Hari ini semua berjalan lancar, meskipun aku masih harus nebeng untuk pulang dan pergi sekolah. Pulang sekolah aku juga tidak di suruh ke sawah, tapi nenek meminta aku pergi ke tempat penggilingan padi, karena tidak ada penggilingan padi yang lewat di depan rumah.
Aku yang masih kelas tiga SMP dan baru berumur lima belas tahun ini harus membonceng gabah, alias padi satu karung yang beratnya sekitar lima puluh kilo menggunakan sepeda ontel.
Berat badanku yang nggak nyampe 40 kilo, tapi harus membonceng padi seberat 50 kilo ini membuat stang sepeda yang aku naiki rasanya mau naik, seakan mau jumping dan jalannya pun ogel-ogel, alias kerasa oleng. Kalau aku nggak pintar-pintar mengendalikan dan mengendarai sepeda, mungkin sepeda ini stang-nya akan naik karena muatan di belakang terlalu berat. Untungnya aku pengendara sepeda handal dan profesional. Sombong sedikit nggak apa-apa, 'kan? He..he..he..
Bahkan saat naik sepeda sendirian, aku bisa mengendarai sepeda tanpa memegang stang, alia lepas stir. Full lepas stir, nggak megang sama sekali. Aku mengendalikan sepedaku menggunakan kakiku yang sedang mengayuh. Aku keren, 'kan? He..he..he.. Mode sombong dan percaya diri tingkat tinggi.
Tapi adegan seperti ini hanya dilakukan oleh profesional, ya! Yang amatir jangan coba-coba, kalau nggak pengen nyungsep mencium aspal. He..he..he..
Selain itu untuk lepas stir seperti itu jalannya harus lurus dan mulus. Nggak bisa lepas stir dua tangan kalau jalannya jelek dan berkelok-kelok.
Sampai di tempat penggilingan padi, ada pekerja di penggilingan padi yang membantu aku mengangkat padi dari sepeda sampai ke mesin penggilingan.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya padi yang aku bawa sudah selesai di giling. Sekarang berat padi yang sudah menjadi beras tinggal 36 kilo. Sudah lumayan, nggak melebihi berat badanku. Jadi, saat pulang dari penggilingan tidak terlalu berat lagi.
Sampai di rumah, nenek menyuruh aku menjual beras itu beberapa kilo untuk membeli ban sepedaku. Lalu sepeda siapa yang aku pakai untuk pergi ke penggilingan padi tadi? Minjam sama tetangga he..he..he..
Yang akan membeli ban dan memasangnya adalah Paman Supri. Ia bisa memperbaiki sepeda sendiri, jadi aku nggak pernah memperbaiki sepeda ke bengkel. Kecuali kalau harus di las, baru di bawa ke bengkel.
Pulang dari menjual beras, aku pergi mencari rumput untuk pakan sapi. Yap, nenekku memelihara sapi milik Bik Asmi, anak ke dua nenekku. Nenek akan dapat uang kalau sapinya sudah beranak. Setelah anak sapi di jual, uangnya akan di bagi dua. Istilahnya paroan. Yang punya sapi dapat setengah dan yang memelihara dapat setengah saat anak sapi di jual. Sedangkan sapi induknya tetap menjadi milik pemilik sapi.
Hari sudah mulai senja saat aku pulang membawa setengah karung rumput. Aku melihat para gadis seumuran aku menikmati sore hari dengan memakai pakaian bagus menaiki motor atau sepeda keliling-keliling menghabiskan waktu sore hari dengan ceria. Tentunya sepeda mereka bagus, nggak seperti sepeda butut milikku.
Iri rasanya melihat mereka. Namun aku tetap bersyukur, karena di luar sana masih ada anak-anak yang lebih kesusahan dari aku. Tinggal di rumah geribik atau di sebut gedek, yaitu dinding yang dibuat dari anyaman bambu. Tidak bisa makan tiga kali sehari seperti aku. Meskipun aku hanya punya lauk seadanya, namun aku masih bisa makan sehari tiga kali. Alhamdulillah.
Hari sudah mau beranjak magrib, tapi tiba-tiba perutku terasa mulas. Karena kami belum memiliki WC di rumah, jadi terpaksa aku pergi ke sungai yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahku. Sungai ini membentang dari selatan ke utara. Di sebelah barat sungai adalah persawahan, sedangkan di sebelah timur sungai adalah kebun bambu dan juga kebun singkong. Bisa dibayangkan bagaimana sepinya.
Saat sedang buang hajat, aku melihat Nenek Wasni, adik bungsu nenekku. Ia berjalan melewati bantaran sungai.
Bantaran sungai adalah jalur tanah pada kanan dan kiri sungai.
"Nek, dari mana?" tanyaku pada nenek Wasni yang memakai daster bermotif bunga berwarna kuning.
Namun nenek Wasni tidak menoleh sedikitpun, apalagi menjawab pertanyaanku. Tidak biasanya Nek Wasni seperti itu.
"Nek, dari mana?" tanyaku sekali lagi, tapi dia tidak menjawab dan malah lewat jalan di bawah pohon bambu yang jarang dilewati, hingga akhirnya aku pun tidak bisa melihatnya lagi.
Usai buang hajat, aku pun pulang. Aku lihat suami Nek Wasni duduk di teras rumahku.
"Kek, tadi Nek Wasni dari mana?" tanyaku penasaran.
"Nenek kamu nggak dari mana-mana. Dari pagi sampai sekarang nggak kemana-mana," sahut kakek santai.
"Ah, yang bener, Kek? Belum lama tadi aku lihat nenek berjalan di bantaran sungai dari arah Utara, pakai baju daster bermotif bunga berwarna kuning," ucapku sesuai dengan yang aku lihat tadi.
"Nenekmu dari tadi sore pakai baju daster batik warna coklat dan nggak kemana-mana. Kakek aja baru keluar rumah," ucap kakak serius.
"Tapi aku tadi beneran lihat nenek, Kek. Nenek lewat di bawah rumpun bambu, setelah itu aku nggak melihat nenek lagi," ucapku jujur.
"Menghilang di bawah rumpun bambu? Jangan-jangan genderuwo yang menyamar jadi nenekmu," ucap kakek membuat aku bergidik.
"Kakek jangan menakut-nakuti aku," ucapku dengan bulu kuduk yang terasa berdiri.
"Buat apa kakek menakuti kamu? Kalau nggak percaya, tanya sendiri sama nenek kamu sana dan lihat baju warna apa yang dipakainya," ujar kakek malah semakin membuat aku merinding.
Alih-alih melihat dan bertanya langsung pada Nek Wasni, aku memilih masuk ke dalam kamarku. Bulu romaku jadi merinding. Sulit di percaya memang, kadang kita melihat makhluk tak kasat mata menyerupai orang yang kita kenali. Baru kali ini aku mengalaminya. Hiii... serem....
*
Ujian akhir sekolah sudah selesai, hari ini aku libur. Tapi hari libur bagiku bukanlah hari santai. Saat matahari belum menampakkan diri, aku mengeluarkan sapi peliharaan nenek dari kandang. Aku buka kandang ayam dan ayam jago berwarna merah kesayanganku pun menghampiri aku.
Ku elus kepala dan bulunya yang halus. Ngomong-ngomong, ayam jago ini hanya menurut sama aku aja. Dulu ayamku menetas tujuh. Tapi karena ada wabah penyakit, tinggal satu ayam jago inilah. Saat masih kecil, induknya sudah tidak mau mengasuhnya lagi dan sudah mau bertelur lagi. Karena ayam jago ini paling kecil di antara ayam yang lain, jadi sering di patuk ayam yang lain. Aku selalu menungguinya saat dia makan, agar makannya tidak di rebut ayam yang lebih besar. Karena itu ayam jago ini sangat penurut padaku.
Sekarang waktunya membersihkan pup sapi. Ini pekerjaan yang melelahkan. Pup sapi ini besar-besar dan banyak, jadi harus pakai tenaga ekstra untuk membersihkannya, lalu membuangnya ke lubang di belakang rumah yang memang digunakan untuk membuang kotoran ayam, kotoran sapi dan juga sampah organik lainnya.
Saat lubang pembuangan sampah itu sudah penuh, lubang itu akan di tutup, lalu membuat yang baru. Bila sudah lama, nanti tanah dari lubang tempat sampah akan di ambil untuk pupuk kompos.
"Duh encok.." keluh ku seraya mengusap pinggangku dan peluh di wajahku.
Usai membersihkan kandang sapi dan kandang ayam, aku menyapu pekarangan rumah. Di pekarangan rumah ada pohon jambu air, mangga, kluwih, pisang, dan daun jeruk purut yang saat berbuah bisa menjadi sumber penghasilan nenek.
Siapa yang memanen buah jambu, mangga dan kluwih? Tentu saja aku. Jangan salah ya! Meskipun aku perempuan, tapi aku terkenal paling pintar memanjat.
Aku hobi memanjat. Bahkan saking hobi memanjat, aku bisa belajar sambil berbaring di cabang pohon. Bahkan tidur di atas pohon yang tingginya sekitar 6 meter.
Tapi Alhamdulillah nggak pernah jatuh meskipun tidur di cabang pohon. Bisa di bilang aku lumayan badung kalau soal memanjat pohon. Pohon bambu di pinggir kali dan pohon asem di pinggir jalan pun aku panjat. Padahal pohon asemnya besar pakai banget. Aku sendiri nggak bisa memeluk pohon asem itu, karena saking besarnya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anitha Ramto
bener² perjalanannya hidup Indah ya...sangat prihatin,semangat Indah nanti km jd anak yg SUKSES
2024-07-25
3
Ema Fitriyanti Mak Rasyid
baru ngeh aku. ini indah temannya Zayn. gara2 pohon jambu
2024-07-21
2
yuli
indah ternyata lincah juga
2024-07-19
2