8. Masa Kecil

Aku dan semua orang yang ada di sekitar tempat ku berada sangat terkejut saat seorang pria yang sedang duduk berjualan tiba-tiba jatuh ke sungai.

"Ada yang jatuh ke sungai,"

"Siapa yang jatuh?"

"Kayaknya pingsan itu,"

"Cepetan tolong,"

Suara orang-orang yang berada di pasar menjadi heboh saat orang yang jatuh ke sungai itu nampak tidak bergerak. Letak pasar memang di sebelah sungai, jadi ada banyak yang berjualan di pinggir sungai, termasuk nenekku.

"Angkat ke sini!"

"Coba di sadarkan dulu,"

"Minum air sungai nggak, tuh?"

Ucap orang-orang saat orang yang jatuh sudah di angkat dari sungai.

"Ini... dia sudah nggak napas lagi,"

"Mak... maksudnya dia.... udah meninggal?"

"Yang bener?"

"Beneran, sudah meninggal,"

"Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn. Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali,"

Seketika pasar jadi semakin heboh karena pria yang jatuh tadi ternyata langsung meninggal. Beberapa orang membantu membawa pria itu pulang ke rumahnya.

Setelah sempat terjadi kehebohan karena meninggalnya seorang pedagang, pasar kembali beroperasi seperti biasanya. Aku masih duduk di sebelah nenek berjualan. Dengan terkantuk-kantuk ria bin kedinginan, aku menunggu nenek menjual sayuran. Namun masih banyak yang membicarakan tentang pria tadi.

"Tadi sebelum jatuh ke sungai aku lihat dia seperti kesakitan,"

"Iya, aku juga lihat, dia meremas dadanya,"

"Jangan-jangan terkena serangan jantung,"

"Padahal masih muda. Anaknya baru satu,"

"Orang yang meninggalkan tadi ternyata terkena angin duduk,"

"Benarkah? Kok, bisa langsung meninggal?"

"Angin duduk biasanya berlangsung selama 3−5 menit, tetapi kadang-kadang dapat berlanjut hingga 30 menit dan memang bisa menyebabkan kematian. Jadi jangan disepelekan,"

"Benar. Angin duduk itu merupakan penyakit yang mematikan, jika tidak ditangani dengan baik dan cepat. Angin duduk merupakan penyakit yang memicu nyeri dada yang muncul akibat adanya gangguan aliran darah ke jaringan otot jantung,"

"Wah, menakutkan juga, ya, penyakit itu,"

Orang-orang terus membicarakan orang yang meninggal tadi. Ngeri juga mendengar hal seperti itu. Aku pikir orang tadi terpeleset atau nggak sengaja terjatuh, ternyata terkena angin duduk dan meninggalkan di tempat. Keluarganya pasti sangat terkejut.

*

Pagi hari aku pergi ke sekolah ku, tapi nggak lama sudah pulang. Aku baru saja membuat cap tiga jari di ijazah SMP-ku. Saat aku pulang sekolah, bibiku dan pamanku baru saja mengeluarkan sayuran kangkung dan sawi hijau dari karung.

"In, cepat ganti baju dan ikat sayurannya," ucap bibiku.

"Iya," sahutku.

Setelah berganti pakaian, aku pun langsung mulai mengikat sayuran yang nanti sore akan di ambil oleh tengkulak langganan bibi.

Kenapa sayuran milik nenekku tidak di jual di tengkulak saja, agar tidak perlu ke pasar? Karena harganya lebih murah kalau dijual pada tengkulak. Lagian sayuran milik nenek cuma sedikit, nggak kayak punya bibiku yang banyak. Untuk mengikatnya saja kadang menghabiskan waktu hampir seharian penuh.

"Bik, mau dibantuin?" tanya Rini, tetangga sekaligus temanku dari kecil.

"Iya," sahut bibiku tersenyum ramah.

Ceritanya rumahku ini nomor empat dari jalan raya besar yang ada di sebelah timur yang membentang dari selatan ke Utara. Jalan di depan rumahku ke arah barat adalah jalan menuju desa sebelah. Hanya ada lima rumah dari jalan raya besar, termasuk rumahku. Sebelah barat deretan lima rumah ini adalah sungai tempat aku pup dan hamparan sawah yang merupakan perbatasan kampung ku dengan kampung sebelah. Depan rumah lima keluarga kami ini adalah kebun milik tetangga yang di pagar tembok setinggi dua meter. Sedangkan di belakang rumah kami adalah kebun orang. Jadi, aku tidak punya banyak tetangga.

Rini akan mendapatkan upah jika membantu mengikat sayuran. Sedangkan aku.. hanya dapat upah sakit pinggang karena duduk seharian mengikat sayuran.

Nasib..

"Kapan pengumuman penerimaan murid baru, In?" tanya Rini sudah mulai bersiap mengikat sawi.

"Tiga hari lagi," sahutku yang sudah mengikat sawi, "kamu kapan balik ke asrama?" tanyaku.

"Empat hari lagi," sahut Rini.

Rini lebih tua satu tahun dari aku, dan mengambil sekolah jurusan perawat. Jadi sejak satu tahun yang lalu, aku hanya bisa bertemu dengan dia saat liburan sekolah saja, karena dia tinggal di asrama.

"Kamu masih tetap nggak dikasih uang setelah mengikat sayuran?" tanya Rini yang sudah dari kecil berteman dengan aku. Kebetulan kami juga masih saudara, meskipun saudara jauh.

"Ya, begitulah. Sekarang Bik Samiah semakin sulit dimintai uang untuk sekolah. Tapi kamu tahu sendiri, kalau aku nggak bantuin dia, dia bakal mengoceh seharian bikin sakit telinga dan kepala," sahutku menghela napas panjang.

"Yang sabar, ya!" ucap Rini dengan ekspresi prihatin.

Aku dan Rini terus mengikat sayuran. Nanti, jika sudah selesai diikat, kami akan menghitung jumlah sayuran yang sudah diikat untuk menentukan berapa upah yang akan didapatkan oleh Rini. Meskipun Rini tergolong keluarga yang lumayan mampu, tapi Rini dan keluarganya tidak pernah sombong.

Sambil mengikat sayuran, aku dan Rini terus mengobrol, bercanda dan tertawa mengingat masa kecil kami dulu.

"Kamu masih ingat burung beo yang ditinggalkan bapak kamu dulu, nggak?" tanya Rini.

"Iya, masih. Aku sebel banget sama si burung beo itu, karena dia suka bohong," sahutku mengingat burung beo milik bapak dulu.

Waktu Rini memanggil aku dari luar rumah, burung beo itu malah mengatakan pada Rini kalau aku nggak ada di rumah. Padahal aku ada di dapur.

"Indah nggak ada. Indah nggak ada,"

Begitulah kata si burung beo itu saat Rini memanggil aku, membuat aku kesal saja. Bisa-bisanya dia berbohong. Padahal nggak pernah diajari berbohong.

"Ada oii..aku ada di belakang," sahutku waktu itu saat mendengar burung beo itu berbohong.

"Aku hampir saja pulang kalau kamu nggak teriak waktu itu," ujar Rini terkekeh kecil mengingat masa lalu kami.

Masa kecil kami penuh keceriaan. Kami suka main di sungai membuat rakit dari batang pisang, lalu kami naik ke atasnya. Rakit dari batang pisang yang kami naiki itu akan hanyut mengikuti aliran sungai. Setelah jauh akan kami tarik rakit itu ke hulu sungai, lalu kami naiki lagi menghanyut ke hilir sungai. Begitu seterusnya hingga kami lelah.

Aku juga ingat saat kami menggembala kambing bersama. Karena dulu nenek juga pernah memelihara kambing.

Lalu aku juga ingat saat kami main pelepah pohon pinang. Kami gantian menarik dan menaiki pelepah pohon pinang. Ah, waktu itu semuanya terasa seru.

Tinggal di kampung dengan perekonomian kelas elite alias kelas ekonomi sulit membuat kami hanya bisa bermain bersama teman dan menonton televisi. Belum banyak yang memiliki handphone bagus.

Hari sudah sore saat kami selesai mengikat sayuran, Rini pun pamit pulang. Sedangkan paman dan bibi masih di sawah bersama Reni anak pertama paman dan bibiku yang berusia empat tahun.

Aku bergegas membereskan semua sayuran dan menyapu semua sampahnya. Karena sampah ini adalah sampah sayuran, jad aku bisa memberikan sampah sayuran ini pada si sapi. Setelah semua beres dan bersih, aku pun bersiap menyapu lantai di dalam rumah. Sambil menyapu lantai, aku bermaksud memutar lagu di radio.

Dengan kaki telanjang aku meraih steker. Tahu, 'kan, apa itu steker? Steker adalah pencocok yang dipasang pada ujung kabel listrik yang ditusukkan pada lubang aliran listrik untuk menyalakan lampu (listrik), radio, televisi, dsb.

Kepala steker fungsinya untuk menyambungkan listrik dan kabel peralatan elektronik. Dilengkapi tuas penarik untuk memudahkan pengguna saat memasangnya ke stop kontak.

Aku memasang steker radio ke stop kontak. Tapi saat stop kontak aku colokan, tiba-tiba...

Derrrttt...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

.

Terpopuler

Comments

Anitha Ramto

Anitha Ramto

ada ada saja ujiannya si Indah hmm

2024-07-25

2

naifa Al Adlin

naifa Al Adlin

covernya di ganti tor? bagusan yg kmrn

2024-07-05

3

nuraeinieni

nuraeinieni

sama loh indah,,,waktu kecilku jg jarang nonton tv,,,,,krna tdk pnx tv,,,nonton di tetangga.

2024-07-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!