Yusuf berhasil membujuk Erika untuk kembali ke kelas, namun mereka harus bolos dua mata pelajaran sekaligus, karena Yusuf harus mengajak Erika membeli eskrim terlebih dahulu. Ya, Erika mau memaafkan Yusuf jika dia membelikan banyak eskrim untuknya.
"Gue ngantuk mau tidur aja" ujar Yusuf.
"Bentar lagi pelajarannya Pak Eko, lo mau tidur?" tanya Riko.
"Gue capek tau gak, tadi ngejar-ngejar Erika kayak orang gila, habis gitu uang jajan gue habis pula buat nyogok dia" gerutu Yusuf.
"Oh jadi lo gak ikhlas beliin gue eskrim?" saut Erika.
"Gue ikhlas Er, ikhlas banget malahan" ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.
Selang beberapa menit guru pelajaran Matematika datang, semua siswa diam mendengarkan penjelasan dari guru Matematika tersebut.
"Gue ngantuk banget" bisik Yusuf pada Riko, Yusuf melipat kedua tangannya diatas meja dan ia meletakkan buku di depan tangannya tersebut untuk menutupi dirinya yang sedang tertidur.
"Din, si Ucup tidur?" tanya Abilla sambil berbisik.
"Iya, katanya ngantuk banget" jawab Riko pelan.
"YUSUF ISKANDAR" Seketika semua menoleh kepada Yusuf, Yusuf yang mendengar namanya dipanggil reflek berdiri.
"Eh? Udah bel pulang sekolah ya?" ucap Yusuf, "Ayo guys kita pulang" ajaknya kepada kelompoknya.
"Dasar bodoh...." gumam teman-teman sekelompoknya.
"Kalian satu kelompok, lari dilapangan sekarang juga!" perintah Pak Eko sambil menunjuk ke arah kelompok Yusuf.
"HAAAHHH?!" Ucap kelima orang yang tak percaya dengan hukuman yang diberi oleh Pak Eko.
"Pak, kok kami juga ikutan dihukum sih?" ujar Riko.
"Pak, yang tidur Ucup, tapi kenapa kita harus ikut lari di lapangan juga?" timpal Erika.
"Karena kalian satu kelompok dan seharusnya saling mengingatkan" seru Pak Eko.
"Iya betul tuh, masuk Pak Eko" saut Yusuf dan seketika mulutnya tertutup rapat ketika ia mendapati sorotan tajam dari kelima temannya.
***
Tidak bisa dipercaya, satu orang melakukan kesalahan dan satu kelompok yang harus ikut menanggung akibatnya, mereka berenam mengitari lapangan sekolah sebanyak lima putaran hingga bel istirahat kedua berbunyi, kejadian tersebut menjadi sorotan para Guru dan juga murid lainnya.
Setelah selesai berlari, semua beristirahat dibawah pohon sambil mengatur nafas mereka yang tersengal karena habis berlari.
"Sumpah ya gue malu banget hari ini" kata Abilla sambil mengibaskan seragammnya untuk mencari kesegaran.
"Gue juga, tadi kita dilihatin guru-guru dan Kakak kelas tau" saut Renata.
"Ini pertama kalinya gue dihukum kayak gini, tanpa kesalahan pula!" tegas Nafysa.
"Dan semua ini gara-gara lo, Ucup!" gerutu Erika.
"Parah banget nih bocah, dia yang enak-enak tidur kita yang dapet hukuman" timpal Riko, semua nampak kesal dan tak henti-hentinya menyalahkan Yusuf, "Sekarang lo traktir kita makan dan minum" ujar Riko.
"Uang saku gue udah habis, gara-gara si Upil ngambek, tadi minta dibeliin eskrim banyak banget" jawab Yusuf.
"Bodo amat, gue gak peduli pokoknya lo harus beliin gue minum, cepetan gue haus" ujar Riko.
"Lo nyalahin gue lagi? Sebenarnya lo tuh ikhlas gak sih beliin gue eskrim" saut Erika tak terima.
"Sebenernya karna gue terpaksa dan--" ucap Yusuf terpotong karena kedatangan Arham.
"Nih buat kalian" Arham menyodorkan minuman, tanpa pikir panjang Yusuf dan Riko langsung mengambilnya.
"Terima kasih Kak" ucap semuanya.
"Kok bisa sih kalian dihukum?" tanya Arham
"Gara-gara Ucup nih, Kak" jawab Erika.
"Maaf maaf, tadi kan gue udah minta maaf" gerutu Yusuf.
"Kalian gak mau ke kantin?" tanya Arham.
"Ini kita mau ke kantin, Yusuf mau nraktir kita Kak" jawab Riko, Yusuf seketika menyikut perut Riko dengan sikunya. "Enak aja kalo ngomong, kan tadi gue udah bilang kalo uang saku gue dah habis" ujarnya.
"Tenang aja, kali ini gue yang nraktir kalian, gimana?" kata Arham. Semua nampak bengong dengan tawaran Arham, "Ada apa Kak Ham nraktir kita?" tanya Abilla.
"Itung-itung pajak jadian" jawabnya sembari tersenyum pada Nafysa. Semua melebarkan matanya seperti tak percaya.
"Kak Arham sama Nafysa udah resmi?" tanya Renata untuk memastikan, dan hanya mendapatkan anggukan dari keduanya sebagai jawaban.
"Selamat ya Naf, Kak Arham" ucap Abilla seraya tersenyum untuk menutupi kesedihannya, ia menjulurkan tangannya dan segera disambut oleh Nafysa, dan satu-persatu dari mereka memberi selamat kepada Nafysa dan Arham.
***
Pulang sekolah Abilla berjalan sendirian, biasanya ia menggunakan ojek online jika sopirnya tidak bisa menjemputnya. Namun karena suasana hati yang begitu kacau ia memilih berjalan kaki menyusuri trotoar sembari menenangkan pikirannya.
Ditengah-tengah perjalanan ia melihat seorang pria sedang di palak oleh tiga orang yang umurnya tidak jauh berbeda dari orang tersebut, Abilla mencoba menghindar namun rasa kasihan tiba-tiba mendorongnya untuk membantu pria tersebut.
Abilla membuka tas sekolah dan mencari sesuatu didalamnya, ia menemukan spidol berwarna merah dan hitam, tanpa pikir panjang ia menggunakan spidol tersebut untuk menghias wajahnya, ia mengikat rambutnya asal hingga terlihat acak-acakan dan baju seragamnya ia keluarkan sebelah, penampilannya seperti orang yang tidak berpendidikan, namun apa boleh buat hanya dengan cara begitu ia mampu melawan para pemalak tersebut, pikirnya begitu.
"Hey Kalian!" ucap Abilla dengan suara seperti anak laki-laki.
"Haaa?" Semua menoleh ke arah Abilla dengan tatapan tidak percaya, penampilannya tidak seperti anak sekolah melainkan seperti ketua geng preman.
"Kakak sekalian, kita adalah satu aliran jadi biarkan Adikku ini pergi" ucap Abilla.
"Gawat! Apa gue kelewatan? Humph... Pasti mereka ketakutan, mungkin mereka terkejut dengan penampilan gantengku" gumamnya dalam hati, padahal kalo di lihat penampilan Abilla seperti wanita barbar, ia terlalu tebal memberi polesan spidol hitam pada alis dan daerah sekitar mata, serta bibirnya yang diberi warna merah begitu mencolok.
"Hah... Badut darimana ini?" ledek salah satu dari mereka.
"Liar sekali, dia tipeku" seru yang disebelahnya.
"Aah... Mereka tidak takut, bagaimana ini?" gumam Abilla dalam hati.
"Liar sekali gadis ini" gumam pemuda yang tengah dipalak tersebut.
"Oh jadi ini Kakak perempuan lo, aneh sekali penampilannya" ujar ketua geng tersebut.
"Gawat gawat gawat, gimana nih?" seru Abilla dalam hati, "Ahha ... Gue tahu ... Gunakan rencana B" gumamnya dalam hati.
"Mohon maaf, kayaknya ada kesalahpahaman. Sebenarnya saya tidak kenal dia, tolong maafkan saya. Saya ijin pergi dulu" ucap Abilla seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Adik, maukah Kamu main sama Abang?" Pria tersebut mendekati Abilla dengan tatapan mendamba.
"Aaah... Kakak mesum jangan mendekat" pinta Abilla sembari menyilangkan tangannya di dada.
"Siap, lari!" bisik seorang pria yang dipalak tersebut seraya menarik tangan Abilla, dengan cepat Pria tersebut mengajak Abilla untuk berlari dari tempat tersebut.
Merasa sudah jauh berlari dan ketiga preman itu juga tidak mengejar lagi, akhirnya mereka berhenti disebuah gang perumahan dekat dengan rumah Abilla, nafas mereka terlihat ngos-ngosan karena lelah berlarian.
"Larinya cepet banget, dia atlet balap karung kali ya?" gumam Abilla dalam hati.
"Kamu membuatku terkejut" ucap pria tersebut sembari mengatur nafasnya yang tersengal, "Seharusnya kamu berteriak sambil meminta tolong kepada warga sekitar, bilang aja kalo ada yang bertengkar" timpalnya lagi.
"Be-benar juga..." gumam Abilla dalam hati.
"Malah merubah penampilan seperti wanita liar, memangnya Kamu ninja?" kata pria tersebut, "Dasar bodoh!" timpalnya lagi.
Bodoh!...
"Kenapa ucapannya menusuk sekali, dasar tak tau terima kasih!" batin Abilla menjerit mendengar ucapan pria tersebut yang mengatai dirinya bodoh.
"Aku... Terharu, ingin menangis rasanya melihat keberanianmu tadi" ujarnya lagi
"Tapi ini pertama kalinya untuk gue... Menggenggam tangan pria lain selain Kak Arham, kenapa hati gue jadi degdegan gini ya?" gumam Abilla dalam hati, wajahnya nampak tersipu malu dan ia menundukkan pandangannya.
"Hai, kenapa?"
"Emm..." Abilla memikirkan sesuatu agar dirinya tidak ketahuan sedang memikirkan pria tersebut, "Aah... Gue baru inget, gue masak sup dirumah dan harus menambahkan air, gue duluan ya! Sampai jumpa, hahaha" ujarnya sambil berlari meninggalkan pria tersebut.
"Dandanannya? Apa gak papa? Dia sungguh aneh" gumam pria tersebut memandangi Abilla yang tengah berlari meninggalkan dirinya.
***
"Bunda, Ayah, Billa pulang" teriak Abilla dari luar rumah seraya membuka pintu.
"Billa udah pulang" ujar Diah.
"Bagaimana harimu disekolah nak?" tanya Alex kepada putri semata wayangnya tersebut. Ekspresi Alex dan Diah seketika berubah kaget melihat penampilan Abilla, mereka melebarkan kedua matanya sambil menatap kearah putrinya dengan tatapan tidak percaya.
"Oh, SMA begitu menyenangkan, Yah. Billa mandi dulu!" seru Abilla seraya meninggalkan kedua orangtuanya yang masih bengong.
"Bun, Billa kenapa gayanya seperti itu?!" tanya Alex dengan penuh amarah.
"Sabar, Yah. Jangan panik dulu, mungkin Billa dikerjai temen-temennya" ujar Diah menenangkan suaminya.
"KYAAAAA..." teriak Abilla dari dalam kamar.
"Lihat, benarkan dia dikerjai teman-temannya, dia sendiri juga kaget" seru Diah.
"Rupanya anak SMA jaman sekarang iseng-iseng ya" kekeh Alex seraya mengelengkan kepalanya.
Didalam kamar mandi Abilla nampak panik, ia bingung menghilangkan spidol yang ada di wajahnya karena tadi ia menggunakan spidol permanen.
"Gimana cara menghapus spidol permanen? Aarrgh ... Tadi buru-buru banget sih, sampai gue ga liat kalo ternyata spidolnya permanen" gerutu Abilla di depan cermin kamar mandi.
"Huft ... Jangan panik Bil, masalah apapun bisa terselesaikan dengan googling" lalu Abilla mengambil ponselnya dan mengetikan sesuatu disana untuk mencari jawaban atas pertanyaannya.
"Ini dia... 'Minyak angin dapat menghapus spidol setelah beberapa kali pemakaian' Hah, yang bener aja" ucapnya tak percaya ketika membaca hasil dari pencariannya di google.
"Minyak, Minyak angin... Gue harus coba demi kembali jadi cantik lagi" ia kemudian mencari minyak angin, "Mbah google... Gue percayakan padamu, kalau salah jangan harap gue pakai lagi" ucapnya sembari menatap minyak angin yang ia pegang.
"Coba sedikit dulu" Abilla mengambil cotton bud dan mengolesnya dengan sedikit minyak angin. "Bil, ini demi wajahmu" kemudian Abilla menutup kelopak matanya.
"Ini..." Abilla membuka matanya, "Rasa yang tidak akan pernah gue lupakan! Google, apa yang telah kau perbuat padaku" gerutu Abilla dalam hati.
Abilla menahan rasa sakit pada matanya dan ia berjalan mondar mandir hingga ia menjatuhkan batang sabun mandi dan tanpa sengaja ia menginjaknya hingga dia terpeleset dan berteriak kesakitan.
"Sabun batang pun menghianati gue" gumamnya sebelum ia pingsan di dalam kamar mandi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Humorku receh, jadi mohon dumaklumi karena author masih tahap pembelajaran.
Oke, Terima kasih yang masih setia mengikuti cerita recehku, jangan lupa Like dan Komen sertakan Rate Bintang 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Oshienivha
nextnya thor
2020-08-25
5
Shania Junianatha
kapan up tor
2020-08-25
6
Shania Junianatha
semangat tor
2020-08-25
6