Kemarin sore Kak Seruni datang bersama Kak Fauzan. Tapi tidak seperti sebelumnya, aku tidak lagi mendengar suara-suara meresahkan lagi dari kamar Kak Seruni dan Kak Fauzan. Semalam aku tidur nyenyak.
Kak Fauzan bekerja sebagai tukang bangunan, jadi gajinya lumayan besar. Aku senang karena itu berarti kehidupan Kak Seruni akan lebih baik. Buktinya kemarin aku dibelikan baju sama Kak Seruni dan Kak Fauzan.
Aku baru pulang sekolah dan langsung ganti baju, cuci tangan dan kaki. Setelah itu aku makan dan mengerjakan PR yang lumayan banyak. Sedangkan nenek dan Kak Seruni sedang menonton televisi.
"Malam ini kalian akan menginap di sini lagi?" tanya nenek yang terdengar olehku karena jarak antara kamarku dan ruang tempat menonton televisi tidak jauh.
"Iya, Nek," sahut Kak Seruni.
"Jaga kandungan kamu baik-baik. Jangan sampai kecapean," nasehat nenek.
"Iya, Nek," sahut Kak Seruni yang memang lebih patuh dari pada aku yang suka malas-malasan saat dibangunkan untuk mengantarkan nenek ke pasar.
He..he...he.. Aku ngaku kalau suka malas bangun pagi karena saat subuh memang waktu paling enak untuk molor. Apalagi kalau ada yang meluk.
Ehh.. Astaghfirullah... Otakku jadi ngeres karena bersebelahan dengan kamar pengantin baru. Sepertinya otakku harus di bersihkan dari sampah-sampah tak berguna, lalu di refresh, kalau perlu di kembalikan ke pengaturan awal. Eh, emang HP?
Etis.. sampah-sampah tak berguna? Emang ada sampah yang berguna? Tentu saja ada. Tidak semua sampah tidak berguna. Sepertinya sampah organik yang bisa dijadikan pupuk kompos dan beberapa jenis sampah yang bisa di daur ulang.
Eh, tunggu! Ternyata Kak Seruni sudah mengandung? Tokcer juga Kak Fauzan bisa bikin Kak Seruni langsung bunting. Aku jadi merinding disko kalau teringat malam-malam meresahkan beberapa waktu yang lalu. Malam pertama Kak Seruni dan Kak Fauzan yang tidak bisa aku lupakan selamanya.
"Kalau sudah melahirkan cepat-cepat KB. Jangan sampai kesundulan kayak Bik Sawitri kamu. Dulu Bik Sawitri kamu kesundulan, karena itu ada si Indah. Mau digugurkan juga dosa, akhirnya ya, diterima saja meskipun sebenarnya belum diinginkan. Jadinya bibi kamu repot mengurus dua anak yang masih kecil-kecil," ucap nenek begitu lancar.
"Iya, Nek," sahut Kak Seruni.
"Deg"
Aku baru tahu kalau aku ada karena kesundulan. Ah, kenapa aku jadi merasa seharusnya aku tidak dilahirkan di dunia ini setelah mendengar pembicaraan nenek dengan Kak Seruni.
Apa itu kesundulan? Kesundulan kata orang Jawa adalah hamil lagi tak lama setelah melahirkan. Intinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Miris sekali. Ternyata aku adalah anak yang tidak diinginkan.
*
Hari ini aku membantu nenek di sawah menyiram kacang tanah. Karena sudah selesai menyiram kacang tanah, aku pulang lebih dulu. Sedangkan nenek masih membenahi kayu untuk tempat rambatan tanaman kacang panjang.
Dari pinggang hingga ujung kakiku basah, karena masuk ke got untuk menyiram kacang tanah. Hingga saat aku hendak masuk ke kamar mandi, suara tidak mengenakkan itu terdengar di telingaku
"Kenapa nggak ngasih duit sama Indah buat bayar baju olahraga dan malah beliin baju buat Reni?" tanya paman dengan suara yang agak tinggi.
"Lebih penting mana antara Indah dan anak kandung kamu sendiri? Indah itu cuma keponakan kamu, bukan anak kandung kamu. Buat apa mengeluarkan banyak uang untuk dia? Apa kalau dia sudah kerja atau menikah nanti dia bakal ingat sama kita? Ibu sama bapaknya saja nggak peduli sama dia, kenapa kita harus peduli sama dia? Dia masih punya orang tua, kenapa malah kita yang harus mengeluarkan biaya sekolahnya? Kayak kebanyakan uang saja. Kalau kamu ngotot pengen ngasih uang sama Indah, aku bakal pulang ke rumah orang tuaku. Nggak usah pedulikan aku dan Reni lagi. Urus saja keponakan kamu itu," ucap bibi tak kalah tinggi dari suara paman tadi.
Setelah itu tidak ada lagi yang aku dengar. Aku hanya bisa menghela napas panjang setelah mendengar perkataan bibi barusan
Aku merasa perkataanku kemarin tidak seharusnya aku katakan. Karena pada akhirnya perkataanku malah menyulut pertengkaran antara bibi dan paman.
Aku jadi ingat percakapan nenek dan Kak Seruni, kalau sebenarnya kehadiran ku belum, atau mungkin tidak diinginkan oleh kedua orang tuaku.
Aku ada karena kesundulan, dan hari lahir ku sama dengan hari lahir bapak yang kata nenek bisa membuat umur bapakku jadi pendek.
Mengingat semua itu dan melihat keadaanku sekarang, benar-benar membuat aku merasa menjadi anak yang tersisih, terbuang dan tidak diinginkan yang seharusnya tidak ada di dunia.
Aku nggak nyangka bibi berpikiran seperti itu terhadap ku. Padahal selama ini di suruh apapun aku tidak pernah menolak, apalagi membantah meskipun tidak pernah mendapatkan uang jajan, apalagi upah. Hanya berharap biaya sekolah aku di bayar. Itu saja.
Sekarang aku benar-benar tidak bisa mengharapkan apapun dari paman, apalagi bibi.
Untung saja kemarin aku di kasih uang oleh Om Gianto, adik bapak yang bekerja sebagai bendahara bank, eh, mantri bank, ah bodo lah, intinya bekerja di bank, jadi aku bisa membeli alat tulis. Ternyata benar kata Om Narno yang datang ke rumah aku kemarin, mereka akan memberikan uang jajan buat aku kalau mereka ada rezeki lebih.
Alhamdulillah juga Kak Fauzan juga lumayan sering memberikan uang jajan padaku. Namun uang yang aku dapatkan tidak pernah aku belikan jajan, aku menabungnya untuk membeli peralatan sekolah ku.
Namun semua uang pemberian orang-orang itu tentu saja tidak cukup untuk biaya sekolah aku. Tapi aku tetap bersyukur, karena paling tidak bisa mengcover kebutuhan peralatan tulis ku.
*
Hari sudah sore dan aku duduk di teras rumah sambil mengelus si manis, kucing kesayanganku yang akhir-akhir ini jarang pulang.
Sepertinya si manis terjerat kucing pejantan yang rumahnya jauh dari rumahku, hingga si manis sering lupa pulang.
"Kamu kenapa?" tanya nenek yang melihat aku duduk melamun.
"Nggak apa-apa," sahutku yang enggan mengatakan segala hal yang menganggu pikiranku.
"Besok nenek jual ayam saja untuk membeli baju olahraga kamu," ujar nenek yang sepertinya mengerti apa yang membuat risau hatiku.
"Iya," sahutku yang sebenarnya sayang jika harus menjual ayam peliharaan kami yang mayoritas betina, yang berarti bisa bertelur dan berpotensi menambah ayam kami semakin banyak. Namun aku juga tidak punya pilihan lain.
"Kucing kamu itu sudah lama nggak pulang. Sudah kamu kasih makan?" tanya nenek.
"Sudah, Nek," sahutku masih mengelus si manis yang badannya gemuk dan menggemaskan. Bulunya berwarna putih dan abu-abu dan biasanya juga sering aku mandikan agar tidak kutuan.
"Kucing kamu itu sepertinya sudah mulai kawin. Apa kamu mau mengurus anak kucing?" tanya nenek seraya memerhatikan kucing yang sedang aku pangku.
"Nggak, Nek. Aku nggak mau punya kucing banyak. Cukup satu aja," sahutku yang memang tidak suka memelihara banyak kucing.
"Kalau begitu, mulailah KB kucing kamu," ucap nenek.
"Iya," sahutku.
Kucing di KB? Mana bisa? Tentu saja bisa. Nenekku yang mengajarinya. Mau tahu gimana caranya? Mudah. Kalau tidak ingin kucing betina bolak balik bunting dan melahirkan, maka setiap memberikan makan, campurkan sedikit ragi ke dalam makanan kucing. Maka kucing betina nggak bakal hamil meskipun kawin tiap hari dan badannya akan menjadi gemuk serta menggemaskan.
Biasanya aku menggoreng atau membakar ikan asin peda atau ikan pindang, lalu dicampur dengan nasi dan sedikit ragi. Maka di jamin si kucing betina nggak bakalan bunting. He..he..he.. Nenekku hebat, 'kan?
"Terpaksa nenek harus menjual beberapa ekor ayam betina yang sudah mau bertelur. Apa kita jual ayam jago kamu saja?" tanya nenek membuat aku terkejut.
Duh.. nggak rela rasanya kalau ayam jago kesayanganku di jual.
"Sudahlah, nenek jual ayam betina saja," ucap nenekku kemudian setelah menatap ku.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉
bendahara bank itu apa ya kak ?
2024-08-08
1
Anitha Ramto
demi kamu Indah nenekmu rela jual ayam jagonya
2024-07-25
3
kaka sayang
bener banget indah q juga sering males bangun apalagi kalo suami di rumah males banget bangun pagi hehehe
2024-07-18
2