4

Hari ini adalah keberangkatan Nafysa dan peserta Olimpiade yang lainnya ke Malang, jarak antara kota Surabaya - Malang sekitar 95 Km dan menghabiskan waktu 1,5 jam untuk bisa sampai ditempat tujuan.

"Kenapa Bil? Kok daritadi keliatannya lo murung terus, lagi ada masalah? Cerita dong sama kita" ucap Renata.

"Apa gue cerita ke mereka aja ya?" gumam Abilla dalam hati.

"Heh, Bil. Kenapa diem aja sih?" tegur Erika.

"Hai guys boleh ikut nimbrung gak?" tanya seorang pemuda yang tiba-tiba saja duduk di bangku yang sering di tempati oleh Nafysa.

"Ngeselin deh lo, belom juga dijawab udah main duduk aja Ucup!" gerutu Erika.

"Heh, Upil. Nama gue Yu-suf bukan Ucup!" seru Yusuf, Yusuf adalah teman sekelas mereka.

"Lo sendiri masih panggil gue Upil, jadi terserah gue mau panggil lo apa"

"Ngapain lo disini ? Ganggu orang lagi ngrumpi aja!" ucap Renata.

"Gue mau minta diajarin sama Billa, biar gue ketularan pinternya" ucap Yusuf.

"Mau lo belajar model kayak gimanapun, kecerdasan lo itu cuma dibawah rata-rata, jadi udah deh syukurin aja" seru Renata.

"Sadis banget sih ucapan lo, biarin gue usaha dulu napa, lumayan kan bisa deket sama my honey sweety" ujar Yusuf.

"Gak bisa, Billa gak ada waktu buat ngladenin lo, lebih baik lo pergi dari sini dan jangan ganggu kita" pinta Erika.

"Biarin napa sih, gue kan juga pengen pinter, biar bisa nuntut ilmu ke negeri Cinta" saut Yusuf.

"Cina" saut Renata dan Erika kompak.

"Kenapa lo mau nuntut ilmu ke negeri Cina? Ilmu kan gak salah" ucap Erika.

"Heh, Upil. Lo kalo bodoh ya bodoh aja sana, tapi gak usah dipamerin gitu juga kali kebodohan lo!"

"Jaga mulut lo, kalo aja tuh mulut punya BPKB udah pasti gue gadaikan ke Bank!" saut Erika.

"Udah deh gak usah ribut, pusing pala gue dengerin ocehan kalian mulu" tegur Abilla.

"Mending lo belajar sama ahlinya aja deh, sama mbah google aja yang lebih pinter dari gue" timpal Abilla sembari berdiri dan ia pergi meninggalkan kelas.

***

Setelah pulang sekolah Abilla, Renata, dan Erika memutuskan untuk berkumpul dirumah Erika. Abilla duduk berselonjor di kasur sambil mendengarkan radio dari ponselnya, dia menggunakan headset agar suara radio terdengar jelas dan tidak mengganggu yang lainnya.

"Bil..." panggil Renata yang tidur terlentang didekat Abilla.

"Hmm..." jawab Abilla yang masih asik dengan ponselnya.

"Bil!" kali ini intonasi suara Renata terdengar lebih tinggi dari sebelumnya.

"Apasih, Ren ? Gue gak budeg ya" ujar Abilla seraya melepas headsetnya.

"Lo kalo punya masalah cerita dong sama gue, apa selama ini lo belom bisa nerima gue dan Erika jadi sahabat lo kayak Nafysa?" ujar Renata yang merasa kalo Abilla punya masalah karena terlihat dari perubahan sikapnya yang menjadi murung.

"Iya gue tau, kita baru kenal tapi gue udah anggap lo dan Nafysa tuh sebagai keluarga gue sendiri, gue pengennya diantara kita berempat tuh gak ada rahasia-rahasiaan, jadi sekarang kalo lo ada masalah cerita ke gue, siapa tau gue bisa bantu nyelesaiin masalah lo itu" lanjut Renata dan Abilla terdiam sebentar mencerna ucapan Renata.

"Makasih, Ren. Lo udah baik banget sama gue, tapi maaf gue belom siap buat cerita ke kalian" jawab Abilla.

"Apa ini ada kaitannya dengan Nafysa dan Kak Arham?" tanya Renata, dan seketika Abilla menampakkan wajah gusarnya dan matanya terlihat berkaca-kaca.

"Apa lo cinta sama Kak Arham? Dan Kak Arham suka sama Nafysa?" tebak Renata.

Abilla memalingkan wajahnya dari Renata yang sedari tadi menatapnya seperti sedang membaca pikirannya, Abilla menahan air mata yang hampir jatuh ke pipinya dan segera mengusapnya kasar agar tak terlihat ia sedang menangis, kemudian ia kembali menatap Renata sembari tersenyum.

"Jangan bilang siapa-siapa, Ren. Termasuk Erika" pinta Abilla dengan mata teduhnya, ya didalam kamar tersebut hanya ada Abilla dan Renata karena Erika masih berada di dapur, entah apa yang dilakukan gadis tersebut didapur hingga lama sekali untuk kembali kedalam kamarnya dan menemani kedua sahabatnya itu.

"Jadi bener dugaan gue kalo lo suka sama Kak Ham selama ini?, kenapa lo gak ngungkapin aja ke Kak Arham kalo lo tuh sebenarnya suka sama dia"

"Gue gak bisa Ren, selama ini Kak Arham cuma nganggep gue sebagai adik dan itu gak akan berubah."

"Apa Nafysa juga suka sama Kak Arham?" tanya Renata.

"Nafysa belom yakin sama perasaannya, tapi sepertinya dia mulai ada perasaan sama Kak Arham"

"Terus lo gimana? Apa lo ikhlas kalo Kak Arham sama Nafysa pacaran?"

"Gue--" Abilla terdiam sejenak, "Gue bakal berusaha nglupain perasaan gue ke Kak Arham, persahabatan sepertinya lebih penting daripada--"

"Hallo guys... Ini gue bawaiin minuman" saut Erika yang tengah memasuki kamar seraya memegang nampan dikedua tangannya

Perbincangan Abilla dan Renata terhenti, Abilla Menyuruh Renata untuk tutup mulut karena ia tidak ingin jika perasaan yang selama ini ia pendam akan membuat hubungan Abilla dan Arham merenggang.

Renata dibuat heran dengan perubahan sikap Abilla, seharian selama di sekolah Abilla nampak cemberut dan tak bersemangat, namun ia sekarang terlihat tertawa seperti beban yang dipikulnya telah hilang

"Kenapa tuh anak? Tadi kelihatan muram banget, tapi sekarang dia ketawa-ketawa sendiri ?" Erika keheranan dengan perubahan sikap Abilla.

"Entahlah" ucap Renata sambil mengedikkan kedua bahunya.

"Cepet banget perubahan moodnya, gue aja kalo ada di posisi dia pasti udah uring-uringan selama seminggu" gumam Renata dalam hati.

"Woy, Bil. Lo kenapa ketawa begitu?" tanya Erika seraya menarik headset yang sedari tadi dipakai oleh Abilla.

"Lo ngetawain apa sih?" tanya Renata yang penasaran juga.

"Gue lagi dengerin Kak Dedy penyiar radio favorit gue, kalian mau ikut dengerin gak?"

Karena mereka berdua penasaran akhirnya ikut mendengarkan radio dari ponsel milik Abilla, tak lama kemudian mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar percakapan si penelepon dengan Dedy si penyiar radio tersebut.

"Sambil menunggu penelepon selanjutnya saya akan putarkan sebuah lagu buat kalian, dan yang ingin request lagu kalian bisa hubungi kami di nomor ini 0823XXXXXXXX" ucap sang penyiar radio.

"Gue mau request lagu, tadi siapa yang hafal nomor telponnya?" tanya Erika.

"Gue punya nomer telponnya, tapi entar jangan gue yang ngomong takutnya Kak Dedy kenal sama suara gue" jawab Abilla.

"Gue panggilin adik gue dulu ya" ucap Erika.

"Ngapain lo manggil adik lo, buat apa?" tanya Renata seraya mengerutkan keningnya.

"Emang lo mau, ngomong sama si penyiar radio itu?" tanya Erika.

"Gak mau" jawabnya singkat.

Kemudian Erika segera beranjak dari tempat tidur, Ia segera mencari keberadaan adiknya untuk dimintai tolong, tak menunggu waktu lama Erika dan adiknya kembali ke kamar.

"Cepetan lo panggil si penyiar radionya" ucap Erika.

"Pake HP gue aja nih" Renata menyodorkan ponselnya, kemudian Abilla segera menghubungi nomor penyiar radio tersebut.

"Gitu aja sampek nyusahin aku sih, kak" omel Bagus yang merasa terganggu dengan permintaan sang kakak.

"Gak usah ngomel-ngomel, nih cepetan ngomong" pinta Erika ketika ponsel Renata telah terhubung, Erika menekan tombol loudspeaker agar percakapan adiknya dan si penyiar radio terdengar.

"Hallo Kakak penyiar Radio!" ucap adiknya Erika.

"Hallo, dengan siapa ? Dimana?" ~Dedy Setiawan.

"Ini dengan saya Bagus, Kak. Dari Surabaya" ucap adiknya Erika.

"Coba siapa namanya? Kakak pengen tau sebagus apa namamu!" ~Dedy Setiawan.

"Ya itu nama saya Bagus, Kak." Ucapnya seraya mengerutkan keningnya, dan ketiga wanita disampingnya nampak menahan tawanya mendengar percakapan mereka.

"Iya Kakak percaya nama kamu bagus tapi kasih tau dulu dong namanya siapa?" ~Dedy Setiawan.

"Nama saya Bagus B-A-G-U-S Bagus, iiih ngeselin" ucapnya yang menahan emosi kemudian mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Abilla, Erika, dan juga Renata tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesal dari Bagus.

"Kakak sengaja ngerjain Aku?" tanya Bagus dengan nada kesal.

Kemudian Bagus menarik tangan Erika dan mengembalikan ponsel tersebut. Bagus meninggalkan ketiga wanita itu dengan perasaan kesal karena mereka masih terus menertawakan dirinya.

"Tadi kita mau request lagu kenapa jadinya begini, kita kayak ngeprank Bagus tau gak" ucap Erika yang masih diselimuti gelak tawa.

"Kasihan si Bagus" ujar Abilla.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan Lupa tinggalkan jejak dengan cara tekan tombol Like dan Komen.

Terima Kasih.

Terpopuler

Comments

Aurel Mayori

Aurel Mayori

hahaha

2020-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!