Sejak Bik Samiah marah-marah karena Paman Supri membelikan aku baju, Paman Supri nggak pernah lagi beliin aku baju. Orang tua kandungku sendiri juga cuma sekali mengirim baju buat aku. Aku maklum, karena keadaan mereka di Bengkulu juga pas-pasan.
Aku tidak pernah menyangka kalau Paman Supri dan Bik Mina akhirnya bercerai. Padahal aku sudah menganggap mereka seperti orang tua kandung ku sendiri.
Waktu itu aku masih kelas dua SD, saat tiba-tiba Bik Mina kabur dari rumah dan tidak pernah kembali. Aku sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan Bik Mina kabur dari rumah.
Saat aku kelas lima SD, Paman Supri menikah dengan Bik Samiah yang dijodohkan oleh pamanku yang nomor satu, Paman Kasman.
Awalnya Bik Samiah baik sama aku dan aku pun positif thinking dia bakalan baik kayak Bik Mina. Tapi.. nyatanya reality tidak sesuai dan tidak seindah ekspektasi. Sifat Bik Samiah di luar dugaan ku dan diluar prediksiku, apalagi ekspektasi ku.
Semenjak dia menikah dengan Paman Supri, aku merasa seperti memiliki ibu tiri. Mirip kayak cerita yang aku tonton di televisi.
Bahkan semenjak menikah dengan Bik Samiah, aku merasa Paman Supri semakin jauh dariku. Meskipun dari gesture tubuh dan dari tatapan matanya aku masih merasakan kasih sayang yang terpancar darinya, tapi dia seperti enggan untuk mendekati aku.
Ah, haruskah aku menyesal karena sudah dipisahkan dari kedua orang tua ku dengan alasan ingin dijadikan sebagai pancingan agar pamanku bisa memiliki keturunan?
*
Hari ini sepedaku belum di perbaiki. Aku terpaksa harus mencegat temanku untuk pergi ke sekolah.
"Murni, nebeng, ya?" pintaku penuh harap saat Murni melintas.
"Boleh" sahut Murni membuat aku senang. Sebab nggak semua orang mau ditebengi. Alasannya bannya kurang angin, jadi kalau buat boncengan bakal berat saat mengayuhnya.
Karena nebeng, nggak mungkin, 'kan, aku minta di bonceng? Masalahnya ini sepeda, bukan motor. Jadi aku lah yang membonceng.
Perjalanan dari rumah ke sekolah sekitar tiga puluh menit jika di tempuh dengan sepeda. Pas berangkat sih, bensin masih full, tapi saat pulang...
Dalam kondisi perut kerongkongan, haus, dan panas harus membonceng orang lain. Belum pas ada kendaraan besar seperti bus dan truk. Kalau pas searah dengan kendaraan besar, rasanya sepedaku ikut tertarik maju, tapi kalau kendaraan besar itu berlawanan arah.. ya pastinya akan semakin berat untuk mengayuh sepeda. Belum lagi saat melewati jembatan. Duh.. bersepeda sendiri aja harus ekstra tenaga untuk melewati jembatan yang setinggi harapan, apalagi berboncengan.
Beginilah nasib orang tak punya. Aku harus menunggu nenek punya uang untuk membeli ban yang baru. Entah sampai kapan harus nebeng pulang pergi sekolah.
*
Matahari sudah hampir kembali ke peraduannya saat aku tiba di rumah setelah merumput di sawah. Suara azan magrib pun terdengar saat aku keluar dari kamar mandi. Aku menimba air menggunakan kerekan katrol.
Kerekan katrol untuk menimba air? Yap. Kami tidak punya cukup uang untuk membeli pompa air, jadi masih mengambil air dengan metode lama, yaitu secara manual. Cara manual yang lumayan bikin tangan kapalan. He..he..he..
Aku menuang air dari dalam timba ke dalam padasan. Padasan? Apa itu padasan?
Biar aku jelaskan. Sejatinya jauh sebelum menjadi imbauan pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19, kebiasaan mencuci tangan itu telah dilakukan masyarakat Jawa di zaman dahulu.
Masyarakat Jawa memiliki kearifan lokal yang bernama padasan yakni sebuah gentong besar dari tanah liat yang di dalamnya berisi air untuk membasuh anggota tubuh seperti tangan, kaki, dan wajah sebelum masuk rumah.
Pada zaman dahulu, benda bulat tersebut biasanya diletakkan di bagian depan rumah. Tak hanya digunakan untuk mencuci, padasan yang menjadi tempat air itu juga bisa digunakan untuk bersuci atau wudhu bagi mereka yang beragama Islam sebelum menjalankan ibadah sholat.
Aku mengambil air wudhu, lalu melaksanakan sholat Maghrib. Usai sholat aku makan, lalu belajar untuk menghadapi ujian esok hari. Aku memang rutin belajar setiap malam. Habis makan malam sekitar pukul setengah tujuh sampai pukul delapan malam. Baik mengulangi pelajaran yang telah diajarkan di sekolah tadi ataupun mengerjakan PR. Usai belajar aku merefresh otakku dengan menonton televisi.
"Assalamualaikum..." ucap Kak Seruni dan suaminya saat aku sedang menonton televisi.
"Wa'alaikumsalam," sahut ku dan nenek bersamaan.
Ternyata mereka dari rumah Paman Kasman, ayah Kak Seruni. Duh, aku jadi ingat kejadian dua malam yang lalu. Kemarin malam mereka tidak menginap di sini, karena menginap di rumah Paman Kasman. Aku harap malam ini tidak ada suara-suara meresahkan lagi. Hanya bisa berharap..
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Aku masuk ke dalam kamar, sedangkan nenek, Kak Seruni dan Kak Fauzan masih nonton televisi.
Aku rebahkan tubuhku yang terasa penat setelah aktivitas seharian penuh. Di dipan reot dengan kasur usang tipis yang terbuat dari kapuk yang berasal dari belakang rumah ini, aku rebahkan tubuhku. Karena lelah badan dan lelah pikiran, tak lama setelah menempel di bantal aku pun terlelap.
Aku bermimpi berdiri di tengah pematang sawah dengan hamparan padi yang menghijau memanjakan mata. Angin bertiup lumayan kencang menimbulkan suara gemerisik. Sayup-sayup aku seperti mendengar suara dari arah belakang tempatku berdiri...
"Hah..hah.."
"Tunggu aku.."
"Hah..hah.."
"A..aku sudah mau sampai..."
"Hah..hah.."
"Tunggu sebentar lagi...ki..kita barengan.."
Aku mempertajam pendengaranku mendengar suara pria dan wanita yang rasanya aku kenal.
"Siapa yang main kejar-kejaran? Kenapa aku tidak mendengar suara langkah kaki mereka?" gumamku melihat ke arah sekelilingku, tapi tidak melihat siapapun di sekelilingku. Sepanjang mata memandang hanya ada hamparan padi yang menghijau menyejukkan mata. Sebenarnya suara-suara ini real or fake?
Untuk mengetahui ini real or fake, aku memejamkan mataku untuk mempertajam pendengaranku.
"Hah..hah.."
"Sebentar lagi...hah.."
"Aku sudah nggak kuat..."
Siapa sebenarnya yang lagi main kejar-kejaran? Suara itu masih terdengar dan aku masih berusaha menajamkan pendengaranku. Hingga saat suara itu terdengar semakin jelas, akhirnya aku membuka mataku.
Ya Allah, Ya Tuhanku...demi apapun. Aku sangat terkejut saat aku membuka mata. Pasalnya aku sedang berada di dalam kamarku. Ternyata apa yang aku alami tadi setengah mimpi setengah nyata. Suara gemerisik angin berasal dari luar rumahku. Dan...suara orang yang aku kira sedang main kejar-kejaran adalah...
"Astaghfirullahal adzim.." gumamku lirih.
Ini..ini suara dari kamar sebelah. Suara Kak Seruni dan Kak Fauzan. Mereka bukan sedang main kejar-kejaran, tapi... Ah, sudahlah! Tidak perlu dijelaskan.
Hufff..di malam yang dingin ini aku tutup seluruh tubuhku dengan selimut yang hanya berupa kain panjang yang disebut jarik oleh orang Jawa. Meskipun aku masih merasa kedinginan dengan berselimut jarik yang tentu tidak setebal dan sehangat selimut bulu, tapi masih mending daripada tidak memakai apa-apa bukan? Aku tutup kepalaku dengan bantal seperti dua hari yang lalu. Tapi sama seperti kemarin,.suara itu masih tetap terdengar.
Nasib.. nasib...gini amat, ya?
Setelah suara dari kamar sebelah tidak terdengar lagi, aku belum juga bisa tidur karena merasa kedinginan. Kasur tipis yang lebarnya satu meter dan kain panjang yang aku gunakan untuk menutupi seluruh tubuhku ini tidak bisa menghangatkan dan melindungi tubuhku dari dinginnya udara. Jujur, aku kesulitan tidur kalau udaranya dingin.
Hufff.. akhirnya malam berlalu juga.
Pagi menyapa dan aku memulai aktivitasku seperti biasa. Nggak bisa tidur nyenyak semalam membuat aku tidak berhenti menguap. Semoga saja hari ini aku nggak ketiduran saat mengerjakan soal ujian seperti dua hari yang lalu. Hanya bisa berharap dan berdoa semoga semuanya berjalan seperti yang aku inginkan.
...🌟...
...Lihatlah ke atas untuk memotivasi diri. Lihatlah ke bawah agar pandai bersyukur dengan apa yang Tuhan beri....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anitha Ramto
kasian bngt km Indah selalu denger suara laknat dari kamar sebelah hmmm
2024-07-25
2
Irma
klo tidak salah indah kan dibelikan sepeda sama pak buntala kok msih pki sepeda butut,baru kali ini aku baca nopel kk nana yg jls agamanya,walaupun ini hanya nopel tapi aku suka klo ada agamanya jd seperti nyata nex kk nana lanjut seru ceritanya
2024-06-30
4
Mr.VANO
kasihan indah,,,,setiap malam mendengar suara laknat dr kamar sebela,,pantas di sklh dia sering ke tiduran,,karna sebelahan kamar pengantin baru,,,
2024-06-30
3