Usai menyapu, aku sarapan. Pagi ini hanya ada sambal tomat dan tempe goreng. Tapi itu sudah enak di banding dengan makan sama kerupuk dan sambal korek.
"Pri, tolong ibu membuat lubang sampah yang baru, ya! Yang itu sudah hampir penuh," ujar nenek pada Paman Supri.
"Aku masih banyak pekerjaan di sawah yang harus aku selesaikan, Bu," tolak paman Supri.
Selalu saja seperti itu. Paman selalu beralasan kalau diminta bantuan oleh nenek. Kalaupun di sanggupi pun juga nggak di kerjakan. Dulu Paman Supri selalu mengerjakan apapun yang diperintahkan nenek. Namun semenjak menikah dengan Bik Samirah jadi seperti itu. Nggak mau membantu nenek lagi.
Nenek nampak kecewa mendengar jawaban dari paman. Di usianya yang sudah 69 tahun, tentu mencangkul bukan pekerjaan mudah bagi nenek. Karena itu nenek meminta tolong pada Paman Supri. soalnya untuk mengupah orang nenek juga tidak punya uang yang cukup. Makan saja kami pas-pasan.
"Mau buat lubang di sebelah mana, Nek?" tanyaku setelah selesai sarapan.
"Di sebelah selatan lubang yang lama. Setelah menikah lagi, paman kamu susah sekali dimintai tolong," keluh nenek.
"Biar nanti aku yang menggali," ucapku, kemudian mengambil cangkul dan mulai membuat lubang untuk tempat pembuangan sampah.
Selama dua hari libur sekolah, aku menggunakan waktuku untuk menggali lubang pembuangan sampah.
Hari sudah sore saat aku menyelesaikan pekerjaan ku membuat lobang untuk pembuangan sampah. Akhirnya lubang yang berukuran lebar 1,5 meter, panjang 2 meter dan dalam 1,5 meter pun selesai aku buat.
Aku naik ke atas menggunakan tangga dari tanah yang aku buat. Lubang ini berjarak satu meter dari tempat sapi nenek di ikat. Tepatnya lubang ini berada di depan sapi nenek di ikat. Aku lewat di depan sapi peliharaan nenekku dan..
"Brukk"
"Akkhh"
"Bugh"
Tiba-tiba tanpa kuduga , tanpa ku sangka , tanpa ku prediksi, si sapi menanduk aku dan tak ayal aku sang anak sholehah pekerja keras, suka menabung dan suka menolong ini langsung terbang bebas jungkir balik dan mendarat begitu cantik dan apik masuk lubang yang baru saja selesai aku gali. Satu kata untuk pendaratan ku ini...
SEMPURNA
Huff....
Tidak terbayangkan bagaimana ceritanya jika lubang ini sudah ada isinya. Aku pasti mandi cantik, tapi bukan dengan sabun batangan atau sabun cair apalagi sabun aromaterapi bertaburan kembang tujuh rupa di dalam bathtub, tapi mandi cantik memakai sabun pup sapi dan pup ayam di tambah taburan daun jambu, mangga, kluwih, jeruk purut dan daun pisang di dalam lubang ini. Sungguh-sungguh membagongkan, bukan?
"Sapi sialan!" umpat ku dari dalam lubang menatap si sapi yang makan jerami tanpa rasa bersalah, apalagi merasa berdosa setelah membuat aku jungkir balik. Namanya juga hewan. Tapi tetap saja aku kesal setengah mati pada si sapi.
Oh, astagaa...sapi ini benar-benar sentimen sama aku. Padahal aku yang nyari rumput buat dia. Aku yang ngasih makan, ngasih minum ke dia, bahkan memandikan dia. Tapi dengan tidak berperasaan, tidak tahu diri, tidak tahu malu, tidak tahu balas budi dan tidak berperikemanusiaan dia membuat aku terjungkal masuk lubang.
Eh, dia, 'kan, sapi? Berarti bukan tidak berperikemanusiaan, tapi berperikehewanan. Ah.. sudahlah! Apapun itu. Yang pasti aku kesel pakai banget sama tu sapi.
Sayangnya aku nggak bisa balas dendam sama si sapi. Hewan itu beda sama manusia. Manusia bisa melupakan dan masih bisa menahan diri untuk balas dendam. Tapi kalau hewan, mereka ingat kalau kita menyakiti mereka. Jadi mereka akan menjadi galak sama kita kalau kita menyakiti mereka. Itu yang aku pelajari selama memelihara hewan.
Aku naik ke atas lagi. Meskipun kesal setengah mati, aku harus menahan diri sama si sapi. Kalau aku musuhan sama dia, aku juga yang bakal rugi. Dia bakal benci sama aku kalau aku mukul dia.
Sabar..sabar... yang waras ngalah. Eh, emang ada sapi ada yang nggak waras? Aku ralat, deh. Yang punya akal ngalah, karena sapi cuma punya otak, tapi nggak punya akal. Benar bukan? Karena itu derajat manusia lebih tinggi dari pada hewan. Sebab manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan Budi pekerti.
Aku memilih pergi tanpa menoleh sama si sapi meski sakit hati. Tapi meskipun tidak menoleh, aku masih tetap bisa melihat si sapi makan jerami padi dengan santai seolah-olah tidak melihat aku. Menyebalkan!
Huff . Sabar..sabar..mending aku pergi untuk membersihkan diri. Tubuhku sudah sangat lelah, lengket oleh peluh dan cacing di perutku juga udah rame bin heboh pada demo. Bukan demo untuk kenaikan gaji, tapi demo minta di isi. Perutku sudah keroncongan, dangdutan, koploan malah, karena energi ku habis untuk menggali tanah, di tambah menahan diri menahan amarah.
*
Ujian akhir sekolah sudah usai. Tapi aku masih harus ke sekolah untuk mengurus pendaftaran masuk sekolah. Saat masuk SMP, aku di terima di SMP favorit nomor dua di kotaku. Yap, meskipun nilai ku mepet, tapi nggak pakai banget. Masih bisa masuk SMP favorit nomor dua. He..he..he..
Aku nggak masuk di daftar sepuluh besar dari belakang, jadi, ya, lumayanlah. Soalnya di sekolah favorit fasilitas sekolahnya lebih memadai dari pada di sekolah lain. Dan tentunya tidak semahal di sekolah swasta. Karena, meskipun katanya sekolah gratis, tapi tetap saja ada bayaran ini dan itu.
Aku harap kali ini aku masuk SMA favorit dua incaranku. Soalnya kalau ke sekolah favorit satu, nilaiku nggak bakal cukup. Karena meskipun sistem zona, tapi nilai juga tetap berperan.
Kalau sekolah menerima 500 orang murid, pasti akan dipilih yang nilainya bagus bukan? Tidak mungkin akan diterima semua karena sistem zona. Emang kalau kelasnya nggak cukup mau belajar di bawah pohon? Enggak mungkin, 'kan?
SMP dan SMA favorit satu di kotaku terkenal dengan anak-anak orang kaya yang rata-rata ikut bimbel, alias bimbingan belajar. Jelas saja nilai mereka bagus. Fasilitas lengkap dan ikut bimbel, aku mah apa atuh.
Kalaupun nilai ku bagus dan bisa masuk ke sekolah favorit satu, aku bakal minder setelah mati, eh, setengah mati maksudnya. He..he..he..
Dari penampilan, meskipun pakai seragam sekolah yang sama, tapi tetap saja akan terlihat mana muka orang kaya dan mana muka orang kismis. Benar, 'kan?
Aku memang ceria dan supel jika sudah lama kenal, tapi aku jadi pendiam saat di sekolah. Itu semua karena aku merasa minder. Teman-temanku membicarakan soal jalan-jalan, beli barang-barang bagus, dan juga main ke rumah teman yang lain.
Semua itu nggak bisa aku lakukan. karena aku nggak punya uang dan nggak punya waktu untuk bermain. Ada banyak pekerjaan di rumah yang harus aku kerjakan. Hari-hari ku hanya habis di rumah, di sekolah dan di sawah.
Setiap jam istirahat aku meminjam buku teman-temanku untuk aku catat agar bisa aku gunakan untuk belajar di rumah. Materi dari buku yang dipinjamkan sekolah menurut aku masih kurang lengkap. Karena setiap ulangan ada pertanyaan yang tidak ada jawabannya di buku yang dipinjamkan sekolah.
Karena itu aku harus mencari buku dengan penerbit yang berbeda-beda agar tidak kelabakan saat ulangan. Bukan dengan cara membeli buku, tahu sendiri aku masuk kategori golongan elit, alias golongan ekonomi sulit. He..he..he..
Jadi aku harus meminjam buku milik teman-temanku untuk menunjang belajar menambah ilmu. Untung teman-temanku berbaik hati mau meminjami.
Selain mencatat buku milik teman, saat jam istirahat, biasanya aku akan pergi ke perpustakaan. Membaca buku yang bisa memperluas pengetahuanku.
Aku memang hobi membaca. Selain hobi membaca, aku juga hobi mendengarkan lagu dan menonton film di televisi.
Saat jam istirahat, aku juga nggak bisa kumpul bareng teman-temanku. Mereka semua jajan, sedangkan aku nggak punya uang untuk jajan. Kalau mereka lagi makan kue, mereka nggak mungkin nggak ngasih aku saat aku duduk bareng mereka dan nggak ada yang aku makan. Tapi, kalau terus-terusan seperti itu, 'kan, seolah-olah aku minta sama mereka terus. Meskipun teman-temanku baik, tapi aku malu kalau terus menerus di kasih, tapi nggak pernah ngasih.
Karena itulah aku suka menyendiri. Lebih memilih merangkum materi pelajaran atau membaca berbagai macam buku di perpustakaan yang ada hubungannya dengan pelajaran. Aku merasa minder berada di antara teman-teman sekolah ku. Jadilah aku gadis pendiam dan introvert saat di sekolah.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anitha Ramto
sudah setebal apa sabarnya Indah ya..degan hidup yg serba kekurangan
jatoh kelubang tempat buang kotoran sapi dan ayam Indaaah tak terbayangkan baunya seperti apa hmm
2024-07-25
2
Mr.VANO
gak enak bangat posisi indah,,,,yg hidup serba kekurangan,,,tp ke mauan menuntut ilmu sangat tinggi,,,,,,di cerita zain blm ad di kasih tau indah jd ap,,,,tp di cerita novel indah,,,smg dia jd org yg sukses juga kyk teman"ny thor..klu pun dia sdh menikah tp menikah samu laki"tajir melintir...
2024-07-01
5
Dewi S Ayunda
kak mksdnya, kenaikan gaji mungkin ya.. sama keroncongan bukan kerongkongan.
2024-06-28
5