Malam itu kami mengadakan tahlilan untuk bayi Kak Seruni dan Kak Fauzan. Kak Seruni nampak terpukul karena kehilangan bayinya.
Keesokan harinya kami pun mengadakan pemakaman untuk bayi itu. Aku dan nenek tidak ikut ke pemakaman, kami menemani Kak Seruni di rumah.
Seharian Kak Seruni beristirahat di dalam kamar di temani Kak Fauzan. Mungkin selain masih sedih karena kehilangan bayinya, kondisi Kak Seruni juga belum fit.
Hari sudah malam saat aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara seseorang.
"Nek, Nek..nenek.."
Aku mendengar suara Kak Fauzan yang sedang membangunkan nenek. Aku tidak tahu ini jam berapa, karena di kamarku tidak ada jam. Tapi aku mendengar suara Kak Fauzan terdengar khawatir. Karena penasaran dengan apa yang terjadi, aku pun beranjak bangun dan keluar dari kamarku.
"Ada apa, Zan?" terdengar suara nenek yang serak karena baru bangun dari tidur.
"Seruni tiba-tiba badannya menggigil kedinginan, Nek," ujar Kak Fauzan terlihat panik.
"Nenek panggil orang pintar dulu. Takutnya ada makhluk yang menganggu. Tadi pagi Seruni bilang, kemarin malam dia bermimpi mau diajak pergi almarhum ibunya. Kamu jaga Seruni baik-baik," ucap nenek bergegas pergi ke rumah orang pintar.
Aku mengikuti Kak Fauzan yang kembali ke kamarnya untuk melihat keadaan Kak Seruni. Kak Seruni nampak pucat, menggigil dan badannya demam.
"Kak, badan Kak Seruni panas banget. Apa tidak sebaiknya kita panggil dokter saja. Menurut yang aku baca, menggigil disertai demam yang baru muncul setelah satu jam sampai beberapa hari pasca melahirkan perlu dicurigai sebagai tanda infeksi pasca melahirkan atau kondisi lain, misalnya pembengkakan payudaraa," ujarku yang berpikir logis. Aku takut Kak Seruni tidak bisa diselamatkan, jika tidak segera ditangani dengan tepat.
"Benarkah begitu? Tapi kalau Kakak pergi, siapa yang akan menjaga kakak kamu? Kamu.." Kak Fauzan nampak ragu melanjutkan kata-katanya.
"Kalau Kakak mau mendengarkan saranku, biar aku saja yang pergi ke rumah Bu dokter," ucapku yang yakin Kak Fauzan enggan meninggalkan Kak Seruni dalam keadaan seperti saat ini.
"Tapi ini sudah larut malam," ujar Kak Fauzan yang terlihat bimbang.
Kenapa paman dan bibiku tidak bangun mendengar keributan di rumah kami? Itu karena paman dan bibi tidak ada di rumah. Mereka tadi sore pergi ke rumah orang tua bibi karena ibu bibi sedang sakit.
"Nggak apa-apa. Asalkan Kakak setuju untuk memanggil dokter," ucapku serius.
"Baiklah. Hati-hati, ya!" ucap Kak Fauzan yang nampaknya juga tidak tega jika aku yang seorang gadis ini pergi malam-malam begini sendirian. Tapi ini benar-benar emergency. Nyawa Kak Seruni yang jadi taruhannya.
"Iya," ucapku langsung bergegas pergi membawa senter.
Jarak rumah dokter di desa kami sekitar 500 meter dari rumah. Waktu yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari ini membuat desa kami nampak lenggang. Namun karena mengkhawatirkan kondisi Kak Seruni, aku tidak merasa takut sama sekali. Dengan cepat aku kayuh sepeda ku menuju rumah Bu Dokter dengan salah satu tangan memegang senter, karena tidak semua lampu di jalan terang.
Tak lama kemudian aku pun sudah tiba di rumah Bu Dokter. Aku bergegas memarkirkan sepedaku dan mengetuk pintu rumah Bu Dokter.
"Assalamualaikum.. Bu Dokter.. Tolong saya, Bu. Assalamualaikum.." ucapku berharap Bu Dokter segera membukakan pintu.
"Ceklek"
Aku sangat senang saat pintu rumah itu terbuka dan Bu Dokter keluar dengan rambut yang acak-acakan. Matanya terlihat masih mengantuk.
"Bu Dokter, tolong kakak saya, Bu. Kakak saya tiba-tiba menggigil dan demam tinggi," ucapku seraya meraih tangan Bu Dokter dengan mata yang berkaca-kaca, bahkan hampir menangis mengingat kondisi Kak Seruni tadi.
"Kamu adiknya Seruni yang baru melahirkan kemarin, 'kan?" tanya Bu Dokter setelah memerhatikan aku.
"Iya, Bu Dokter. Tolong, kakak saya," ucapku penuh permohonan dengan perasaan khawatir yang semakin menjadi.
"Ya, sudah. Saya akan segera bersiap," ucap Bu Dokter.
"Aku menunggu Bu Dokter sampai beliau keluar membawa peralatan medisnya.
"Loh, kamu belum pulang? Pulanglah, saya akan naik motor biar cepat," ucap Bu Dokter menutup pintu rumahnya, kemudian berjalan menuju garasi.
"Iya, Bu," ucapku kembali mengayuh sepeda ku pulang.
Bu Dokter tiba lebih dulu di rumahku. Aku bergegas memarkir sepedaku bertepatan dengan nenek yang baru pulang.
"Kamu dari mana? Dan ini motor siapa?" tanya nenek yang melihat aku memarkirkan sepedaku dan ada juga motor Bu Dokter yang terparkir.
"Dari manggil dokter, Nek," sahutku.
"Emangnya dokter bisa.."
"Ssttt..Nek, Bu Dokter ada di dalam," ucap ku tidak ingin nenek bicara macam-macam yang bisa menyinggung Bu Dokter. Aku yakin nenek akan bilang kalau yang bisa menyembuhkan Kak Seruni adalah orang pintar, alias dukun.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Kak Fauzan setelah Bu Dokter selesai memeriksa.
"Seruni mengalami anemia. Kondisi anemia mempengaruhi daya tahan tubuh dan proses penyembuhan luka. Apabila distribusi oksigen dan gizi oleh sel darah merah tidak merata, maka luka pasca melahirkan, baik luka persalinan normal atau caesar, tidak akan kunjung sembuh. Ujung-ujungnya, itu bisa memicu infeksi,”
"Infeksi puerperalis sering disebut sebagai infeksi nifas atau infeksi post partum. Kondisi ini terjadi ketika bakteri menginfeksi rahim dan sekitarnya usai proses melahirkan. Infeksi puerperalis bisa terjadi pada ibu yang melahirkan di dukun beranak, bidan, ataupun rumah sakit. Apa pun metode bersalin yang dipilih, baik secara normal maupun operasi caesar, keduanya juga berisiko terinfeksi. Tapi kalian jangan khawatir, saya sudah memberikan antibiotik agar demamnya turun," jelas Bu Dokter panjang lebar.
Aku merasa lega setelah mendengar penjelasan dokter. Bu Dokter akhirnya pamit pulang. Beberapa menit setelah Bu Dokter pulang, Mbah dukun yang dipanggil nenek pun datang. Aku memilih kembali ke kamarku saat Si Mbah dukun memeriksa Kak Seruni.
"Apa yang terjadi?" tanya Si Mbah Dukun yang tentu saja masih bisa aku dengar dari kamarku yang hanya bersekat papan dengan kamar Kak Seruni.
Katanya dukun bisa tahu segalanya, tapi, kok, masih nanya apa yang terjadi? Yang begini ini masih saja dipercayai nenek.
"Tiga hari yang lalu Seruni lewat kuburan pas magrib. Terus dia sakit perut. Besoknya melahirkan, padahal belum waktunya. Pas lahir anaknya meninggal. Mbah pasti sudah dengar, 'kan? Nah, kemarin malam Seruni bermimpi di ajak almarhum ibunya, Mbah. Tapi Seruni nggak mau," jelas nenek.
Sesaat kemudian setelah nenek bercerita, tidak terdengar apapun dari kamar Kak Seruni, hingga Si Mbah dukun mula kembali bersuara.
"Ibunya Seruni mau membawa Seruni dan cucunya bersamanya. Dia sudah berhasil membawa cucunya, dan sekarang berusaha membawa Seruni. Tenang saja, saya akan berjaga semalaman ini. Saya tidak akan membiarkan Seruni di bawa ibunya. Tolong ambilkan segelas air putih," ucap Si Mbah dukun membuat aku memutar bola mataku malas dan membuang napas kasar.
Aku juga percaya sama hal mistis, alias hal gaib atau hal yang tidak dapat dilihat oleh manusia yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa.
Tapi aku lebih suka berpikir logis. Contohnya seperti bumil dilarang keluar rumah karena memang tidak baik bagi kesehatan bumil, bukan karena hal ghaib.
Aku lebih yakin pada pengobatan dari Bu Dokter. Kak Seruni pasti akan sembuh karena obat yang diberikan oleh dokter, bukan jampi-jampi dari Si Mbah dukun.
"Iya. Tunggu sebentar, Mbah," sahut nenekku, kemudian terdengar suara langkah kaki keluar dari kamar Kak Seruni.
Tak berapa lama kemudian kembali terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamar Kak Seruni.
"Ini, Mbah, airnya," suara nenekku kembali terdengar.
"Nah, minum air ini," ucap Si Mbah dukun setelah beberapa saat tidak ada suara sama sekali dari kamar Kak Seruni.
Mungkin tadi Si Mbah dukun membacakan mantra ke dalam air, makanya tadi tidak ada suara apapun. Sejak tadi aku juga tidak mendengar suara Kak Fauzan. Apa Kak Seruni akan di sembur sama Mbah dukun?
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anitha Ramto
masih percaya sama begituan org zaman dulu mh...budaya dan kepercayaan
2024-07-26
2
Mr.VANO
nenek indah stok terakhir di jaman ini,,eh eh
2024-07-09
2
nuraeinieni
emang kita jg harus percaya yg ghaib krna itu memang ada,,,tp kalau sakit sebaikx langsung ke dokter apalagi habis melahirkan butuh penanganan dokter yg lebih ahli.
2024-07-05
2