"Semalam, Mama minta ijin sama aku kalau mama mau menikah dengan Om Rendra." Akhirnya, Raka memutuskan untuk mengelus uneg-unegnya.
"Bagus donk. Jadi sebentar lagi kamu punya ayah lagi." Meskipun Gala terlihat ceria, tapi ada setitik rasa kecewa di hatinya. Salah!! bukan setitik lagi, tapi ia sangat tak rela jika Karina memang benar-benar menikah dengan Rendra. Tapi, apa boleh buat? Dia pun tak tahu apa yang seharusnya dia lakukan.
Namun rupanya, Raka justru menampilkan wajah murung. Dan Gala memperhatikan itu semua.
"Apa ada yang membuatmu merasa tak nyaman?"
Raka menghela napas panjang sebelum akhirnya, memilih untuk menceritakan apa yang mengganggu pikirannya saat ini.
"Aku merasa nggak yakin sama Om Rendra, Om."
"Kenapa? Bukankah kalian sangat dekat?" Gala menanggapi Raka dengan serius.
"Iya, itu dulu. Sebelum....." Raka justru diam.
"Sebelum apa?" tanya Gala karena Raka tak kunjung berbicara.
"Sebelum aku melihat Om Rendra berdua sama Bu Winda, guru Bahasa Inggris aku jalan dan makan di Mall."
"Hanya makan kan?" Gala sedang mencari kebenaran.
"Emang cuma makan, tapi sikap mereka nggak biasa, Om."
"Maksud kamu?"
"Masa Bu Winda nyuapin Om Rendra?"
"Hah?!" Gala juga agak terkejut. Jika memang apa yang dikatakan Raka benar, mereka bukalah contoh guru yang baik. Pasalnya, itu ada di tempat umum. "Em..... Mungkin mereka masih saudara? Adik atau...."
"Om Rendra itu hanya punya satu adik," sela Raka. "Dan itu udah meninggal. Lagi pula adiknya cowok."
"Oh.... Jadi, maksud kamu, kamu curiga sama guru kamu itu kalau mereka menghianati Mama kamu begitu?" Gala menarik kesimpulan.
"Ya, begitulah, Om. Tapi aku nggak berani ngomong sama Mama." Ada jeda sebentar sebelum Raka Kembali berbicara. "Lagi pula, aku nggak tahu hubungan Om Rendra sama Bu Winda itu seperti apa."
"Terus mau kamu gimana?" Gala mencoba mengerti Raka.
"Saya nggak tau, Om. Cuma saya nggak mau Mama disakiti. Aku harus memastikan dulu sebelum Mama menikah dengan Om Rendra dua bulan lagi."
"What?! Dua bulan lagi?" pekik Gala dengan tak sadar. Tapi Setelahnya, dia bersikap sok cool lagi. "Ekhem," Gala berdehem untuk menetralisir rasa malunya.
"Kenapa Om jadi lebay gitu?" cibir Raka. "Jangan-jangan bener, kalau ternyata Om suka sama Mama."
"Apa sih? Anak kecil sok tahu." Gala belum mau mengakui di depan Raka.
"Tapi Om kan udah tahu kalau aku bukan anak kecil lagi?" Kali ini, Raka menaikkan turunkan alisnya, gantian menggoda Gala. "Om ingat? Ini masalah laki-laki." Remaja tampan itu tertawa.
Gala sendiri hanya bisa gelem kepala. Entahlah, sepertinya apa Raka katakan memang benar. Mereka itu cepat akrab.
'Segitu kuatnya ikatan batin kami?' monolog Gala dalam hatinya. Tapi, terlepas dari segala hal yang menyebabkan ia tak bisa mengungkap kebenaran kepada Raka, Gala sangat bahagia karena masih diberi kesempatan bertemu dengan anak yang baru saja ia temukan itu. Gala juga bersyukur bisa bertemu dengan Karina. Tapi dia belum memiliki kesempatan untuk berbicara secara baik-baik dengan wanita itu. Ya, Gala jelas ingin meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepada Karina.
"Om suka juga kan sama Mama?" Raka mengulang pertanyaannya.
Gala menghela napas pasrah. "Begini, Boy....." Gala menggaruk pelipisnya. Dia sedang menimbang kira-kira kata-kata seperti apa yang bisa dia gunakan untuk menjelaskan kepada anak remajanya itu.
"Kalau kamu mengira Om memiliki niat lain sama Mama kamu, itu benar dan salah."
"Maksudnya?" bingung Raka.
"Kamu benar, Om punya perasaan kepada Mama kamu. Tapi, Om Nggak bisa memaksa keadaan. Selain Mama kamu tidak menyukai Om, Om juga sudah memiliki keluarga." Gala tak mau menutupi statusnya dari Raka.
"Aku tahu," jawab Raka enteng. "Masa iya cowok seganteng dan sekeren Om belum punya keluarga. Kecuali, emang bener apa yang Mama katakan kalau Om itu kenek truk."
"Seperti Papa kamu?" Gala sengaja menyinggung soal itu. Dia ingin sekali mengetahui sejauh mana Karina memberikan kebohongan kepada Raka.
Raka mengedikkan bahunya. "Aku nggak tahu pasti, Om. Kata Mama sih gitu."
"Kamu punya fotonya? Em, foto Papa kamu maksudnya."
Raka menggeleng. "Katanya Mama nggak mau inget-inget Papa karena Mama ngeri pas ngelihat Papa dilindes truk."
"Uhukk uhukk uhukk,"
"Hati-hati donk, Om. Perasaan cuma minum doank. Kenapa bisa keselek begitu?" Raka mengejek.
"Sorry, Om kurang fokus." Itulah yang diucapkan oleh mulut Gala, padahal dalam hatinya dia sedang mengumpati Karina yang tega mendoakan keburukan untuknya secara tak langsung. "Oke, tadi sampai mana obrolan kita?" Gala kembali fokus.
"Sampai Papa kelindes truk."
"Cukup, Raka!!" Spontan, Gala membentak Raka dengan nada tinggi. Tapi setelah melihat Raka yang nampak takut sekaligus bingung, Gala langsung mengklarifikasi.
"Maaf, Om juga nggak sanggup bayangin Papa kamu kelindes Truk." Batin Gala pilu mengatakan hal itu. Dia ingin menangis di dalam hatinya.
"Oh, gitu? Maaf, Om. Aku nggak tahu kalau Om yang gagah ini ternyata hatinya selembut sutra." Wajah Raka nampak menyesal. Tapi, bagi Gala, Raka justru mengejeknya.
"Sudahlah, Boy. Kembali ke masalah tadi." putus Gala menyudahi kebohongan konyol Karina itu.
"Baiklah, Om. Sepertinya kita memang cuma ditakdirkan sebagai teman."
"Ya, mungkin seperti itu." Gala memilih jawabannya yang paling aman.
"Tapi ngomong-ngomong, Om itu playboy juga ya?" Raka berbicara lagi.
"Maksudnya apa?" Gala setengah tak terima.
"Om kan udah punya istri, ngapain suka sama Mama? Apa jangan-jangan kalau ketemu cewek cantik, Om juga langsung suka?"
"Raka....!!"
Raka justru terbahak karena candaannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sierra Sierra
bguss ceritanya
2024-06-12
1