Di dalam kelas XI jurusan IPS tepatnya di kelas Abilla, terlihat ada sedikit keributan. Karena kemarin guru sosiologi mengharuskan semua kelas IPS duduk berkelompok, agar setiap individu mampu berinteraksi di masyarakat, itulah alasan yang dipakai oleh guru sosiologi tersebut.
"Heh, Ucup. Lo ikut kelompok yang lain aja, jangan ikut kelompok gue" ujar Renata.
"Kita kan udah jadi satu geng, gak papa dong kalo gue duduk disini, lagian kan satu kelompok harus di isi enam orang" jawabnya.
"Siapa yang satunya lagi, Cup?" tanya Abilla seraya duduk disisi kanan yang berseberangan dengan bangku Erika.
"Umm... Siapa ya?" ucap Yusuf sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruang kelas untuk mencari satu orang temannya lagi, "Hai, Udin. Kemarilah!" teriak Yusuf.
"Hadeeeh... Tambah lagi nih biang ributnya" ujar Renata.
"No coment, deh!" saut Erika.
"Hallo semuanya... Perkenalkan nama gue Riko Saifuddin bukan Udin, mulai hari ini gue jadi anggota kelompok kalian ya" kata Riko seraya mendudukkan tubuhnya di samping Yusuf.
"Hei Bro! Selamat datang di geng kita" ucap Yusuf sambil menepuk pelan bahu Riko.
"Kalian kenapa diem aja?" tanya Yusuf, "Ayo dong disambut anggota baru kita" lanjutnya lagi.
"Bodo amat." jawab ketiga cewek yang berada disebelah kanan dan kiri Yusuf.
"Selamat pagi semuanya" sapa Nafysa yang terlihat baru memasuki ruang kelas.
"Nafysa... Akhirnya lo masuk sekolah juga, BTW selamat ya udah jadi juara 3, kamu memang terbaik deh" ujar Erika sambil memeluk Nafysa.
Semua teman sekelasnya satu persatu menyalami Nafysa dan memberi ucapan selamat kepadanya.
"Ini kenapa bangkunya berubah jadi seperti ini?" tanya Nafysa yang terlihat bingung.
"Entar gue ceritain" jawab Abilla, "Ehh iya Naf, gimana waktu Olimpiade? " lanjutnya lagi.
"Umm..."
"Semuanya kembali ketempat duduk masing-masing, kelas akan dimulai" kata Guru mata pelajaran yang baru saja memasuki ruang kelas dan mengharuskan semua murid untuk fokus pada materi pelajaran yang akan di mulai.
***
Jam istirahat kedua Abilla dan Nafysa tidak berkunjung ke perpustakaan, mereka meluangkan waktu untuk bercerita di gazebo yang ada ditaman belakang sekolah bersama Renata dan juga Erika.
"Umm... Er, Ren. Bisa tinggalkan gue dan Abilla sebentar gak?" pinta Nafysa kepada dua sahabatnya.
"Lo ngusir kita, Naf? Aww..." tanya Erika yang disambut cubitan kecil oleh Renata.
"Oke! Kita balik ke kelas dulu ya" ucap Renata seraya menarik tangan Erika.
Abilla dan Nafysa memandangi punggung kedua temannya tersebut sampai mereka benar-benar hilang dari pandangan kedua pasang mata tersebut.
"Ada apa, Naf. Kenapa harus ngusir mereka?" tanya Abilla.
"Ini tentang Kak Arham" ujar Nafysa, seketika dada Abilla terasa sesak mendengar nama itu, raut wajah yang ditunjukkan Abilla terlihat sedikit berubah, "Selama ini... Apa lo punya rasa sama Kak Ham, Bil?" lanjutnya lagi.
"K-Kak Arham itu udah kaya Kakak gue Naf" jawab Abilla.
"Lo beneran gak ada perasaan apapun sama Kak Ham, selain lo nganggep dia sebagai Kakak?" tanya Nafysa lagi.
"I-iya, gue sama Kak Ham udah seperti Adik Kakak, Bunda dan Ayah gue juga udah nganggep Kak Arham sebagai anak kok" ucap Abilla sembari tersenyum.
"Kak Arham suka sama gue Bil...."
Keheningan terjadi diantara mereka, Nafysa mematap lekat kedua bola mata Abilla seperti ingin membaca pikiran Abilla, tapi Abilla berusaha tenang agar Nafysa tidak mengetahui bahwa hatinya sekarang telah remuk.
"Gue udah tau," jawab Abilla seraya mengalihkan pandangannya ke arah bunga yang terdapat di sekitar gazebo.
"Lo udah tau?" tanya Nafysa yang tak percaya.
"Sebenarnya gue mau ngebantuin lo sama Kak Arham supaya deket, tapi ternyata Kak Arham udah berani ngomong sendiri ke lo" ujar Abilla dengan seulas senyuman di wajahnya.
"Lo serius Bil?"
"Iya... Terus lu terima gak cintanya Kak Arham?"
"Gue belom jawab"
"Kenapa?" tanya Abilla seraya mengerutkan keningnya, karena dia yakin bahwa Nafysa sebenarnya juga memiliki rasa yang sama dengan Arham.
"Karena gue..."
"Jangan bilang karena lo takut kalo gue juga punya rasa sama Kak Arham ya ?" saut Abilla.
"Umm..." Abilla tertawa agar Nafysa yakin bahwa dirinya tidak ada rasa kepada Arham.
"Astaga Nafysa, kenapa lo mikirnya kejauhan sih, kemarin gue kan udah bilang sama lo kalo gue sama Kak Arham itu cuma sebatas Adik Kakak, kalo lo gak percaya gue bisa panggilin Kak Arham sekarang buat jelasin ke lo" ujar Abilla.
"Bukan itu, Bil. Alesan gue gak jawab waktu itu karena gue mau fokus ke sekolah gue dulu, apalagi Kak Ham udah mau lulus dari sekolah ini, dia pasti akan sibuk belajar, gue cuma gak mau ganggu dia nantinya"
"Lo gak akan ganggu dia, Naf. Yang ada lo akan jadi penyemangat buat Kak Ham" ujar Abilla.
Abilla berusaha meyakinkan Nafysa, Ia tidak ingin menjadi egois, karena rasa cinta yang di pendam begitu lama akan menghancurkan dua hati yang lain, tidak apa jika hanya hatinya saja yang hancur, asalkan bisa melihat orang yang sangat di cintai dan sahabatnya itu bahagia.
***
Sepulang sekolah Abilla langsung menuju ke kamarnya, tanpa mengganti seragam sekolah Abilla langsung duduk di meja belajar dan mulai menyalakan radio, melipat kedua tangannya diatas meja dan menyandarkan keningnya pada lipatan kedua tangannya, cukup lama Abilla berada di posisinya itu sembari mendengarkan radio.
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Asal kau pun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmu
Telah lama ku pendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku
Mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski 'ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja
Ketika lagu dari grup band Ungu yang berjudul cinta dalam hati diputar, Abilla tidak bisa menahan air matanya lagi, Ia semakin tenggelam dengan perasaannya.
Ceklek...
Abilla segera menghapus air matanya, Ia membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang membuka pintu kamarnya, seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya.
"Kok belum ganti baju sih sayang? Cepetan mandi dulu, terus siap-siap, kita makan malam sama Ayah" ucapnya sembari mengelus rambut Abilla.
Wanita tersebut Ibunda Abilla yang bernama Diah dan Ayahnya bernama Alex, Abilla adalah anak tunggal mereka.
"Iya, Bunda. Billa mandi sekarang" ucap Abilla kemudian ia beranjak dari tempat duduknya. "Billa kekamar mandi dulu ya Bun" lanjut Abilla. Ia segera berjalan menuju lemari dan mengambil baju santai kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
"Billa, kalau sudah selesai langsung ke ruang makan ya, Bunda sama Ayah nunggu di ruang makan" teriak Bunda Abilla sembari berjalan meninggalkan kamar putri semata wayangnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia-
Kemerdekaan bukan tanda untuk berhenti berjuang, tapi tanda untuk berjuang dengan lebih keras lagi.
Nasib bangsa kita tak akan berubah jika kita tak mengubahnya. Mari sama-sama berjuang. Memperbaiki diri agar bermanfaat untuk negeri.
Dirgahayu Indonesiaku...
***
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak LIKE, KOMEN, DAN JUGA RATE BINTANG 5.
Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments