17. Kualat

Aku dan teman-temanku yang ada di ruangan itu memalingkan wajah, ada pula yang menundukkan wajah mendengar jawaban yang berani dari Devi. Kami menahan tawa dan menyembunyikan wajah kami dari Pak Taslim, karena takut kena marah.

Pak Taslim nampak menghela napas berat mendengar Devi menantang dirinya untuk memeriksa Devi.

"Kamu, ya! Mana mungkin bapak melakukan hal itu? Jangan banyak alasan untuk mangkir dari sholat Jum'at," ucap Pak Taslim sedikit emosi mendengar jawaban Devi.

"Pak, apa bapak lupa? Bukankah bapak sendiri yang bilang, yang wajib sholat Jum'at itu laki-laki, bukan perempuan. Bagi kami anak perempuan, sholat Jum'at adalah sunah. Bila dikerjakan dapat pahala dan bila tidak dikerjakan pun tidak berdosa. Bukankah begitu yang bapak ajarkan pada kami? Jadi, bapak tidak berhak memaksa kami siswa perempuan untuk mengikuti sholat Jum'at," ujar Devi tegas dan lugas membuat Pak Taslim terdiam, lalu pergi begitu saja dari kelas kami tanpa sepatah katapun.

Aku dan temanku menutup mulut menahan tawa mendengar jawaban Devi, apalagi saat melihat Pak Taslim keluar dari kelas kami dengan ekspresi wajah yang sulit dijelaskan.

"Kamu berani sekali bicara seperti itu sama Pak Taslim," celetuk ku masih menahan tawa mengingat ekspresi wajah Pak Taslim yang tidak bisa berkata-kata mendengar perkataan Devi.

"Bener, kamu berani sekali, Dev," sahut temanku yang lain juga masih menahan tawa.

"Ya, lagian, Pak Taslim ini maksa banget suruh ikut sholat Jum'at," sahut Devi.

"Lagian apa bener kamu masih datang bulan?" tanya temanku yang lain.

"Enggak, sih. Tapi aku lupa membawa peralatan sholat ku. Kalau aku bilang peralatan sholat ku ketinggalan, Pak Taslim bakal memberikan aku hukuman, jadi agar aman, ya, bilang saja masih datang bulan," sahut Devi menyengir tanpa dosa.

"Kamu nggak takut kalau diperiksa sama guru cewek?" tanyaku.

"Nggak bakalan, In. Pak Taslim nggak bakal melakukan itu setelah aku bilang kalau anak cewek nggak wajib sholat Jum'at," sahut Devi terlihat sangat yakin.

Ah, ada-ada saja temanku satu ini. Tapi jujur, aku salut dengan keberaniannya. Kalau aku di posisi dia, aku nggak bakal berani berdebat seperti itu dengan Pak Taslim.

Setelah sholat Jum'at selesai, kami pun pulang. Biasanya aku mampir ke rumah Kak Gagas setiap hari Jumat. Tapi kali ini aku tidak mampir, karena aku harus memanen buah jambu untuk di jual nenek besok pagi

Hari ini matahari sangat terik. Panasnya terasa menusuk kulitku yang kusam karena kurang perawatan. Eh, bukan kurang perawatan, sih. Tepatnya tidak pernah aku rawat, karena tidak punya cukup uang untuk membeli losion untuk melembabkan kulit. He..he..he..

Aku mengayuh sepeda butut ku melewati jalan raya besar, hingga melewati jalan yang kanan dan kirinya adalah persawahan luas yang tidak terlihat dimana letak ujungnya.

Tubuhku semakin terasa lelah dan kerongkongan ku juga terasa kering. Di kanan dan kiri jalan ini tidak ada pohon yang rindang, hingga rasanya semakin panas saja.

Tiba-tiba aku melihat seekor ular yang lumayan besar keluar dari sawah dan naik ke jalan yang aku lewati.

"Akkhh" pekikku karena ular itu seperti mengarah kepadaku.

Matilah aku...

"Akhh.."

Aku terus mengayuh sepedaku sambil berteriak meskipun tidak ada seorang petani pun di area persawahan ini dan tidak ada seorang pun yang melewati jalan ini selain aku.

Aku semakin panik saat ular itu malah masuk di jari-jari pelek depan sepeda ku. Aku berhenti mengayuh sepeda dan menaikkan kakiku karena takut kakiku di patuk ular itu. Mau berhenti dan turun dari sepeda juga takut di patuk sama ular yang masih melingkar-lingkar di jari-jari sepeda ku. Bertahan di sepeda juga tidak akan bisa lama, karena jika sepedaku tidak di kayuh, maka otomatis sepedaku akan berhenti dan aku tidak akan bisa menjaga keseimbangan tetap berada di atas sepeda ku dengan posisi sepeda yang berhenti.

Ya Allah, ya , Tuhanku... Aku sekarang harus bagaimana? Ular ini lumayan besar dan melihat saat ular ini naik ke jalan tadi, mungkin panjang ular ini sekitar satu setengah meter. Apakah aku akan mati di patuk ular. Sepertinya ular ini juga ular kobra. Matilah aku...

Namun mungkin karena aku anak sholehah yang rajin bekerja dan beribadah, seiring dengan sepeda yang melaju semakin lambat karena tidak ku kayuh, ular itu akhirnya keluar dari jari-jari sepedaku dan kembali masuk ke sawah.

Aiiih..sudah hampir di patuk ular juga masih sombong..he..he..

Aku bergegas mengayuh sepeda ku dengan cepat meninggalkan tempat itu. Rasanya jantung ku hampir saja copot, napas ku hampir berhenti karena ular itu. Aku pikir aku akan mati di patuk ulat, eh ular cobra.

Racun ular cobra bersifat neurotoksik, yang berarti mengganggu komunikasi antar sel saraf. Kematian biasanya terjadi akibat kelumpuhan diafragma sehingga menyebabkan korban berhenti bernapas. Pada manusia, kematian dapat terjadi dalam jangka waktu 20 menit hingga beberapa jam tergantung seberapa banyak ular cobra itu menyuntikkan racunnya saat menggigit.

Gigitan ular berbisa tidak selalu menimbulkan racun. Fenomena ini disebut “gigitan kering” dan diperkirakan terjadi sekitar 25% pada banyak spesies ular berbisa. Ini adalah gigitan defensif dan kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti ancaman, bukan untuk membunuh.

Racun secara metabolik mahal untuk diproduksi dan kelenjar racun menyimpan jumlah terbatas pada waktu tertentu; lebih baik ular menyimpan racunnya untuk menangkap makanan daripada membuangnya untuk sesuatu yang terlalu besar untuk dimakan (seperti manusia).

Jadi ada kemungkinan besar tidak ada racun yang disuntikkan. Namun, keadaan gigitan dapat membuat hal ini lebih atau kurang mungkin terjadi. Jika kita menginjak ular dan digigit sambil berdiri di punggungnya, kemungkinan menerima racun dalam dosis besar akan lebih tinggi dan itu tentu saja akan membuat kita mengalami keracunan parah dan bisa mati dalam waktu beberapa menit saja.

Apesnya aku hari ini. Mungkin aku kualat, alias mendapat bencana (karena berbuat kurang baik kepada orang tua dan sebagainya) atau kena tulah. Kualat karena aku menertawakan Pak Taslim tadi.

Tiba-tiba saja angin bertiup kencang dan langit menjadi gelap dalam sekejap. Kilat menyambar dan petir menggelegar, lalu tiba-tiba hujan turun dengan deras.

Aiihh... cobaan macam apa lagi ini?

Aku bergegas berhenti dan turun dari sepeda ku untuk membungkus tas ku dengan kantong plastik yang selalu aku siapkan saat hujan begini, agar bukuku tidak basah.

Hujan yang langsung turun dengan deras membuat aku tidak sempat lagi memakai jas hujan, hingga hanya sempat membungkus tas ku saja. Kepalang sudah basah, aku lanjut mengayuh sepedaku pulang ke rumah. Namun setelah seperempat jam mengayuh sepeda, tempat yang aku lewati seperti di garis. Di tempatku sebelumnya masih hujan dan langitnya masih hitam, tapi di tempat ku sekarang langit cerah, tidak hujan, bahkan panas. Tanahnya pun kering. Astagaa..kok bisa beda 180 derajat gini? Benar-benar amazing...

"Eh, lihat anak itu! Kayaknya dari terjebur di kali, ya?"

"Iya, kali. Tadi dia, 'kan dari arah sana. Di sana, 'kan, di sebelah jalan ada kali. Kasihan kecebur kali sampai basah kuyup gitu. Ha..ha..ha..

"Kalau panas jangan mandi di sembarang tempat, dik.. Ha..ha..ha ."

"Sialan!" umpat ku dengan suara kecil.

Para pemuda pengangguran yang lagi nongkrong itu malah meledek dan menertawakan aku. Pengen rasanya mulut mereka yang reseh itu aku timpuk pakai sendal. Eh, aku, 'kan, pakai sepatu. Aku timpuk sama sepatu, ya, sayang sepatuku lah. Tapi emang aku berani nimpuk mereka? Tentu saja.. aku nggak berani..he..he..he .

Sepanjang jalan aku jadi perhatian orang-orang karena sepanjang jalan yang aku lewati panas, tidak hujan, dan tanahnya kering. Sedangkan aku sudah seperti tikus yang kecemplung kalen, alias kali.

Malu? Jangan di tanya lagi.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Regina Pasaribu

Regina Pasaribu

Prolog nya agak membosankan ya Thor.. Semangat ya!

2024-08-18

1

Mr.VANO

Mr.VANO

indah klu bawel suka gemes,,,😀😀😀ciapa cih ajarin kamu ngoce,,,ak jd terhibur,,,🤣🤣🤣

2024-07-09

2

nuraeinieni

nuraeinieni

iya sih perempuankan tdk wajib sholat jumat,,,jd jgn di paksa pak,,;dan devi jg jgn suka bohong,mending jujur,walaupun dpt hukuman dari pak guru
biasa tuh indah,,kadang hujan tdk merata,,;jadi wajar kalau km jd perhatian orang.

2024-07-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!