7. Tanpa Rasa Bersalah

Aku terkejut mendengar pengakuan nenek. Rasanya aku tidak percaya dan tidak menyangka nenek melakukan hal itu padaku. Sebenarnya aku tidak ingin percaya dengan hal mistis seperti itu di zaman modern ini. Tapi, rasanya memang tidak masuk Haikal, eh tidak masuk akal, jika anak berusia tiga tahun mau berpisah dengan kedua orang tuanya. Secara anak umur segitu biasanya masih lengket sama kedua orang tuanya.

Aku tidak tahu apakah aku harus marah pada nenek atau tidak, karena telah sengaja memisahkan aku dengan kedua orang tuaku. Sebab, karena dipisahkan dari kedua orang tuaku, kini aku hidup bersama nenek dengan keterbatasan ekonomi dan tidak punya figur ayah dan ibu.

Seandainya... seandainya saja aku tidak dipisahkan dari kedua orang tuaku, mungkin aku akan lebih bahagia. Karena senyaman nyamannya tinggal bersama orang lain, pastilah lebih nyaman tinggal bersama orang tua sendiri. Sesayang sayangnya orang lain pada kita, tidak akan pernah bisa mengalahkan sayangnya kedua orang tua kita yang telah membuat kita hadir di dunia.

Namun waktu tidak bisa diputar kembali. Apa yang terjadi tidak bisa diubah lagi. Mau tak mau aku harus menerima kenyataan, meskipun ini terasa menyakitkan.

Aku sempat merasakan kebahagiaan hidup bersama orang tua yang lengkap saat Paman Supri dan Bik Mina masih bersama. Namun sayangnya hanya sampai kelas dua SD saja.

Aku masih ingat saat setiap sore di ajak ke sawah oleh Paman Supri dan Bik Mina untuk melihat padi yang menghijau menyejukkan mata. Saat aku di ajak melihat karnaval dan di dudukkan di pundak paman agar bisa melihat karnaval tanpa terhalang oleh orang lain yang lebih tinggi dariku. Saat bersepeda bertiga ke rumah orang tua Bik Mina dan minum kelapa muda bersama. Saat aku tertidur di pelukan Bik Mina yang di bonceng Paman Supri. Aku masih ingat saat aku terjatuh dari boncengan sepeda Paman Supri karena tertidur ketika kami pulang dari rumah Bik Asni.

Dulu Bik Mina dan Paman Supri sangat menyayangi aku. Membelikan apapun yang aku mau. Bahkan setiap lebaran membelikan dua sampai tiga baju baru.

Setiap aku sakit, Bik Mina akan menggendong aku kemana-mana dan membelikan makanan apapun yang aku inginkan. Mereka membuat aku tidak merasa kehilangan kasih sayang dan figur ayah dan ibu.

Namun semua itu sudah berlalu. Sekarang semua itu hanya tinggal kenangan manis dan indah yang tak terlupakan dan selalu sukses membuat aku menangis.

Tapi aku harus tetap bersyukur, karena di bandingkan dengan Kak Seruni, bisa di bilang nasibku lebih baik. Paling tidak aku masih pernah merasakan memiliki keluarga yang utuh saat bersama paman dan bibiku, meskipun hanya beberapa tahun saja.

Ibu Kak Seruni meninggal tak lama setelah melahirkan Kak Seruni karena sakit. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Bahkan Paman Kasman tidak mau membantu biaya sekolah Kak Seruni karena sudah menikah lagi. Jangankan biaya sekolah, bahkan Paman Kasman tidak memberikan uang untuk biaya hidup Kak Seruni. Hanya sesekali saja memberikan uang jajan pada Kak Seruni. Karena itulah Kak Seruni hanya sekolah sampai SMP.

Aku beruntung karena aku masih diizinkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Walaupun aku sudah tahu pasti, biayanya akan semakin besar. Tapi aku harus nekat, karena akan sulit mencari pekerjaan jika hanya mengandalkan ijazah SMP. Jangankan ijazah SMP, cari kerja dengan ijazah SMA saja sulit. Kalau soal kuliah, rasanya cuma akan jadi mimpi yang tidak akan pernah jadi kenyataan.

Sekarang aku ambil positifnya aja dan buang negatifnya. Positifnya aku tidak akan banyak berdosa pada kedua orang tuaku, terutama ibuku, karena aku tidak akan membuat mereka marah dan aku tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar pada kedua orang tuaku, apalagi menyakiti fisik mereka.

Setidaknya aku tidak akan berdosa karena melakukan semua itu, sebab aku tidak tinggal bersama mereka, jadi tidak mungkin melakukan semua itu.

Lagipula, semua yang terjadi di dunia atas seizin Tuhan bukan? Jika Allah tidak mengizinkan aku dipisahkan dari kedua orang tuaku, maka meskipun nenekku mendatangi seribu dukun untuk memisahkan aku dari kedua orang tuaku, maka aku tidak akan pernah bisa dipisahkan. Jadi, mending aku jalani saja takdir yang telah di tulis oleh Tuhan untuk ku sebaik yang aku mampu. Meskipun aku tidak akan pernah tahu, apakah takdir yang ditulis Tuhan akan seindah namaku.

"Nenek melakukannya juga demi kebaikan kamu, kedua orang tuamu dan juga kakak serta adik-adik kamu. Anak ibumu banyak dan hidupnya juga masih susah, kalau kamu ikut mereka, hidup mereka akan semakin susah. Selain itu, kalau kamu tinggal bersama mereka, bapak kamu akan cepat mati," ujar nenek setelah sempat terdiam.

Nenek nampak tidak menyesal sama sekali dengan apa yang telah dilakukannya padaku. Sepertinya ia merasa bahwa yang ia lakukan adalah benar dan baik untuk semua orang. Tapi.. apakah benar demikian?

"Dulu saat kedua orang tuamu, kamu dan kakak kamu di bawa ke Palembang selama dua tahun juga nenek jampi-jampi biar cepet pulang. Buat apa tinggal di sana kalau di sana juga kesusahan. Mending di sini aja. Tapi sejak tinggal di Bengkulu, mereka kayak mental sama jampi-jampi. Jadi nenek nggak bisa memulangkan mereka," ujar nenek lagi-lagi mengakui perbuatannya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Nenekku memang produk zaman yang masih sangat percaya pada hal-hal mistis di luar logika. Mau nggak percaya, tapi juga banyak hal yang nggak masuk akal di sekitar ku.

Contohnya soal santet. Ada jarum pentul dan paku karatan di dalam perut yang jumlahnya sampai puluhan. Nggak mungkin, 'kan, orang makan paku karatan dan jarum pentul? Emang Master Limbad?

Terus kuda lumping yang makan kaca tapi orangnya fine fine aja. Nggak masuk logika, bukan? Intinya, mau percaya atau tidak, hal-hal berbau mistis seperti itu masih tetap ada di sekitar kita.

"Besok pagi bangun pagi, In, antar nenek ke pasar," pesan nenekku setelah aku memijat pundak dan punggungnya.

"Iya," sahut ku. Padahal aku paling malas bangun pagi-pagi sekali karena saat sebelum subuh udaranya dingin pakai banget. Bahkan masih ada kabut yang menghalangi pandangan mata.

*

"In..In..bangun! Ayo antar sayurannya ke pasar," ucap nenek ku seraya menggoyangkan tubuhku.

Benar saja, pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan nenek untuk mengantar nenek ke pasar. Duh..jam segini enaknya tidur, ini malah harus ke pasar dengan suasana gelap gulita menggunakan sepeda tanpa lampu. Mana dingin lagi.

Nenek membantu aku mengikat satu karung sayuran di boncengan sepedaku. Untungnya sayuran satu karung tidak seberat gabah satu karung, apalagi seberat harapan untuk menggapai cita-cita.

"Udah, kamu duluan ke pasar. Taruh di tempat biasa, ya! Nenek akan berjalan dulu sampai kamu menjemput nenek," ucap nenekku setelah selesai mengikat karung di boncengan sepedaku.

"Iya," sahutku mulai mengayuh sepeda butut milikku.

Hufff...

Harus tetap berangkat, meskipun malas pol tingkat dewa. Nggak mungkin, 'kan, aku membiarkan nenekku yang sudah tua menggendong satu karung sayuran ke pasar? Mana tega aku.

Hari masih begitu gelap, jarak pandang pun pendek karena ada kabut. Aku harus ekstra hati-hati karena sepedaku nggak ada lampunya. Hanya mengandalkan lampu jalanan saja.

Setelah sepuluh menit mengayuh sepeda, akhirnya aku tiba di pasar juga. Pasar ini memang pasar sayuran, jadi banyak bermacam-macam sayuran di jual di pasar ini. Pasar ini juga tidak terlalu siang sudah tutup.

Aku meletakkan satu karung sayuran di tempat biasa nenekku jualan. Setelah itu aku menjemput nenekku yang berjalan kaki menuju pasar. Aku bertemu nenekku di tengah perjalanan menuju pasar, lalu memboncengnya. Baru saja aku dan nenek sampai di pasar...

"Byurr"

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Anitha Ramto

Anitha Ramto

keras sekali hidupmu Indah

2024-07-25

2

nuraeinieni

nuraeinieni

luar biasa semangat hidupx indah,,,emang kalau dulu hidup di desa itu walaupun jauh di tempuh dgn jalan kaki itu hal yg biasa,,apalagi anak seusia indah itu semangatx tinggi.

2024-07-05

4

Dewi S Ayunda

Dewi S Ayunda

satu kata buat nenek indah meskipun baik,Yaitu Egoisss.. merasa paling benar mengendalikan hidup anak² dan cucunya,pdhaal mah gk boleh gitu nek..oooh nenek.

dan kamu in... biasnya yg dari kecil susah nanti klo dalet jodoh bakal d angkat derajatnya sm suamik,..semoga yaaa in...

2024-06-28

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!