1

"Lo gak papa?." Tanya seorang pemuda yang tengah mengenakan almamater sekolah lengkap biru putih disertai slayer berwarna kuning dengan logo OSIS.

"Gak papa, Kak." Jawab gadis itu dengan suara lirih, ia berseragamkan merah putih dengan rambut panjangnya yang dikepang menjadi dua dihiasi dengan banyak pita yang terbuat dari tali rafiah dan memakai topi ulang tahun serta berkalung kardus.

Lihatlah! Penampilan gadis tersebut sudah mirip sekali dengan gembel, apalagi wajahnya penuh dengan coretan tinta berwarna hitam dan seragam merah putihnya yang telah basah kuyup karena guyuran air yang baru saja disiramkan ketubuh mungilnya.

"Kalian sengaja mau nyelakain anak orang?" Bentak pemuda tersebut kepada dua temannya. "Jika terjadi sesuatu sama murid baru apa kalian mau tanggung jawab, hah?."

"Arham, kami cuma mau ngejalanin peraturan yang ada. Anak ini udah terlambat dan udah sewajarnya kita hukum dia." ujar salah satu temennya.

"Iya, kalo kita gak ngasih hukuman buat dia entar murid baru yang lain bakal ikut-ikutan kayak dia yang gak ngehargain waktu"

"Tapi tindakan kalian itu udah sama dengan kekerasan, dan hal ini bisa masuk ke ranah hukum. Kalian mau mendekam dipenjara?"

"Gak" jawab keduanya kompak

"Minta Maaf!" seru Arham dan seketika kedua temannya tersebut meminta maaf ke gadis tersebut.

"Makasih Kak atas bantuannya" Arham tak menggubris ucapannya, ia berjalan meninggalkan gadis tersebut.

"Kak berhenti!" Lagi-lagi gadis tersebut tak mendapat jawaban dan dengan segera ia mengejar Arham.

"Kak boleh minta biodatanya gak? buat tugas MOS" seketika Arham menghentikan langkahnya, ia menatap ke gadis tersebut, dilihatnya gadis tersebut tersenyum menatapnya.

"Siapa nama elo?"

"Kenalin" gadis tersebut mengulurkan tangannya namun beberapa detik Arham tak segera menjabat tangannya hingga gadis tersebut segera menarik tangan Arham pada genggamnya.

"Namaku Billa, Abilla Putri Lesham." ucap gadis tersebut mengenalkan namanya.

Semenjak pertemuannya dengan Arham, Abilla berusaha untuk bisa lebih dekat dengan Arham. Awalnya memang sedikit susah untuk mendekati Arham karena sifat dinginnya yang tidak mudah diartikan oleh Abilla. Perlu diketahui bahwa Arham selama ini hanya menganggap Abilla seperti adiknya sedangkan Abilla diam-diam menyimpan rasa cinta pada Arham.

***

BRAAAKKK...

"Astaga...." Ucap Abilla yang kaget karena ulah ketiga sahabatnya yaitu Nafysa, Erika, dan juga Renata.

"Kalian tuh ya, ngagetin aja. Sengaja mau buat jantung gue copot!" ucap Abilla yang nampak kesal dengan kedatangan sahabatnya tersebut.

"Haha... Sorry Bil, kita cuma mau nyamperin lo doang kok, nih si Erika sama Renata yang punya ide iseng buat ngagetin lo" ucap Nafysa menjelaskan.

"Hayo lo... Ngapain disini sendirian?" tanya Erika seraya mendudukkan tubuhnya didekat Abilla.

"Tau tuh! Sendirian aja di taman, mau cari wejangan lo?" ledek Renata dengan senyuman usil.

"Nglamunin apa, Bil? Sampek serius gitu?" Tanya Nafysa.

"Ehm, gak nglamunin apa-apa kok. Oh ya Naf, nanti istirahat kedua jadi 'kan kita ke perpustakaan? Entar lo ajarin gue ya, tentang materi sejarahnya Pak Bay, gue tadi gak paham maksudnya" pinta Abilla.

"Kenapa kita nggak belajar dikelas aja? Iya nggak, Ren?" seru Erika seraya mengedipkan matanya.

"Kalo itu sih maunya elo, Er!" gerutu Nafysa dan Erika pun terkekeh mendengar ucapan Nafysa.

"kalian nggak tau sih gimana rasanya punya otak dibawah rata-rata itu kayak gimana, kalian enak aja diberi kecerdasan nggak kayak gue sama Erika" gerutu Renata.

"Kok bawa-bawa gue sih!" seru Erika

"Serah kalian deh mau ikut kita belajar apa enggak" jawab Abilla dengan malasnya, karena dia tau kedua sahabatnya itu paling susah kalau diajak belajar, meski ke tempat-tempat favorit mereka tetap saja tak mengubah kemalasan mereka untuk belajar, berbeda dengan Nafsya.

"Naf, lo bulan depan bakal ikut Olimpiade lagi?" tanya Abilla.

"Iya, kenapa?"

"Lo ikut Olimpiade apa?" ucap Abilla seraya mengubah posisi duduknya dengan menghadap ke Nafysa "Astronomi?, Ekonomi?, atau Matematika?" tanya Abilla yang sangat antusias.

"Umm... Gue ambil Matematika lagi" jawab Nafysa.

"Wowww... Hebat banget nih temen gue yang satu ini, gara-gara keseringan merguru sama gue di gua monyet jadi ilmunya berguna banget" cerocos Erika sembari tertawa renyah, dan hanya ditatap sinis oleh tiga pasang mata.

"Gak usah ngawur gitu ngomongnya" kesal Nafysa.

"Lombanya dimana? Siapa saja yang bakal ikut mewakili olimpiade Matematika, Naf?" tanya Abilla lagi.

"Lombanya akan diadakan di Malang, kalo anggotanya dari kelas X ada Anna sama Dion, kelas XI ada Farhan sama gue, dan kelas XII ada Kak Sinta sama Kak Arham" ucap Nafysa menjelaskan.

"Kak Arham" gumam Abilla dalam hati.

"Wiihh... ada Kak Arham lagi nih, dulu lo juga pernahkan olimpiade sama dia, Naf?" tanya Erika dan Nafysa hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda jawabannya.

"Gue jadi pengen ikut olimpiade biar bisa ketemu sama Kak Arham" ucap Erika seraya terkekeh.

"Ngerjain PR aja gak pernah kelar mau ikut olimpiade" ledek Renata dan Erika hanya mencebikkan bibirnya pertanda ia tidak suka dengan ledekan Renata.

"Bil, Lo sama Kak Arham masih pacaran?" tanya Renata.

"Siapa yang pacaran?" tanya Abilla balik sembari menautkan kedua alisnya.

"Gue sama Kak Arham itu cuma temenan doang, gak lebih" ujarnya lagi.

"Terjebak friendzone nih kayaknya" ledek Erika.

"Ngaco banget sih elo" kesal Abilla

***

Diruang perpustakaan terlihat sedikit siswa yang berkunjung, Abilla dan Nafysa absen terlebih dahulu sebelum mereka masuk kedalam ruangan yang dipenuhi oleh tumpukan buku tersebut. Setelah selesai absen, mereka segera mengitari rak-rak buku yang berjejer di ruangan tersebut untuk mencari buku yang menjadi bahan referensinya mengerjakan tugas. Setelah menemukan buku referensinya, Abilla dan Nafysa mencari bangku kosong di perpustakaan.

"Hai, Bil. Sedang apa?" sapa seorang pemuda yang bertubuh tegap dan memakai kacamata.

"Kak Arham" ucap Abilla kaget karena kehadirannya yang tiba-tiba. "Umm... Biasa Kak, lagi cari referensi karena tadi aku gak paham sama materi yang di sampaikan oleh guru sejarah kami." Jawab Abilla.

"Boleh ikut gabung lagi nggak?" tanya Arham sambil menatap Nafysa beberapa detik hingga kedua bola mata mereka saling bertemu.

"Gabung aja Kak, nggak usah pamit mulu kalo mau gabung" jawab Abilla.

Arham langsung mendudukkan tubuhnya dekat dengan Nafysa, ini bukan yang kedua kalinya Arham bergabung dengan mereka. Namun setiap ingin gabung, Arham selalu meminta izin kepada keduanya.

"Hai, Naf." Sapa Arham ketika dia berhasil mendudukkan tubuhnya di kursi yang bersebelahan dengan Nafysa.

"H-hai juga kak" jawab Nafysa sedikit canggung, entah kenapa Nafysa sering melihat Arham menghampiri dirinya dan juga Abilla setiap kali mereka ke perpustakaan.

Hening...

Hening...

Hening...

"Kak, bulan depan Kak Arham dan kak Sinta ikut Olimpiade Matematika di Malang ya?" tanya Abilla.

"Iya, kenapa?" jawab Arham kemudian ia memutup buku yang semula ia buka.

"Nafysa juga ikut loh" ujar Abilla.

"Apa sih, Bil" Nafysa melototkan matanya ke Abilla.

"Udah tau, makanya gue maksain ikut Olimpiade ini sampek ngebujuk Sinta biar dia ikut mewakili kelas 12" jelasnya.

"Kenapa?" tanya Abilla yang nampak kebingungan.

"Ehmmm... Gapapa sih, lagian ini adalah Olimpiade terakhir gue yang bisa gue ikutin, dan habis ini gue udah fokus sama UN" ujar Arham. "Sedih tau, karena setelah lulus gue udah nggak bisa ketemu sama Nafysa lagi" lanjutnya.

"Maksudnya?" tanya Nafysa kaget.

"Maksud gue, habis kelulusan kita udah nggak bisa lagi ketemu, gue sibuk sama urusan gue dan kalian sibuk sama urusan masing-masing, iya gak, Bil?" Abilla hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ini Olimpiade kalian yang ketiga kalinya ya? jadi mulai kapan kalian akan ikut kelas bimbingan?" tanya Abilla.

"Iya, tapi yang pertama kita beda mapel" jawab Arham

"kelas bimbingannya masih kurang tau sih" jawab Nafysa.

"Tahun kemaren Nafysa pernah nangis loh waktu dibentak sama guru pembimbing" ledek Arham.

"Iiih, Kak Arham jahat, kenapa masih diinget terus sih" ucap Nafysa dengan mencubit perut Arham.

"Hahaha... Waktu itu gue lihat wajah dia lucu banget, Bil." seru Arham.

Abilla merasa tidak suka setiap kali melihat Arham dan Nafysa terlihat akrab seperti itu, Abilla hanya tersenyum untuk menanggapi kedua orang yang ada di depannya tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mohon bantuannya untuk pembaca yang telah mampir ke novel pertamaku, kasih sarannya dan juga kritik yang membangun agar aku bisa menganalisis karyaku ke depannya, tolong tinggalkan Like dan juga Komen yang positif ya, biar aku tambah semangat ngetiknya.

Ok, Terima Kasih telah menyempatkan waktu luang untuk mengunjungi karyaku, jangan lupa kasih Like, Komen, dan juga Rate Bintang 5.

Salam dari DEAN RESMA

Follow juga akun IG aku @dean_resma untuk sekedar sharing atau mau tanya sesuatu🤗

Terpopuler

Comments

AMMS🥰

AMMS🥰

lanjuuuuuuuuuut

2020-08-08

6

💓astika mei💓

💓astika mei💓

lope lope😍😍

2020-08-08

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!