bisa ngerayu cewek. Nafysa adalah temen dekat lo jadi gue rasa itu gak akan sulit buat lo bantuin gue" Lanjut Arham.
Dada Abilla semakin sesak mendengar permintaan Arham, jujur saja Abilla tidak ingin membantunya karena itu akan membuatnya semakin sakit hati, namun untuk menutupi rasa yang sedang ia pendam akhirnya ia menyetujuinya.
"Eeem... Baiklah, sekarang kita pulang aja kak, gue takut entar ketinggalan sama acara kesukaan gue di radio." Ucap Abilla seraya tersenyum untuk menutupi kesedihan hatinya, ia sengaja mengajak Arham pulang karena ia tidak mau jika Arham melihatnya menangis tepat dihadapannya.
"Lo masih sering dengerin radio, Bil?" tanya Arham dengan ekspresi tidak percaya.
"Memangnya kenapa?" tanya Abilla balik.
"Aneh aja, dijaman modern gini lo masih setia dengan radio yang udah ketinggalan jaman itu" Arham tertawa meledek.
"Maaf maaf, gue gak bermaksud menghina hobby lo itu" ucap Arham yang menyadari saat melihat ekspresi datar dari Abilla.
tanpa menyauti ocehan Arham, Abilla langsung berdiri dari tempat duduknya, ia pun bergegas meninggalkan restoran tersebut dengan tergesa-gesa karena ingin cepat sampai rumah agar ia bisa membuang air mata yang sedari tadi ia tahan.
***
Sesampainya dirumah Abilla langsung berlari menuju kamar tidurnya, ia melemparkan tas sekolahnya ke sembarang tempat kemudian menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Abilla memejamkan matanya sejenak, butiran air matapun mengalir membasahi pipinya, dadanya terasa sesak dan sakit mengetahui bahwa laki-laki yang sangat ia sukai selama 5 tahun terakhir ini mencintai sahabatnya.
"Jika dulu gue punya keberanian untuk mengatakan cinta pada Kak Arham, apa Kak Arham akan memberikan hatinya pada gue?" ucap Abilla dalam hati, namun semua nampak tak ada gunanya. Ia pun tahu jawabannya jika sampai dia mengatakan perasaan yang sebenarnya pada Arham.
Selama ini Abilla memilih diam dan tidak mengatakannya karena ia takut jika Arham menjauh darinya. Ia menerima jika Arham menganggapnya sebagai adik, asalkan ia tetap bisa bersama terus dengan Arham.
Tetapi kali ini berbeda, ia belum bisa menerima kenyataan pahit yang ia rasakan saat ini, rasa cinta yang Abilla pendam selama ini begitu besar, setiap kebersamaan yang ia lalui dengan Arham terasa begitu manis baginya, perhatian kecil yang Arham berikan selama ini telah membuat Abilla salah paham.
"Ya Tuhan... Gue udah terlalu jauh mencintai Kak Arham, apa yang harus gue lakukan kedepannya, ini sungguh kenyataan yang menyakitkan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mungkin ceritanya belum dapet feels-nya, mohon di maklumin karena authornya masih belajaran hehe...😁
Terima kasih udah mampir ke lapak author ya para readers, maaf tulisannya juga kurang rapi dan masih melenceng dari PUEBI.
kalo mau ngasih kritik, kritiknya yang membangun ya guys supaya authornya bisa membenahi karya-karya berikutnya.
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak dengan cara tekan Like dan Komen, sekalian kasih rate Bintang 5.
Terima kasih...
salam dari DEAN RESMA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkn prfil q aja yaaa😍
vielen danke😘
2020-10-22
2