6. Sebuah Pengakuan

Beberapa malam ini telingaku aman dari suara-suara meresahkan dari kamar sebelah, karena Kak Seruni dan Kak Fauzan menginap di rumah orang tua Kak Fauzan.

Aku menghela napas panjang melihat si sapi yang badannya nampak dekil. Kalau badannya di biarkan kotor seperti ini, maka akan memengaruhi kesehatan si sapi. Akan semakin banyak lalat yang datang kalau tubuh si sapi dekil. Dan yang lebih meresahkan adalah lalat kuda.

Lalat kuda dan lalat rusa merupakan serangga penghisap darah yang dapat menjadi hama serius bagi sapi, kuda, dan manusia. Lalat kuda berukuran panjang 3/4 hingga 1-1/4 inci dan biasanya memiliki sayap berwarna bening atau solid serta mata berwarna cerah.

Saat akan menghisap darah, lalat kuda membuat sayatan, bukan lubang tusukan kecil, dengan mulut seperti gergaji bergerigi. Gigitan lalat kuda akan sangat menyakitkan, karena lalat kuda tidak mengeluarkan obat bius apapun saat menggigit. Dan hal ini sangat menganggu hewan ternak.

Aku bawa si sapi yang sentimen sama aku ini ke kali tempat aku biasa bayar utang, alias tempat aku pup. He..he..he..

Orang-orang yang melihat aku yang kecil ini menuntun sapi yang tubuhnya berkali-kali lipat lebih besar dari aku, tentu saja memandang aku dengan ekspresi heran. Tapi tatapan seperti itu sudah biasa bagi aku.

Kebanyakan hal yang aku kerjakan memang tidak seharusnya dan tidak wajar aku kerjakan. Karena semua pekerjaan yang aku kerjakan, biasanya di kerjakan oleh orang dewasa dan umumnya dikerjakan oleh laki-laki dewasa. Jadi wajar saja kalau mereka pada merasa Herman, eh heran setiap melihat aku memandikan sapi, mencari rumput, memanjat pohon, menggali lubang, apalagi mencangkul di sawah.

Ini sebenarnya juga bukan kemauan ku, tapi aku nggak tega kalau nenekku yang sudah tua harus mengerjakan itu semua. Jadi tanpa di suruh, aku berinisiatif sendiri untuk mengerjakannya.

Aku tuntun si sapi masuk ke dalam sungai irigasi yang saat ini dalamnya hanya sebatas lutut ku. Aku siram dengan air sungai, lalu aku gosok badannya hingga putih kinclong seputih susu sapi, bersih dari segala macam kotoran.

Setelah aku mandikan, aku tidak langsung membawa si sapi pulang. Aku bawa si sapi ke tempat yang ada rumput yang bisa di makannya. Perlu diketahui, tidak semua jenis rumput di makan si sapi.

Bukan cuma ingin si sapi makan rumput segar, aku menggembala si sapi sekalian untuk mengeringkan tubuh si sapi. Sementara si sapi makan rumput, aku mencari rumput di sekitar tempat si sapi yang aku ikat di pohon yang ada di pinggir jalan.

Setelah mendapatkan rumput lumayan banyak dan tubuh si sapi sudah kering, aku membawa si sapi pulang. Rumput yang aku cari, biasanya akan di berikan pada malam hari pada si sapi.

"In, cari ayam betina tua kamu itu. Nenek nggak lihat ayam itu sejak pagi," ujar nenek saat aku mengikat si sapi di tempatnya.

"Tadi pagi nggak bertelur, nek?" tanya ku seraya berjalan menuju kandang untuk meletakkan rumput.

"Enggak," sahut nenek yang sedari tadi sibuk membersihkan dan mengikat talas sayur untuk di jual ke pasar.

Aku memang agak malas membantu nenek kalau nenek sedang mengikat talas sayur yang akan di jual. Karena tubuh ku sering gatal-gatal kalau membantu membersihkan dan mengikat talas.

Sekarang aku harus mencari ayam betina yang usianya sudah tua. Karena sudah sangat tua, ayam betina itu seperti orang pikun. Tidak telaten mengeram, hingga telurnya akhirnya pada busuk, tidak ada yang menetas. Kalau sudah turun dari sarangnya lupa balik lagi. Padahal kalau lagi mengeram, 'kan, nggak boleh di tinggal lama-lama. Kalau sering di tinggal lama, ya, ujung-ujungnya nggak menetas.

Selain itu, si ayam betina tua ini, kadang suka mematuk telur yang dieraminya. Karena itu, aku bilang si ayam betina tua ini mengalami pikun atau mungkin demensia. Pikun dan demensia beda, ya!

Pikun' biasanya hanya identik dengan gangguan daya ingat, sedangkan demensia tidak terbatas pada gangguan daya ingat saja.

Karena sudah beberapa kali mengeram tidak pernah menetas, dan sering mematuk telurnya sendiri sampai pecah, akhirnya setiap kali dia habis bertelur, telurnya kami ambil. Tapi kalau nggak ada telur di sarangnya, dia juga nggak mau bertelur.

Ah, memang ribet menghadapi si ayam tua ini. Ternyata menghadapi ayam pikun nggak kalah ribet sama menghadapi orang pikun.

Akhirnya aku akali, aku ambil bola ping pong yang mirip seperti telur ayam. Dari bentuk dan ukurannya, bola ping pong mirip telur ayam dan si ayam tua tertipu. Dia mau belur lagi karena di sarangnya ada bola ping pong yang dia pikir telur.

Ha..ha..ha.. di bohongi mau-mau aja.

Jadi, meskipun si bola ping pong di patuk juga nggak bakal pecah. Dan si ayam tua tetap bertelur. Pintar, 'kan, aku? He..he..he..

Tinggal ambil telurnya setelah dia pergi dari sarangnya. Beres. Dari pada di pecahin dia di sarangnya, 'kan, mubazir. Mending aku pecahin di wajah, eh di wajan maksudnya. He..he..he...

Aku berkeliling mencari ayam tua itu. Hingga akhirnya aku tanpa sengaja melihat ke lubang milik tetangga yang di dalamnya terdapat batu kapur yang dijadikan bubuk dengan memberinya air. Aku melihat ayam tua itu ada di dalam lubang itu dan sudah.. meninggoi..

Haisshh..mengenaskan sekali. Akhir hidup yang tragis.

Aku mengambil ayam itu dengan cara tengkurap di pinggir lubang yang panjangnya 1,5 meter dan lebarnya 1 meter ini. Aku meraih ayam ku yang sudah mati itu.

Air kapur ini membuat tubuh ayamku hampir setengah matang, karena kapur ini sepertinya baru tadi pagi di beri air.

Kalian tahu batu kapur?

Batu kapur atau batu gamping atau dalam bahasa inggris Quicklime Akan mengeluarkan panas jika diberi air. Hal ini terjadi karena proses Reaksi eksothermis didalam quicklime bertemu dengan air berikut adalah proses reaksinya

Ketika batu gamping di campurkan dengan air. Panas yang banyak akan ditimbulkan sebagaimana reaksi eksothermis. Ketika air mulai mendidih terjadi reaksi seperti ini

CaO +2H2O---------Ca{OH}2+H20

CaO + H2O → Ca (OH)2 + heat

Setelah itu baru kapur akan menjadi bubuk kapur.

Aihhh.. kasihan sekali ayamku. Dia mati karena masuk kedalam air kapur mendidih. Padahal dia biasanya 13 hari bertelur, lalu sebulan berhenti, lalu bertelur lagi. Seperti itu seterusnya.

Aihh.. Sungguh sangat kasian, akhir yang benar-benar mengenaskan..

*

Hari sudah malam dan aku nggak belajar. Aku masih dag dig dug menunggu pengumuman di terima atau tidak di sekolah tempat aku mendaftar.

"In, pijat pundak nenek," pinta nenekku yang duduk di teras rumah.

"Iya," sahurku, lalu duduk di belakang nenek dan mulai memijat pundak dan punggung nenek.

"In, nanti rumah ini nenek berikan sama kamu, sebagai warisan milik ibumu. Sedangkan pekarangan di samping akan nenek berikan pada Kak Seruni kamu. Sedangkan rumah yang ditinggali oleh Paman Supri kamu itu biar untuk anak paman kamu. Paman Kasman dan Bik Asni kamu, nanti nenek kasih uang dari penjualan sapi saja," ujar nenek yang sudah mengatur warisan untuk anak dan cucunya. Bukan cuma sekali nenek mengatakan hal ini padaku, tapi sudah berulang kali.

"Gimana kalau aku nikah sama orang luar pulau menyebrang laut, Nek. Aku pasti tinggal sama suamiku," celetuk ku yang aku sendiri juga tidak mengerti kenapa aku berkata seperti itu. Perkataan itu lolos begitu saja dari mulutku tanpa terpikirkan oleh otakku

"Pokoknya rumah ini adalah bagian kamu," ucap nenek.

Aku terus memijat pundak dan punggung nenek. Terkadang aku merasa takut kalau nenek meninggal. Karena Paman Supri sudah tidak mungkin lagi aku jadikan tempat untuk bergantung, jika suatu hari nenek meninggal. Sedangkan orang tuaku sudah puluhan tahun merantau sampai saat ini belum kembali. Aku bahkan hanya tahu wajah mereka dan juga saudara-saudaraku dari foto saja.

"In, sebenarnya.. dulu kamu nenek kasih jampi-jampi dari dukun, supaya kamu lupa sama bapak dan ibumu dan nempel sama nenek dan Paman Supri kamu. Kalau nggak nenek jampi-jampi, mana mungkin kamu yang masih berumur tiga tahun mau di tinggal sama bapak dan ibu kamu," ujar nenek santai mengakui perbuatannya.

Deg

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

.

Terpopuler

Comments

Anitha Ramto

Anitha Ramto

waduh si nenek ternyata Indah di ksh jampe² supaya nempel trs dm Neneknya..nasib ya Indah

2024-07-25

2

Esti Sofia

Esti Sofia

kak nana ini guru apa novelis sih pake acara ca0 +H20jd bingung aja ihhh

2024-07-06

3

nuraeinieni

nuraeinieni

banyak pelajaran di kehidupan nyata nih ceritax indah

2024-07-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!