16. Menantang

Oh tidak! Meskipun sudah berusaha berbicara, aku benar-benar tidak bisa mengeluarkan suaraku. Bagaimana ini? Haruskah aku melaporkan pada guru olah raga ku? Tapi aku tidak bisa bicara.

Apakah aku harus menggunakan bahasa isyarat untuk mengatakan aku tidak bisa mengeluarkan suaraku setelah melakukan praktek lompat kangkang dan jungkir balik?

Tapi bagaimana caranya bicara dengan bahasa isyarat? Aku nggak ngerti bahasa isyarat. Apa aku harus pergi ke kelas untuk mengambil pena dan kertas? Aku masih bingung sendiri karena suaraku tidak bisa keluar sama sekali.

"Bagaimana, sudah bisa belum? Apa ada yang ingin mengulangi lagi?" tanya Pak Heri setelah semuanya melakukan praktek lompat kangkang yang dilanjutkan dengan jungkir balik.

"Saya mau mengulang, Pak,"

"Saya juga, Pak,"

"Saya juga,"

Ucap kawan-kawan ku terdengar antusias. Apa aku harus mengulang juga? Mungkin dengan mengulangi lagi bisa membuat aku bicara lagi. Baiklah, aku akan mencoba mengulanginya lagi. Kalau masih tidak bisa bicara juga, aku akan melapor pada Pak Heri.

"Okey, agar lebih bagus lagi, kita ulang lagi dari nomor absen satu. Tapi bagi yang merasa sudah bisa, tidak mengulangi juga tidak apa-apa," ujar Pak Heri.

Satu persatu teman-temanku mengulangi melompat dan jungkir balik, hingga kini tiba giliran ku.

Bismillahirrahmanirrahim...

Aku berkonsentrasi penuh saat sudah bersiap di start dan langsung lari sekencang mungkin saat Pak Heri sudah memberi aba-aba.

Hup..aku mengangkangkan kedua kaki ku dan menumpukan kedua telapak tanganku di gawang rintangan yang terbuat dari papan.

Tap..aku berhasil melompati gawang rintangan dan mendarat di matras dengan sempurna, lalu langsung melanjutkan gerakan jungkir balik dengan apik.

Ehem.. aku mencoba berdehem untuk mengetes suaraku. Ah, suaraku sudah terdengar. Aku ingin mencoba bicara. Aku hampiri Roro teman yang paling pintar di kelas dan tempat duduknya di depanku.

"Ro, mau mengulang lompat lagi, nggak?" tanyaku untuk mengetes suaraku. Ah leganya, akhirnya suaraku keluar lagi.

"Mau. Aku masih merasa lompatan ku yang tadi masih kurang bagus," jawab Roro.

Huff.. leganya... akhirnya suaraku bisa kembali lagi. Aku sempat takut tidak bisa bicara lagi. Apa jadinya kalau nggak bisa bicara lagi? Ah, aku nggak bisa membayangkannya.

*

Hari ini hari adalah hari Jum'at. Sekolah ku tidak seperti sekolah lain yang akan pulang lebih awal saat sholat Jum'at. Sekolahku mewajibkan para siswanya yang beragama Islam untuk menjalankan sholat Jum'at, baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

Sedangkan siswa yang memiliki kepercayaan lain juga diwajibkan untuk melakukan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama mereka masing-masing. Bahkan sekolah kami mendatangkan guru khusus untuk murid yang menganut agama selain Islam setiap hari Jum'at.

Mendatangkan guru khusus untuk para siswa yang beragama lain dilakukan sekolahku agar teman-temanku yang berbeda agama bisa mengisi soal agama saat ujian.

Hari ini aku tidak ikut sholat Jum'at karena sedang datang bulan, jadi aku berdiam diri di kelas bersama beberapa teman yang lain yang juga sedang datang bulan. Entah mereka benar-benar datang bulan atau malas sholat Jum'at, hingga mereka tinggal di kelas.

Yap, kami tidak diizinkan pulang meskipun kami tidak ikut sholat Jum'at. Ini adalah peraturan sekolah. Gerbang sekolah akan dikunci sampai sholat Jum'at selesai.

"Tap"

"Tap"

"Tap"

Suara langkah kaki yang memakai sepatu pantofel pria terdengar mendekati kelas kami. Rasanya aku tidak asing dengan suara sepatu dan langkah kaki ini.

Tak lama kemudian pintu kelas kami pun terbuka. Pak Taslim, yang merupakan salah satu guru agama kami pun muncul dari balik pintu. Ah, ternyata sesuai dugaan ku. Langkah kaki ini adalah langkah kaki Pak Taslim guru agamaku.

Setiap hari Jum'at setelah jam pelajaran usai, Pak Taslim memang biasa berkeliling kelas untuk mengecek para siswa yang tidak ikut sholat Jum'at.

Pak Taslim memang orangnya sangat tegas dan disiplin. Eh, bukan cuma Pak Taslim, ding, yang disiplin, tapi semua guru di sekolah ini memang semuanya disiplin. Dan kami semua sebagai siswa di sekolah ini pun di tuntut untuk disiplin. Jika melakukan pelanggaran, pasti akan mendapatkan hukuman.

"Pak.." sapa kami menunduk sopan pada Pak Taslim. Sedangkan Pak Taslim nampak mengamati wajah kami satu persatu.

"Devi, bukannya Jum'at kemarin kamu tidak ikut sholat Jum'at? Kenapa hari ini tidak ikut sholat Jum'at lagi?" tanya Pak Taslim menatap Devi tajam.

Devi adalah teman sekelas ku, anak pindahan dari sekolah lain. Dia adalah gadis keturunan India. Hidungnya mancung, alisnya tebal dan kulitnya sedikit hitam. Persis seperti orang India.

"Belum kelar, Pak," sahut Devi santai terlihat tidak takut sama sekali.

"Masa sudah satu minggu belum kelar juga? Kamu berbohong, ya? Kamu pasti beralasan karena malas ikut sholat Jum'at," tuduh Pak Taslim memojokkan Devi.

"Jangan menuduh sembarangan, Pak! Menuduh tanpa bukti itu namanya fitnah. Bukankah bapak sendiri yang mengajarkan pada kami bahwa fitnah itu lebih kejam dari membunuh? Kenapa sekarang bapak malah menuduh saya tanpa bukti?" sanggah Devi yang terlihat santai, sama sekali tidak takut pada Pak Taslim.

Jika aku di posisi Devi, aku tidak akan berani berbicara seperti itu pada Pak Taslim. Ah, aku memang penakut. Jujur aku salut dengan keberanian Devi.

"Saya tidak menuduh sembarangan. Tapi kamu minggu lalu tidak ikut sholat Jum'at dengan alasan datang bulan, dan hari ini juga tidak ikut sholat Jum'at dengan alasan yang sama. Nggak mungkin, 'kan, orang datang bulan seminggu lebih," tukas Pak Taslim yang selalu terlihat tegas.

"Siapa bilang tidak ada orang yang datang bulan lebih dari satu minggu? Secara medis, menstruasi yang melebihi satu minggu dapat digolongkan dalam kondisi yang disebut menorrhagia. Gangguan pada rahim, beberapa penyakit lainnya seperti hemofilia, penyakit Von Willebrand, radang panggul, hipotiroidisme, diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit hati, juga bisa mengakibatkan haid lebih dari seminggu atau darah menstruasi keluar lebih banyak. Selain itu, jika hormon estrogen dan progesteron seorang wanita jumlahnya tidak seimbang, dinding rahim akan menebal secara berlebihan dan mengeluarkan darah dalam jumlah banyak, sehingga mengakibatkan haid lebih dari seminggu, Pak," sahut Devi yang memang benar adanya.

"Bapak tidak percaya kalau kamu mengalami salah satu yang kamu katakan tadi. Kamu pasti hanya beralasan karena tidak mau ikut sholat Jum'at, 'kan? Karena bapak perhatikan, kamu sudah sering tidak ikut sholat Jum'at," tukas Pak Taslim.

"Tapi buktinya saya belum selesai, Pak. Kalau bapak tidak percaya, silahkan bapak periksa sendiri saja!" tantang Devi.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

mau gak ya,,,pak taslim priksa devi,,,wkwkw

2024-07-07

2

nuraeinieni

nuraeinieni

benar tuh devi,,,kalau tdk percaya suruh periksa sendiri,,,,😃menantang itu tdk apa2 yg penting kita benar.

2024-07-05

2

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

ilmu baru lagi 🤗

2024-07-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!